270 Hari, Indonesia Emas 2045, dan Pentingnya Generation by Design

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Anda Sapardan*

Di balik jargon “Generasi Emas, Indonesia Emas”, sesungguhnya ada 270 hari kehamilan, fondasi awal kehidupan dan bagian tak terpisahkan dari 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang sering terabaikan. Padahal setiap ibu menginginkan anaknya sehat lahir batin, tangguh, cerdas, dan produktif, sebagaimana Indonesia sebagai Ibu Pertiwi seharusnya memiliki tujuan yang sama.

Namun sejumlah data menunjukkan kenyataan yang tak berbanding lurus. Sebagaimana dilansir situs World Population Review, rata-rata IQ Indonesia 78,49, berada di posisi 130 dari 199 negara dan dianggap rendah di bawah rata-rata global (90-109). Angka stunting (kondisi yang sudah mencerminkan keterbatasan kognitif) 19,8 persen dengan tingkat wasting dan underweight sebesar 7,4 persen dan 16,8 persen. Dua kondisi yang berpotensi menjadi stunting jika tidak tertangani dengan baik dan benar.

Dengan hanya tersisa lima tahun bagi Indonesia untuk mengejar Bonus Demografi melalui generasi sehat, produktif, dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus memenuhi target global SDG 2030, aksi nyata percepatan pembangunan manusia berkualitas secara komprehensif dan terintegrasi menjadi sangat penting.

Kisah miris almarhumah Ibu Irene Sokoy dan ibu-ibu hamil lain di seantero Indonesia menjadi saksi betapa mereka menjalani 270 hari kehamilan yang merupakan bagian penting tak terpisahkan dari 1.000 HPK -periode kunci untuk masa depan seorang anak- dalam keheningan, tanpa sistem pendukung yang layak, baik dari keluarga, komunitas, sistem kesehatan, maupun negara. Walau di satu sisi, Indonesia sudah memiliki banyak kebijakan, peta jalan, strategi yang dibuat dengan sangat baik oleh setiap kementerian dan lembaga terkait.

Hasil riset analisis kebijakan 1.000 HPK yang dilakukan Yayasan Rabu Biru dengan tingkat keselarasan lintas-sektor (horizontal coherence) dan kesinambungan antar-periode (temporal coherence) sebagai alat ukur efektivitas kebijakan, menunjukkan adanya: 

1. Keselarasan substansi tetapi pelaksanaannya terfragmentasi dimana pada praktiknya, intervensi 1.000 HPK berjalan secara sektoral—kementerian bergerak dengan mandat masing-masing tanpa satu kerangka operasional yang memaksa integrasi target, lokasi, dan waktu. Akibatnya, konvergensi yang diharapkan sering bersifat deklaratif, bukan implementatif.

2. Dari perspektif temporal coherence terlihat tujuan konsisten tetapi instrumen/program berubah tanpa transisi terpadu pada praktiknya sehingga perubahan instrumen dan sequencing yang cukup signifikan tidak disertai mekanisme transisi lintas-sektor yang jelas. Hal ini menciptakan risiko ketidaksinkronan fiskal, operasional, dan data pada fase awal implementasi RPJMN baru.

Seandainya berbagai kenyataan di atas dapat ditangani dengan ciamik melalui implementasi terkoordinasi dengan fungsi de-bottlenecking tegas didukung monitoring dan evaluasi konsisten berbasis data terintegrasi serta teknologi telemonitoring dalam satu rencana induk pembangunan manusia terperinci, maka generasi emas bisa dirancang, direncanakan. “Generation by Design” menjadi keniscayaan di Indonesia.

Seandainya rencana induk pembangunan manusia diejawantahkan melalui tim percepatan ad-hoc di bawah komando pemimpin tertinggi negara dimulai dari 1000 HPK dalam siklus kehidupan manusia, maka kekhawatiran saya selama 32 tahun sebagai ibu akan sirna karena 270 hari yang seringkali terabaikan akan terkelola dengan baik. Para perempuan akan menjalani kehamilan berkualitas yang dirancang untuk melahirkan mahakarya generasi emas, dan anak-anak Indonesia mendapatkan haknya untuk mengawali kehidupannya secara berkualitas.

Seandainya tulisan ini benar-benar diadopsi oleh pembuat kebijakan, maka kesempatan setara untuk melahirkan manusia berkualitas akan terbuka lebar, mendorong Indonesia melampaui sekadar ukuran GDP. Jika Indonesia sungguh ingin melahirkan generasi emas, maka 270 hari kehamilan harus ditempatkan

di pusat kebijakan pembangunan manusia, sebagai komitmen politik tertinggi bahwa negara hadir sejak awal kehidupan warganya.

*) Senior Adviser untuk kebijakan dan kesehatan di Rabu Biru Foundation, serta tenaga ahli bidang kesehatan dan digital pada salah satu kementerian. Penulis telah berpengalaman lebih dari 25 tahun di bidang kesehatan lintas sektor, mendapatkan penghargaan sebagai salah satu pioneer Femtech dan 50 Women in Tech di dunia, serta ditunjuk oleh Perdana Menteri Jepang sebagai salah satu anggota dewan penasihat independen inklusivitas negara G7 pada 2023.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |