4 Fondasi Penopang Bangunan Rumah Besar Indonesia

5 hours ago 3

Oleh : KH Mukti Ali Qusyairi, alumni Pesantren Lirboyo

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA- Sumpah pemuda mengingatkan kembali memori kolektif masa lalu, sebuah nusantara yang terintegrasi: satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

Indonesia dapat berdiri kokoh dan survival hingga saat ini dan masa depan, lantaran memiliki pondasi bangunan yang sangat dalam menghunjam ke dasar bumi, solid, dan tangguh.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Setidaknya ada empat fondasi yang menopang bangunan epistemologis Indonesia, yaitu legasi Nusantara, Muslim moderat, nasionalisme dalam merajut ideologi-ideologi dunia, dan pengalaman berbangsa dan bernegara dalam ketersambungan epistemologis.

Legasi Nusantara

Di antara ciri eksistensi peradaban adalah adanya budaya literasi, tulis dan baca, terdapat peninggalan naskah atau kitab.

Diketahui bahwa Nusantara merupakan peradaban yang cukup kaya dengan peninggalan naskah kuno, juga artefak, prasasti, candi dan sejenisnya. Kekayaan khazanah klasik Nusantara yang sudah menjadi bagian dari wejangan, doktrin, prinsip hidup bagi penduduknya berabad-abad dan ribuan tahun lamanya.

Substansinya sudah menjelma dalam laku hidup dan prinsip hidup masyarakat Nusantara baik kehidupan individu, golongan, maupun berbangsa dan bernegara.

Kitab Arjuna Wiwaha yang ditulis pada abad ke-11 sekitar tahun 1019-1042 M., pada masa Prabu Air Langga menguasai Jawa Timur, yang mengisahkan Arjuna yang lulus ujian dan godaan tujuh bidadari yang sangat cantik. Ini naskah sastra Nusantara kuno.

Dalam membaca karya sastra, kita tidak boleh memahaminya dengan apa adanya, harfiah. Melainkan kita harus membacanya dengan satu pendekatan kesusastraan seperti semiotika, analogi, majaz, atau menggunakan heurmeneutika agar dapat menangkap makna dan maksud tersembunyi di balik teks.

Menurut pemahaman saya, bahwa Arjuna dalam kisah itu dapat dimaknai sebagai sasmito seorang calon pemimpin bangsa yang bisa menjadi pemimpin bagi rakyat atau bangsanya jika lulus dari ujian dan godaan para bidadari sebagai simbol hawa nafsu.

Artinya bahwa calon pemimpin dan tentu saja pastinya juga pemimpin harus beretika dan berintegritas tinggi, tak tergoda oleh iming-iming yang merangsang hawa nafsu dan ketamakan. Hanya pemimpin yang berintegritas kuat lah yang dapat memimpin dan memajukan bangsanya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |