8 dari 10 Penyintas Stroke Sulit Hidup Mandiri Jika Tidak Rehabilitasi

17 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Rehabilitasi pascastroke dinilai sebagai tahapan krusial dalam proses pemulihan pasien. Sayangnya, fase ini masih kerap diabaikan. Dokter memperingatkan bahwa 8 dari 10 penyintas stroke berisiko kehilangan kemandirian jika tidak menjalani rehabilitasi. 

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik di Bethsaida Hospital Gading Serpong, Raymond Posuma menyampaikan bahwa rehabilitasi memiliki peran penting dalam membantu pasien kembali menjalani aktivitas sehari-hari.

Stroke, lanjut dia, dapat mempengaruhi berbagai fungsi motorik dan kognitif, namun dengan terapi yang tepat, pasien memiliki peluang besar untuk kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Mulai dari berjalan, berbicara, bahkan makan secara mandiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Intervensi rehabilitatif yang terstruktur dan berkelanjutan dapat membantu pasien meminimalkan risiko disabilitas dan meningkatkan kualitas hidup mereka," kata Raymond dalam keterangannya, Kamis (12/6). 

Lebih dari sekadar pemulihan fisik

Rehabilitasi tidak hanya berfokus pada pemulihan gerak, tapi juga melatih ulang fungsi otak serta membangun kembali kemandirian dan kepercayaan diri pasien.

Dia menambahkan, bahwa proses rehabilitasi tidak hanya terbatas pada latihan fisik. Pendekatan yang komprehensif dibutuhkan untuk mengaktifkan kembali sistem saraf yang terganggu akibat serangan stroke.

"Proses ini juga bertujuan untuk mengaktifkan kembali sistem saraf yang sempat terganggu. Pendekatan yang komprehensif, mulai dari fisioterapi, stimulasi kognitif, hingga dukungan psikologis, sangat penting untuk dilakukan secara bersamaan," kata dia.

Lebih lanjut, Raymond juga menyoroti pentingnya integrasi aspek sosial dalam proses rehabilitasi. Salah satunya melalui pendekatan yang dikenal sebagai social prescription intervention.

Konsep ini menghubungkan pasien dengan aktivitas sosial, komunitas, atau kelompok pendukung di lingkungan mereka.

Pendekatan ini terbukti mampu meningkatkan semangat, memperluas jejaring sosial, serta membantu pasien merasa diterima dan didukung selama masa pemulihan.

Ilustrasi makan bersama teman-teman di restoranIlustrasi. Rehabilitasi penyintas stroke tak hanya soal pemulihan fisik tapi juga melatih ulang fungsi otak dan membangun rasa percaya diri penyintas. (iStock)

"Dengan mengintegrasikan komponen sosial ke dalam program rehabilitasi, pasien tidak hanya mendapatkan manfaat secara fisik dan mental, tetapi juga secara emosional dan sosial. Ini menjadikan proses pemulihan lebih menyeluruh dan bermakna," ujar Raymond.

Rehabilitasi pascastroke, menurutnya, bukan sekadar upaya mengembalikan fungsi tubuh, melainkan juga bagian penting untuk membangun kembali kehidupan yang layak dan mandiri bagi para penyintas.

Oleh karena itu, ia mendorong agar keluarga dan tenaga medis memberikan perhatian lebih terhadap fase pascastroke, bukan hanya saat perawatan akut di rumah sakit.

"Makanya rehabilitasi pascastroke itu bukan lagi pilihan, tapi justru harus dilakukan," kata dia.

(tis/els)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |