Ahli Temukan Tanda Awal Kanker Pankreas yang Terlihat Saat BAB

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda awal kanker mematikan ini bisa terdeteksi lewat sesuatu yang selama ini dianggap remeh yakni kotoran manusia.

Melansir Science Alert, studi baru mengungkap bahwa kanker pankreas, khususnya jenis paling umum yaitu pancreatic ductal adenocarcinoma (PDAC), tumbuh di saluran pankreas yang terhubung langsung ke usus kecil. Karena letaknya itu, tinja yang keluar dari tubuh bisa menyimpan jejak biologis dari kondisi organ dalam, termasuk kanker.

Selama ini, kanker pankreas baru terdeteksi ketika pasien mengalami gejala seperti kelelahan kronis, gangguan metabolisme energi, atau nyeri yang tidak jelas penyebabnya. Namun gejala ini sering dianggap ringan atau dikira akibat penyakit lain, sehingga diagnosis sering terlambat.

Melalui pengambilan sampel feses, peneliti kini mampu menganalisis DNA bakteri di dalam usus menggunakan teknologi sekuensing gen 16S rRNA. Teknik ini memungkinkan identifikasi jenis dan jumlah spesies bakteri dalam usus, yang ternyata bisa berbeda signifikan antara orang sehat dan pasien kanker pankreas.

Temuan mengejutkan datang dari studi internasional tahun 2025 yang melibatkan peneliti dari Finlandia dan Iran. Mereka menemukan pasien PDAC memiliki keragaman bakteri usus yang jauh lebih rendah dibandingkan orang sehat.

Bahkan, pola bakteri yang muncul bisa digunakan sebagai "sidik jari" biologis untuk membedakan mana yang menderita kanker. Tim kemudian mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) yang mampu mengidentifikasi penderita kanker pankreas hanya berdasarkan profil mikrobioma mereka dan hasilnya sangat akurat.

Penelitian mikrobioma usus berkembang pesat. Metode terbaru seperti shotgun metagenomic sequencing kini mampu memetakan seluruh genom bakteri secara detail, bahkan mendeteksi transfer bakteri antarindividu.

Pendekatan ini mulai mengubah cara pandang dunia medis: dari tubuh manusia sebagai sistem terisolasi, menjadi ekosistem kompleks bersama mikroba yang tinggal di dalamnya. Human plus microbiomekini menjadi paradigma baru dalam ilmu kesehatan.

Tak hanya untuk kanker pankreas, pendekatan ini juga mulai diterapkan dalam penelitian kanker kolorektal dan penyakit lainnya. Di Quadram Institute, lebih dari seribu sampel tinja telah dianalisis untuk memetakan perilaku bakteri dalam kanker usus besar.

Interaksi antara bakteri dan kanker sangat kompleks. Tidak hanya kanker yang bisa mengubah ekosistem mikroba, tetapi komposisi mikroba juga dapat mempercepat atau memperlambat perkembangan penyakit. Fenomena serupa juga ditemukan pada pasien Parkinson.

Meski teknologi ini masih dalam tahap awal untuk diterapkan di klinik, peneliti optimistis bahwa mikrobioma bisa menjadi kunci untuk deteksi dini kanker mematikan. Dengan bantuan AI dan bioteknologi, deteksi kanker mungkin tak lagi bergantung pada gejala, tetapi bisa dimulai dari yang kita buang setiap hari.

"Kita semakin memahami bahwa jawaban dari berbagai pertanyaan medis bisa saja tersembunyi dalam hal yang selama ini kita abaikan, yaitu feses," tulis peneliti dari Quadram Institute dalam The Conversation.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |