Ajak Raffi hingga Ariel ke Budidaya Nila Salin, Ini Kata Menteri KKP

7 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad, meninjau lokasi modeling budidaya nila salin (BINS) di Karawang, Jawa Barat. Trenggono memperkenalkan langsung inovasi budidaya ikan nila salin yang menjadi langkah konkret Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam merevitalisasi tambak tradisional menjadi modern dengan hasil panen berorientasi ekspor.

Dalam kunjungan tersebut, Raffi Ahmad hadir bersama rekannya dalam kelompok The Dudas-1, yakni Ariel Noah, Gading Marten, dan Desta. Melalui program percontohan BINS, Trenggono berharap budidaya perikanan modern dapat terus tumbuh dan menjadi lapangan kerja baru, khususnya bagi generasi muda.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Melalui pembangunan modeling nila salin di Karawang, KKP ingin menjadikan daerah ini sebagai contoh nyata penerapan ekonomi biru, yakni pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Trenggono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad (2/11/2025).

Trenggono menyampaikan pengembangan BINS Karawang menjadi bagian penting dari visi besar Indonesia Emas 2045 dan Asta Cita Presiden serta Wakil Presiden, terutama dalam upaya mewujudkan swasembada pangan berbasis protein ikan dan pemerataan ekonomi pesisir. Karawang dipilih karena memiliki lahan tambak yang potensial namun belum dioptimalkan.

“Melalui program ini, lahan-lahan idle tersebut diubah menjadi tambak nila salin modern yang efisien dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional,” lanjut Trenggono.

Selain melihat proses budidaya, Trenggono juga memperkenalkan sistem pengelolaan tambak modern yang menerapkan intake air laut dan tawar serta Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Ia menegaskan sektor perikanan budidaya memiliki peran strategis dalam mendukung kemandirian pangan dan pertumbuhan ekonomi daerah.

“Budidaya ikan bukan hanya tentang produksi, tetapi juga masa depan pangan nasional, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. Dengan teknologi yang tepat, tambak dapat menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Trenggono.

Kehadiran Raffi bersama Ariel, Gading, dan Desta disambut antusias oleh masyarakat dan para pekerja di BINS Karawang. Trenggono berharap keterlibatan para figur publik ini dapat menjadi jembatan untuk mengenalkan konsep ekonomi biru dan budidaya ikan modern kepada generasi muda. Menurutnya, cara-cara kreatif seperti ini efektif untuk menggugah minat masyarakat terhadap sektor perikanan yang kini semakin modern dan menjanjikan.

Dalam kesempatan tersebut, Raffi Ahmad menyampaikan kekagumannya terhadap inovasi yang dikembangkan KKP. Menurutnya, modeling BINS di Karawang merupakan terobosan besar yang dapat membuka lapangan kerja baru sekaligus menyediakan sumber protein hewani yang sehat bagi masyarakat.

“KKP luar biasa. Punya modeling seperti budidaya ikan nila salin yang punya peran penting dalam menyediakan sumber protein hewani yang sehat dan bergizi. Terima kasih sudah memperkenalkan kami pada inovasi yang bukan hanya meningkatkan produksi ikan, tetapi juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Raffi.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, menjelaskan BINS Karawang dirancang untuk meningkatkan produktivitas secara signifikan melalui penerapan teknologi modern dan sistem manajemen yang efisien. Dengan pendekatan baru ini, produktivitas tambak yang sebelumnya hanya sekitar 0,6 ton per hektare per siklus kini mampu meningkat hingga 80 ton per hektare per siklus.

“Peningkatan tidak hanya berpengaruh pada volume produksi dan ekspor, tetapi juga membuka lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat sekitar serta memperkuat ekonomi daerah melalui aktivitas pendukung seperti pakan, logistik, dan pengolahan hasil perikanan,” ujar Haeru.

Ia menambahkan, ikan nila salin dipilih karena keunggulannya yang mampu hidup di air payau dengan kadar garam hingga 20 ppt. Jenis ini sangat cocok untuk lahan tambak di wilayah pesisir.

“Selain pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap penyakit, nila salin juga memiliki pasar yang luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri,” kata Haeru.

Berdasarkan data, permintaan global ikan tilapia mencapai 7,84 juta ton pada 2024 dan diproyeksikan meningkat menjadi 8,9 juta ton pada 2030. Di dalam negeri, permintaan juga terus naik dan diperkirakan menembus 2,36 juta ton pada tahun yang sama.

“Dari sisi produksi, Indonesia kini menjadi produsen tilapia terbesar kedua di dunia dengan produksi sekitar 1,4 juta ton atau 20,5 persen dari total produksi dunia, setelah China. Indonesia juga tercatat sebagai eksportir nila terbesar ketiga di dunia setelah China dan Kolombia,” ujar Haeru.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |