Bahlil Sebut RI Bisa Terbebas dari Impor Solar, Asalkan...

13 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa Indonesia berpotensi menyetop impor Solar mulai tahun 2025-2026, dengan syarat program mandatori biodiesel B50 atau campuran 50% biodiesel dapat diterapkan secara penuh.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam Rapat Kerja bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (2/7/2025).

Sebelumnya, Bahlil sempat menyebut bahwa rencana mandatori biodiesel 50% atau B50 bisa dilaksanakan mulai 2026. Saat ini pemerintah sudah menjalankan mandatori biodiesel 40% atau B40, berlaku sejak 1 Januari 2025.

"Kami laporkan Pimpinan, sebenarnya kalau untuk impor Solar kalau di 2025 kita akan konversi ke B50, insya Allah kita tidak akan impor lagi," ujar Bahlil.

Namun demikian, keberhasilan tersebut sangat bergantung pada dua faktor utama. Pertama stabilitas produksi dalam negeri dan kedua keberhasilan program konversi ke B50.

"Tapi kalau kita masih tetap di B40, maka masih ada selisih antara konsumsi dan produksi minyak kita dalam negeri. Jadi mungkin kita masih impor sedikit," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM telah menetapkan alokasi untuk Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel dengan campuran 40% (B40) sebesar 15,6 juta kilo liter (kl) untuk tahun 2025. Jumlah tersebut terdiri dari 7,55 juta kl untuk Public Service Obligation atau PSO dan 8,07 juta kl untuk non-PSO.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa alokasi tersebut mencakup 81% kapasitas produksi dari pabrik biodiesel di Indonesia.

"Saat ini untuk B40 kuantitas volume itu mencapai 15,6 juta kl. Nah 15,6 juta kl ini tadi sudah saya jelaskan dibagi PSO dan non-PSO. Dari sini industri FAME sendiri sudah mencapai 81% kapasitas pabriknya," kata Eniya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Rabu (8/1/2024).

Menurut dia, angka tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan kapasitas produksi pada program B35. Adapun pada program B35, kapasitas produksi yang dihasilkan industri biodiesel hanya mencapai 70%.

"B35 itu sekitar 70% rata-rata kapasitas produksi yang bisa dilakukan oleh industri biodiesel. Nah di sini kita naikkan kira-kira 10%an menjadi 81% kapasitasnya," kata dia.

Eniya berharap implementasi dari program B40 dapat berjalan lancar, dengan keterlibatan badan usaha dalam mendistribusikan biodiesel ke segmen PSO maupun non-PSO.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pengguna BBM Solar Subsidi Bakal Diperketat, Pertamina Buka Suara

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |