Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah kota di Provinsi Cebu Filipina pada Selasa (4/11) terendam banjir parah menewaskan 26 orang, beserta mobil, truk dan kontainer kapal besar ikut terseret arus banjir.
Pejabat penanggulangan bencana setempat, Ethel Minoza, mengatakan kepada AFP dua anak ditemukan tewas di Kota Cebu. Tim penyelamat masih berusaha menjangkau para warga yang terjebak banjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, sedikitnya tiga korban tewas telah dikonfirmasi di wilayah lain. Korban tewas di antaranya seorang lansia yang tenggelam di lantai atas rumahnya di Leyte dan pria tertimpa pohon tumbang di Bohol.
"Situasi di Cebu ini belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Gubernur Provinsi Cebu, Pamela Baricuatro, dalam unggahan Facebook pada Selasa.
"Kami awalnya mengira angin kencang akan jadi ancaman utama, tapi ternyata air justru membahayakan warga kami. Banjir ini benar-benar merusak semua," tambahnya.
Dalam 24 jam sebelum angin topan Kalmaegi mendarat, wilayah sekitar ibu kota provinsi, Kota Cebu, diguyur hujan sebanyak 183 milimeter (sekitar tujuh inci).
Curah hujan ini melebihi rata-rata bulanan sebesar 131 milimeter, kata pakar cuaca pemerintah Filipina Charmagne Varilla kepada AFP.
Don del Rosario berusia 28 tahun mengatakan ia dan keluarganya harus mengungsi ke lantai atas rumah untuk menyelamatkan diri saat badai datang.
"Air naik sangat cepat. Sekitar pukul 4 pagi, situasinya sudah tidak terkendali, orang-orang tidak bisa keluar rumah. Saya sudah tinggal di sini selama 28 tahun dan ini terparah yang pernah kami alami," imbuh dia.
Menjelang tengah malam, Miriam Vargas, ibu berusia 34 tahun, duduk bersama anak-anaknya dalam kegelapan sambil berdoa ketika angin kencang tersebut melanda Kepulauan Dinagat dan menghantam dinding rumah mereka.
Para ilmuwan juga memperingatkan badai menjadi semakin kuat akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Lautan yang lebih hangat memungkinkan topan berkembang lebih cepat, dan atmosfer yang lebih panas menampung lebih banyak uap air yang mengakibatkan curah hujan lebih deras.
Ratusan warga masih tinggal di tenda-tenda setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,9 ini mengguncang pulau tersebut pada akhir September.
Mereka terpaksa dievakuasi demi keselamatannya, kata petugas informasi Cebu, Rhon Ramos, kepada AFP.
Secara keseluruhan, hampir 400.000 orang telah dipindahkan dari jalur topan, ujar wakil kepala Kantor Pertahanan Sipil Filipina, Rafaelito Alejandro dalam konferensi pers.
Hingga pukul 2 siang (06.00 GMT), topan tersebut bergerak ke arah barat melintasi sekelompok pulau Visayas.
Topan tersebut membawa angin berkecepatan 130 kilometer per jam dan hembus hingga 180 kilometer per jam yang menumbangkan pohon dan memutus jaringan listrik.
Filipina biasanya dilanda sekitar 20 badai dan topan setiap tahun, sering kali menerjang wilayah rawan bencana di mana jutaan penduduk hidup dalam kemiskinan.
Terjangan topan Kalmaegi, menurut Varilla, merupakan puncak rata-rata topan topan yang menerjang Filipina tahun ini. Namun ia mengatakan "tiga hingga lima badai tambahan" masih berpotensi terjadi hingga akhir Desember.
(rnp/bac)

7 hours ago
1
















































