Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan warga Gaza tiba-tiba diterbangkan paksa ke Afrika Selatan (Afsel). Sebuah pesawat carteran dilaporkan membawa 153 warga Gaza, mendarat di bandara dekat Johannesburg.
Banyak di antara warga tersebut tanpa dokumen perjalanan yang diperlukan. Yang menariknya lagi, para pejabat Afsel-pun terkejut karena kedatangan pesawat itu.
Pesawat itu pun tak gampang mendarat di Afsel. Setidaknya butuh 12 jam "berjuang", hingga diizinkan turun dan dibantu sebuah organisasi amal setempat.
Otoritas Afsel pun mencoba mencari tahu mengapa mereka tidak memiliki stempel atau slip keluar dari Gaza. Ketika ditanya oleh imigrasi di mana mereka akan tinggal atau berapa lama mereka berencana berada di Afsel, ratusan warga itu pun tampak diam.
Pemerintah Afsel mengizinkan mereka meninggalkan pesawat setelah organisasi amal Gift of the Givers menawarkan akomodasi. Disebut ada 23 warga Gaza yang terbang ke negara lain, tapi tak ada rincian lebih lanjut.
"Mereka adalah orang-orang dari Gaza yang entah bagaimana secara misterius dinaikkan ke pesawat yang melewati Nairobi dan tiba di sini," kata Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa.
"Sepertinya mereka sedang diusir (dari Gaza)," ujarnya lagi.
Apa yang terjadi? Bagaimana kronologinya?
Mengutip Al-Jazeera Senin (17/11/2025), setelah ditelusuri, kejadian ini bermula dari badan bernama Al-Majd Europe. Para penumpang Palestina dikenai biaya yang sangat besar oleh organisasi tersebut, yang menyatakan di situs webnya bahwa mereka mengoordinasikan "evakuasi dari zona konflik".
Namun para aktivis Israel mengatakan, organisasi itu sedang "memajukan pembersihan etnis terhadap warga Palestina dari Gaza". Al-Majd Europe disebut-sebut bertindak dalam koordinasi dengan otoritas Israel.
Salah satu warga Gaza yang tiba di Afsel, Loay Abu Saif menceritakan bagaimana ia mendengar melalui sebuah iklan di media sosial tentang Al-Majd Europe. Ia sendiri melarikan diri dari Gaza, bersama anak dan istrinya.
Situs dari Jerman, Tak Ada Alamat & Nomor Telepon
Situs web Al-Majd Europe menyatakan didirikan pada tahun 2010 di Jerman. Halaman berandanya menampilkan peringatan pop-up tentang individu yang berpura-pura menjadi agennya, membagikan nomor telepon "perwakilan sah".
Namun situs tersebut sendiri tidak memiliki alamat atau nomor telepon. Hanya saja, situs menyediakan lokasi di Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, meski menurut Al-Jazeera tak ada bangunannya di sana.
"Domain situs web tersebut, almajdeurope.org, baru terdaftar pada bulan Februari tahun ini, sementara beberapa tautan di situs tersebut tidak mengarah ke mana pun," tulis laman itu.
"Email yang tercantum, [email protected], memantulkan pesan otomatis yang menyatakan bahwa situs tersebut tidak ada," tambahnya.
"Banyak orang diminta untuk membayar melalui transfer bank ke rekening pribadi, bukan rekening organisasi."
Menyelamatkan Pengungsi Suriah?
Di situsnya sendiri, ada tautan yang mengantarkan pembaca ke kisah-kisah sukses pengungsi. Salah satunya tentang Mona, perempuan 29 tahun, asal Aleppo, Suriah, tanggal 22 Maret 2023.
Meski situs baru terdaftar 10 bulan kemudian, Mona dinarasikan sebagai sosok yang mengucapkan terima kasih kepada Al-Majd karena telah memindahkan dia dan ibunya "ke tempat yang aman" ketika mereka merasa terancam di Lebanon, tempat mereka melarikan diri pada tahun 2013. Namun, foto yang dipakai, dari investigas jurnalis, ternyata bukan Mona melainkan Abeer Khayat.
Khayat sendiri berusia 33 tahun. Fakta diketahui karena foto Khayat diambil jurnalis Madeline Edwards pada bulan Desember 2024 di Tripoli, Lebanon, untuk laman Middle East Eye (MEA).
Bayar Rp 23-30 Juta Tanpa Tahu Pergi ke Mana
Perlu diketahui keluarga-keluarga Gaza tersebut, termasuk seorang wanita hamil, naik pesawat tanpa mengetahui tujuan akhir mereka. Mereka diizinkan naik setelah membayar Al-Majd US$1.400 (sekitar Rp 23 juta) hingga US$2.000 (sekitar Rp 33 juta) per orang di mana harga untuk anak-anak sama dengan harga untuk orang dewasa.
Saif misalnya, mengatakan tak tahu kapan mereka akan meninggalkan Gaza saat membayar, dan diminta menunggu sehari sebelumnya. Ia diberi arahan kemudian, di mana orang dari badan tersebut memintanya membawa tas kecil, ponsel, dan sejumlah uang tunai untuk pergi.
Awalnya sebuah bus dari Rafah di Gaza selatan disiapkan menuju ke persimpangan Karem Abu Salem, dikenal sebagai Kerem Shalom di Israel. Di sana mereka kemudian diperiksa.
Kemudian mereka dipindahkan ke Bandara Ramon Israel. Otoritas Israel juga tidak membubuhkan stempel pada dokumen perjalanan mereka.
"Pemohon ... harus (memiliki) keluarga muda. (Kemudian) nama-nama tersebut dikirim untuk pemeriksaan keamanan. Setelah selesai, dan jika keluarga disetujui, mereka diminta untuk membayar," ujar narasumber anonim.
"Sudah ada koordinasi sebelumnya dengan tentara Israel agar bus-bus tersebut dapat memasuki Rafah... Prosesnya hanya rutin," tambahnya.
Kelompok tersebut berangkat dari Ramon dengan pesawat Rumania dan transit melalui Nairobi, Kenya, sebelum mendarat di Afsel.
Bawa-Bawa RI
Masih melansir laman yang sama, seorang penumpang pesawat mengatakan bahwa pernah ada penerbangan serupa ke Indonesia pada bulan Juni. Situs web Al-Majd juga mengklaim telah memfasilitasi perjalanan bagi "sekelompok dokter yang bekerja di rumah sakit di Jalur Gaza" yang diterbangkannya ke Indonesia "untuk studi lanjutan dan pelatihan medis lanjutan" tertanggal 28 April 2024.
Namun pendiri Gift of the Givers, Imtiaz Sooliman, yang menuduh Al-Majd sebagai salah satu "organisasi garis depan Israel", mengatakan kepada AP bahwa ini adalah pesawat kedua yang tiba di Afsel. Pesawat lain tiba dengan lebih dari 170 warga Palestina di dalamnya pada 28 Oktober, tetapi penerbangan tersebut tidak diumumkan oleh pihak berwenang.
Kata Pemerintah Palestina?
Kedutaan Besar Palestina di Afsel menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penerbangan tersebut diatur oleh "sebuah organisasi tidak terdaftar dan menyesatkan". Mereka disebut "mengeksploitasi kondisi kemanusiaan tragis rakyatdi Gaza, menipu keluarga, mengumpulkan uang dari mereka, dan memfasilitasi perjalanan mereka dengan cara yang tidak teratur dan tidak bertanggung jawab".
Kementerian Luar Negeri Otoritas Palestina juga memperingatkan warga Palestina. Terutama yang berada di Jalur Gaza, tentang jaringan yang berupaya mengusir mereka dari rumah mereka demi kepentingan Israel.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Update Sugiono soal Rencana RI Tampung Warga Gaza di Pulau Galang

2 hours ago
1

















































