Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali dibuat galau terkait nasib TikTok di Negeri Paman Sam.
Meski secara terbuka menyatakan dirinya menyukai aplikasi video pendek asal China tersebut, Trump tetap bersikukuh bahwa TikTok harus berpindah tangan ke entitas AS demi alasan keamanan nasional.
"Presiden benar-benar menyukai TikTok, dan dia mengatakannya berulang kali, karena, Anda tahu, itu adalah cara yang baik untuk berkomunikasi dengan generasi muda," kata Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dalam wawancara dengan Fox News Sunday, dikutip Reuters, Senin (28/7/2025).
Namun, lanjutnya, AS tetap tidak bisa membiarkan perusahaan China memiliki aplikasi di lebih dari 100 juta ponsel warga AS.
"Jadi, aplikasi ini harus beralih ke kepemilikan Amerika, harus menggunakan teknologi Amerika, algoritma Amerika," ujarnya. "Saya tahu Presiden positif terhadap TikTok, asalkan bisa beralih ke tangan Amerika."
Pernyataan ini mengonfirmasi tekanan yang terus meningkat dari Washington terhadap ByteDance, induk TikTok asal China. Pemerintahan Trump bersikeras bahwa TikTok harus dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan AS, termasuk seluruh teknologi dan algoritmanya. Jika tidak, maka TikTok berisiko diblokir secara permanen dari pasar AS.
"China bisa memiliki sebagian kecil (TikTok), atau ByteDance yang merupakan pemilik saat ini bisa mengambil sebagian kecil," ujar Lutnick dalam kesempatan terpisah.
"Namun pada dasarnya [entitas] Amerika akan memiliki kontrol. Amerika akan memiliki teknologinya dan mengontrol algoritmanya."
Jika kesepakatan ini disetujui oleh China, maka kesepakatan ini akan berlangsung. Jika mereka tidak menyetujuinya, maka TikTok akan diblokir.
Trump sendiri telah memperpanjang batas waktu realisasi perintah penjualan TikTok sebanyak tiga kali. Batas waktu terbaru jatuh pada 17 September 2025.
Penundaan ketiga ini menunjukkan belum ada kesepakatan yang ditempuh oleh AS dan China terkait nasib TikTok. Negosiasi kedua negara sempat memanas ketika Trump tiba-tiba melancarkan perang tarif tinggi ke China.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demi TikTok, Donald Trump Rela Jika Harus Mengalah