Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara Israel dan Iran mendorong peningkatan pengawasan global terhadap peran militer Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan bahwa pengerahan ini bersifat defensif. "Tujuannya adalah memperkuat postur pertahanan Amerika Serikat di kawasan," kata Hegseth, sebagaimana dikutip dari Newsweek, Kamis (19/6/2025).
Berikut adalah rincian pengerahan kekuatan militer Amerika Serikat di dan menuju Timur Tengah berdasarkan keterangan pejabat AS, data intelijen terbuka, pelacakan penerbangan, serta laporan media dan pertahanan.
Kekuatan Udara: Jet Tempur Siluman dan Tanker
Militer AS menambah kekuatan udaranya dengan mengerahkan jet tempur F-16, F-22, dan F-35. Ketiga pesawat ini memiliki kemampuan berbeda, namun saling melengkapi.
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multiguna yang tangguh, digunakan luas oleh AS dan sekutu.
F-22 Raptor dan F-35 Lightning II adalah jet generasi kelima dengan kemampuan siluman dan teknologi peperangan elektronik, dirancang untuk pertempuran canggih di ruang udara berisiko tinggi.
Untuk mendukung operasi jarak jauh, AS juga mengerahkan pesawat pengisi bahan bakar udara, termasuk KC-135R Stratotanker dan KC-46A Pegasus. Kedua jenis pesawat ini penting untuk mendukung misi penerbangan berkelanjutan, terutama jika operasi udara menjangkau wilayah Iran.
Bomber Strategis
AS juga memperkuat pangkalan militernya di Pulau Diego Garcia di Samudera Hindia dengan penempatan pembom strategis. Citra satelit terbaru menunjukkan peningkatan kehadiran di pangkalan ini.
Pesawat B-2 Spirit, pembom siluman dengan kemampuan membawa bom konvensional dan nuklir termasuk bunker buster, menjadi andalan.
Demikian pula B-52H Stratofortress, dikenal dengan jangkauan serangan yang luas dan daya hancur tinggi. Israel tidak memiliki bom sejenis untuk menarget fasilitas nuklir bawah tanah Iran, seperti Fordow.
Kekuatan Laut: Kapal Perang dan Kelompok Tempur Induk
Citra satelit menunjukkan kapal-kapal AL AS telah meninggalkan pelabuhan utama Manama, Bahrain, dan kini aktif di kawasan operasi Komando Sentral AS (CENTCOM). Kapal-kapal ini termasuk littoral combat ships (kapal tempur pesisir) dan kapal pemburu ranjau yang menggunakan sonar canggih.
Selain itu, kapal logistik M/V Ocean Trader-kapal induk operasi khusus-juga ikut dikerahkan untuk mendukung pasukan AS.
Dua kelompok tempur kapal induk juga dikerahkan. USS Carl Vinson telah beroperasi di Laut Arab, membawa armada jet tempur F-35C, F/A-18E/F Super Hornet, EA-18G Growler, E-2D Advanced Hawkeye, CMV-22 Osprey, dan helikopter MH-60.
Kelompok tempur USS Nimitz kini dalam perjalanan dari Pasifik Barat menuju Timur Tengah, usai berada di Asia Tenggara. Kapal ini membawa F/A-18, EA-18G, dan helikopter anti-kapal selam.
Pertahanan Rudal dan "Doomsday Plane"
AS juga memindahkan unit pertahanan udara Patriot dari wilayah Pasifik ke Timur Tengah sejak April. Perpindahan satu batalyon sistem ini dilakukan melalui 73 penerbangan pesawat kargo C-17. Sistem Patriot dikenal mampu mencegat rudal hipersonik dan menjadi andalan pertahanan darat AS.
Sementara itu, pesawat komando strategis E-4B Nightwatch alias "Doomsday Plane" terpantau terbang di atas wilayah AS pada Selasa.
Pesawat berbasis Boeing 747 ini dirancang untuk menjaga kelangsungan komando dan kontrol selama situasi perang nuklir atau darurat nasional. Pesawat ini juga digunakan saat serangan 11 September 2001.
Keberadaan pesawat ini bukan untuk operasi langsung di Timur Tengah, namun sebagai sinyal kesiapan penuh dan unjuk kekuatan strategis AS.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Jet Tempur F-35 Angkatan Udara AS Jatuh di Alaska, Ini Kronologinya