Daftar Negara yang Memiliki Utang Ke China, Indonesia Ke Berapa?

1 month ago 10

8000hoki.com Data Situs website Slots Maxwin Indonesia Terbaru Gampang Jackpot Full Terus

hokikilat Top Situs server Slots Gacor Cambodia Terpercaya Mudah Jackpot Banyak

1000 Hoki Online Data Demo situs Slots Gacor Myanmar Terbaik Pasti Lancar Scatter Online

5000 hoki List Situs web Slot Gacor Indonesia Terbaru Pasti Win Non Stop

7000 Hoki Online List Situs website Slot Maxwin Terkini Mudah Lancar Scatter Full Non Stop

9000hoki.com ID server Slots Maxwin Myanmar Terbaik Mudah Menang Full Terus

Platform Slots Gacor basis Myanmar Terkini Sering Scatter Full Setiap Hari

Idagent138 Daftar Id Slot Terpercaya

Luckygaming138 login Id Slot Maxwin Online

Adugaming Slot Gacor

kiss69 Daftar Slot Game Terpercaya

Agent188 Daftar Id Slot Maxwin Terpercaya

Moto128 login Id Slot

Betplay138 Daftar Slot Game

Letsbet77 Slot Maxwin Online

Portbet88 login Akun Slot Game Terbaik

Jfgaming Slot Anti Rungkad

Mg138 Daftar Id Slot Anti Rungkad Online

Adagaming168 Slot Anti Rungkad Terbaik

Kingbet189 login Id Slot Terbaik

Summer138 Id Slot Anti Rungkad Terpercaya

Evorabid77 Daftar Slot Gacor Online

bancibet login Id Slot Game Terpercaya

adagaming168 login Id Slot Anti Rungkad Online

Jakarta, CNBC Indonesia - China menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Saat ini, Negeri Tirai Bambu tersebut menduduk posisi kedua sebagai negara terbesar dari sisi ekonominya.

Dengan kondisi tersebut, China saat ini telah menjadi penagih utang terbesar dunia karena masa tenggang berakhir pada pinjaman miliaran dolar Amerika Serikat (AS) yang diberikan kepada negara-negara di belahan bumi selatan.

China menyumbang sekitar 5% atau US$ 441,8 miliar dari US$ 8,8 triliun utang luar negeri publik yang dimiliki oleh semua negara berpenghasilan rendah dan menengah, menurut data dari laporan Bank Dunia 2024 tentang Statistik Utang Internasional.

Angka-angka tersebut mencakup stok utang luar negeri publik dan utang yang dijamin publik kepada China, di samping total stok utang luar negeri negara-negara tersebut hingga akhir 2023.

Tahun ini, rekor utang tersebut mencapai US$ 22 miliar atau sekitar Rp 357,94 triliun (asumsi kurs Rp 16.270/US$), di mana ada 75 negara termiskin di dunia yang berutang ke China berasal dari 75 negara termiskin di dunia, berdasarkan laporan terkini dari Lowy Institute.

Dilansir dari Newsweek yang didasarkan pada data Bank Dunia (World Bank), ada lebih dari 100 negara yang berutang terhadap China.

Berikut ini daftar negara yang memiliki utang ke China

Diketahui, ada 84 negara yang berutang ke China per 2024 berdasarkan data dari Bank Dunia. Pakistan berada di puncak daftar debitur China, dengan utang mencapai US$ 22,6 miliar (Rp 367,7 triliun), hampir seperenam dari utang luar negerinya yang sebesar US$ 130,8 miliar.

Berikutnya ada Argentina, dengan utang sebesar US$ 21,2 miliar, dari utang luar negerinya yang sebesar US$ 266,2 miliar. Kemudian Angola yang mencapai US$ 17,9 miliar.

Adapun Indonesia sendiri menempati urutan ke-35 dengan total utang ke China mencapai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 24,4 triliun.

Jika diukur dari total utang yang dimiliki oleh China, Djibouti adalah yang paling terdampak, sekitar 45% dari utang luar negerinya yang sebesar US$ 3,4 miliar terkait dengan pemberi pinjaman China.

Banyak Negara yang Terjebak Utang China

Dalam sepuluh tahun terakhir, China terus menggenjot program pembiayaan Belt and Road Initiative (BRI) kepada negara-negara berkembang dunia. Tercatat, pendanaan infrastruktur internasional ala Beijing ini masih terus menjadi lirikan negara-negara berkembang.

Meski begitu, setelah sepuluh tahun lebih berjalan, para pengamat mengatakan strategi ambisius untuk membangun hubungan perdagangan infrastruktur di seluruh Eurasia dan sekitarnya kehilangan tenaga. Hal ini diakibatkan banyaknya negara yang tak mampu melunasinya.

Bahkan, pejabat AS mengecam inisiatif tersebut sebagai "diplomasi jebakan utang" dan memanfaatkan pinjaman untuk menguasai infrastruktur penting.

"Namun seiring meningkatnya pembayaran, beban tersebut akan membebani ekonomi negara berkembang dan mengalihkan sumber daya dari prioritas seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan pengurangan kemiskinan," tulis Lowy Institute, dikutip dari Newsweek.

Saat ini, China menghadapi tekanan internasional yang semakin besar untuk bekerja sama dengan negara-negara yang terlilit utang dalam merestrukturisasi kewajiban mereka. Hal ini dapat memberi kesempatan kepada Negara Barat untuk mendapatkan kembali sebagian pengaruh yang hilang dari China di negara-negara berkembang.

Namun Washington mungkin kesulitan memanfaatkan momen ini, karena pemerintahan Donald Trump mengurangi keterlibatan internasional dan kekuatan lunak AS, menarik diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memangkas anggaran Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, dan merencanakan pemotongan besar-besaran pada Departemen Luar Negeri.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |