Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana memangkas produksi batu bara dan nikel pada 2026. Kebijakan tersebut diambil guna menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan komoditas tambang tersebut di pasar.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, tren harga komoditas saat ini, khususnya batu bara dan nikel, tengah mengalami tekanan akibat kelebihan pasokan di pasar global, termasuk yang berasal dari Indonesia.
Oleh karena itu, pihaknya akan berupaya menjaga pasokan dari Indonesia agar tidak berlebih di pasar, sehingga bisa mendongkrak harga.
"Semuanya kita pangkas. Bukan hanya nikel, batu bara pun kita pangkas. Kenapa? Karena kita akan mengatur supply and demand. Hari ini harga batubara anjlok semua," ungkap Bahlil ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Senin (29/12/2025).
Dia menjelaskan, Indonesia menyuplai sekitar 500-600 juta ton batu bara dari total volume perdagangan dunia yang mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Kondisi inilah yang menjadi biang kerok jatuhnya harga batu bara.
"Hampir 50%. Gimana harganya nggak jatuh? Jadi kita akan mengatur, tujuannya apa? Pengusahanya harus mendapatkan harga yang baik. Negara juga mendapatkan pendapatan yang baik," imbuhnya.
Selain pertimbangan harga, Bahlil menekankan, rencana pembatasan produksi tersebut juga lantaran agar cadangan dalam negeri tidak ditambang secara berlebihan.
Pemerintah memastikan cadangan mineral dan batu bara tetap tersedia untuk masa depan, sekaligus menggunakan RKAB untuk menertibkan perusahaan-perusahaan yang abai terhadap aturan lingkungan.
"Yang berikut, tata kelola pengelolaan batubara kita, jangan kita pikir negara ini cuma kita aja. Kan ada anak cucu kita. Jadi kalau memang harganya murah, ya jangan kita tambang dulu. Biarlah ini kepada anak cucu kita," kata Bahlil.
Produksi Batu Bara Turun
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno sempat mengatakan bahwa pemerintah tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap target produksi batu bara. Namun yang pasti, target produksi tahun depan diperkirakan akan di bawah 700 juta ton.
"Iya, otomatis kita menyesuaikan. Sedang kita lakukan evaluasi. Mungkin di bawah 700-an (juta)," kata Tri ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Perlu diketahui, target produksi batu bara RI pada 2025 ditetapkan sebesar 735 juta ton, lebih rendah dari realisasi produksi batu bara pada 2024 yang tercatat mencapai 836 juta ton. Produksi batu bara pada 2024 ini merupakan rekor baru setelah pada tahun sebelumnya, yakni pada 2023 produksi batu bara RI juga mencapai produksi tertinggi hingga 775 juta ton.
Sampai akhir 2025 ini, Tri sempat menyebut, produksi batu bara RI diproyeksikan "hanya" mencapai sekitar 750 juta ton. Jumlah tersebut lebih rendah hampir 100 juta ton dari realisasi tahun 2024 yang mencapai 836 juta ton.
Adapun, penurunan produksi salah satunya dilatarbelakangi oleh melemahnya permintaan dari negara tujuan utama ekspor seperti China dan India.
Meski demikian, Tri menilai bahwa penurunan produksi bisa menjadi salah satu instrumen yang dapat mendorong kembali penguatan harga batu bara yang kini tengah tertekan.
"Ya paling enggak, ini kita nggak mengeksploitasi sumber daya alam yang ugalan-ugalan tapi dikontrol, harganya masih bisa bagus, kira-kira begitu," ujar Tri.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) ESDM Surya Herjuna juga sempat memprediksi ekspor batu bara RI ke negara tujuan seperti China dan India pada tahun ini bakal menyusut 20-30 juta ton.
Menurut dia, penurunan ekspor terjadi salah satunya disebabkan oleh meningkatnya kapasitas produksi batu bara di negara China yang merupakan pasar utama RI.
"Kalau dilihat sekarang produksi China naik. China juga impornya agak turun. India sih agak stabil. China terutama ya," ungkapnya.
Di sisi lain, Surya mengakui Indonesia memiliki cadangan batu bara sekitar 31 miliar ton dan sumber daya mencapai 93 miliar ton. Namun, permasalahan utama terletak pada kualitas kalori.
"Problemnya 73% kalori rendah, yang kalori tinggi cuma 5%, yang kalori menengah cuma sekitar 8%," katanya.
Kondisi tersebut menjadikan posisi Indonesia kurang kompetitif di pasar batu bara global, terutama ketika pasar membutuhkan pasokan batu bara kalori tinggi. Ditambah, batu bara dengan kalori tinggi umumnya berasal dari tambang-tambang lama.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
1
















































