Eks Tentara Belanda-RI yang Bela Pejuang RI di Perang Kemerdekaan

2 hours ago 1

CNN Indonesia

Minggu, 17 Agu 2025 06:45 WIB

Terdapat beberapa prajurit Belanda dan Inggris yang justru membelot dan membantu para pejuang Indonesia saat perang kemerdekaan. Ilustrasi. Pasukan Inggris di Sisilia saat Perang Dunia 2. (AFP/STF)

Jakarta, CNN Indonesia --

Selama perang kemerdekaan tahun 1945, prajurit Kerajaan Belanda dan Inggris punya andil di Indonesia. Mereka bertahan dan masih ingin menjajah Indonesia.

Namun ternyata, ada beberapa prajurit asing itu yang justru membelot dan membantu para pejuang Indonesia. Pembelotan mereka semata-mata bersimpatik pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.

HJC Prince, Pembela HAM

Salah seorang pembelot itu adalah Haji Johannes Cornelis (H.J.C.) Princen, lebih dikenal sebagai Poncke Princen. Lahir pada 21 November 1925 dan meninggal 22 Februari 2002 di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prince adalah seorang tentara yang ditugaskan di Pulau Jawa. Awalnya pada 1943, tentara Nazi Jerman mulai menginvasi dan menduduki Belanda. Seminari tempat Prince bersekolah diisolasi dan anak-anaknya dikurung di asrama.

Atas desakan pemerintah Belanda, pada akhir 1944, dia masuk dinas militer dan dikirim ke jajahan Belanda di timur yang berusaha memerdekakan diri. Prince pun kemudian bergabung dalam tentara kerajaan Hindia Belanda KNIL.

Namun setelah Indonesia merdeka, Belanda tidak mengakui deklarasi tersebut. Tanggal 26 September 1948, Prince menyaksikan sikap dan berbagai kebrutalan tentara Belanda yang masih bercokol.

Dia pun memilih untuk membelot dan meninggalkan dinas tentara, menyeberangi garis demarkasi dan bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia. Pada tahun 1949 dia pun bergabung dengan divisi Siliwangi dengan nomor pokok prajurit 251121085, Kompi staf brigade infanteri 2, Grup Purwakarta.

Bahkan ikut long march ke Jawa Barat dan terus aktif dalam perang gerilya. Istrinya, seorang peranakan Republikan Sunda terbunuh oleh tentara Belanda dalam sebuah penyergapan.

Dikutip dari situs Yayasan Korban Penelitian Pembunuhan 1965, bukan hanya isterinya yang dibunuh, anaknya yang dalam kandungan ikut tewas. Pada tahun 1948 pula dia, walaupun seorang Belanda, secara langsung menerima penghargaan Bintang Gerilya dari Presiden Soekarno.

Bersambung ke halaman berikutnya...


Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |