Industri Keuangan Islam Kekurangan 7.000 SDM Terlatih Setiap Tahun

9 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Industri keuangan Islam menghadapi tantangan serius dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Kebutuhan tenaga kerja terlatih mencapai 11.000 orang per tahun, sementara jumlah lulusan dari perguruan tinggi baru sekitar 4.000. Artinya, terjadi defisit sekitar 7.000 tenaga profesional setiap tahun.

Kondisi ini disampaikan Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat, dalam forum diskusi yang diselenggarakan Mindanao State University Maguindanao secara daring. Ia menyoroti bahwa kesenjangan ini memaksa industri merekrut tenaga kerja dari bank konvensional lalu melatih ulang mereka.

“Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rifqi Muhammad dan Peni Nugraheni pada tahun 2022, di Indonesia, industri membutuhkan sekitar sebelas ribu pekerja yang terlatih setiap tahun, tetapi saat ini lulusan universitas yang tersedia hanya empat ribu lulusan. Hal ini memaksa perusahaan merekrut bankir konvensional dan melatih ulang mereka. Hal tersebut merupakan solusi sementara yang tidak berkelanjutan,” ujarnya dikutip Ahad (6/7/2025).

Kebutuhan akan SDM keuangan syariah tidak hanya soal kuantitas, tapi juga kualitas. Karena itu, kurikulum pendidikan dinilai harus diarahkan untuk menjawab kebutuhan industri secara langsung. Salah satu pendekatan yang didorong adalah Outcome-Based Education (OBE), dengan struktur yang terfokus pada capaian pembelajaran lulusan.

“Pendekatan Outcome-Based Education (OBE), yang berfokus pada pencapaian Graduate Learning Outcomes (GLOs) atau di Indonesia dikenal dengan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), menentukan kompetensi lulusan sejak awal–meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap–setiap mata kuliah dirancang untuk berkontribusi secara terarah terhadap profil lulusan yang diharapkan,” jelas Sutan.

Ia menambahkan, pengembangan kurikulum tidak bisa dilepaskan dari riset dan kolaborasi industri. Melalui integrasi proyek capstone, studi kasus nyata, dan kerja sama dengan pelaku industri, mahasiswa tidak hanya memahami teori tetapi turut menghasilkan inovasi yang relevan.

“Dengan mengintegrasikan proyek capstone, kolaborasi industri, dan studi kasus nyata, mahasiswa tidak hanya menguasai teori tetapi juga berkontribusi pada inovasi industri,” tegasnya.

Upaya memperbaiki kurikulum pendidikan keuangan Islam menjadi langkah strategis dalam mendorong pertumbuhan industri secara berkelanjutan. Tanpa SDM yang andal, industri akan terus menghadapi kendala regenerasi dan kompetensi.

“Kurikulum tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan berkelanjutan industri keuangan Islam. Kolaborasi antara akademisi, regulator, dan industri, serta adaptasi terhadap perubahan zaman, akan menentukan relevansi dan keberhasilan program ini di masa depan,” pungkasnya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |