Home > Literasi Monday, 17 Nov 2025, 16:17 WIB
Naskah kuno memiliki kedudukan sangat penting sebagai sumber sejarah primer. Banyak generasi muda belum memahami berharganya manuskrip klasik, baik sebagai identitas kultural maupun fondasi pengetahuan sejarah.
Peluncuran buku “Warisan Budaya Palembang: Sejarah Kesultanan Palembang Dalam Naskah Kuno”. (FOTO: D. Oskandar)KINGDOMSRIWIJAYA-REPUBLIKA NETWORK – Sebuah buka yang ditulis bersumber dari naskah kuno Kesultanan Palembang, Ahad (16/11) diluncurkan di aula Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam. Buku tersebut berjudul “Warisan Budaya Palembang: Sejarah Kesultanan Palembang Dalam Naskah Kuno” dengan penulis Leni Mastuti.
Leni yang aktif di Forum Wisata dan Budaya Sumatera Selatan (Forwida) menulis buku yang bersumber dari naskah kuno tersebut butuh waktu selama tiga bulan sejak Agustus – Oktober 2025. Tidak hanya mengumpulkan data sejarah, penulis juga harus bergelut dengan proses alih aksara (transliterasi) dari dokumen-dokumen tua.
“Tantangan terberat muncul karena sebagian naskah mengalami kerusakan dan ditulis menggunakan aksara Jawi atau aksara Melayu, sehingga membutuhkan ketelitian ekstra dan kemampuan membaca manuskrip lama”, pada diskusi peluncuran buku yang dihadiri Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja dan kerabat Kesultanan Palembang serta akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
Leni Mastuti yang meraih gelar Magister Humaniora di Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Fatah menjelaskan, penulisan buku dilakukan dengan menggarap tiga naskah utama yang masing-masing memiliki sudut pandang dan alur penulisan berbeda. Ketiga naskah tersebut kemudian dibandingkan, disinkronkan, dan dicari kesamaannya untuk memetakan alur sejarah Kesultanan Palembang secara utuh dan ilmiah.
“Prosesnya tidak mudah karena tiap naskah punya detail berbeda. Tantangannya adalah menyatukan kembali potongan-potongan sejarah itu ke dalam satu alur yang akurat,” katanya.
Menurut Leni, naskah kuno memiliki kedudukan sangat penting sebagai sumber sejarah primer. “Sekarang banyak generasi muda yang belum memahami betapa berharganya manuskrip klasik, baik sebagai identitas kultural maupun fondasi pengetahuan sejarah. Kita harus memahami bahwa naskah kuno bukan hanya catatan lama atau benda usang. Di dalamnya tersimpan ilmu, nilai budaya, dan jejak sejarah yang sangat berharga. Jika kita tidak mempelajarinya, siapa lagi yang akan melanjutkan kisah sejarah ini?” ujar Leni.
Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

2 hours ago
1
















































