Warga gaza mendukai kerabat yang syahid akibat serangan Israel di Gaza bagian tengah, Rabu (29/10/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Tentara Israel pada Rabu (29/30/2025) ini, mengumumkan kembali komitmennya untuk gencatan senjata di Jalur Gaza, setelah membunuh 100 warga Palestina, termasuk 35 anak-anak, dalam serangan yang menargetkan berbagai wilayah di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Aljazeera pada Rabu, atas arahan politik, tentara Israel mulai kembali berkomitmen pada perjanjian yang dilanggar oleh Hamas setelah serangkaian serangan besar-besaran terhadap militan dan banyak target lainnya.
Pernyataan itu menjelaskan bahwa tentara dan badan keamanan Shin Bet menargetkan lebih dari 30 militan dari tingkat kepemimpinan dalam organisasi yang beroperasi di Jalur Gaza, tanpa merinci lebih lanjut.
Sementara itu, militer Israel mengancam akan menanggapi dengan keras setiap pelanggaran, meskipun mereka akan terus menerapkan perjanjian tersebut.
Badan Pertahanan Sipil di Jalur Gaza mengumumkan pada Rabu bahwa militer Israel telah membunuh lebih dari 100 warga Palestina, termasuk 35 anak-anak, dalam pembantaian terpisah dalam waktu kurang dari 12 jam.
Serangan tentara Israel menargetkan rumah-rumah, mobil sipil, pusat penampungan, rumah sakit, dan tenda-tenda pengungsi, yang semuanya berada di sebelah barat apa yang disebut “garis kuning”, yaitu di luar wilayah yang dikuasainya.
Kebuntuan
Dalam konteks ini, Profesor hukum internasional di Universitas Arab Amerika, Raed Abu Dayeh, mengatakan kepada Aljazeera, bahwa apa yang terjadi di Gaza mencerminkan kerapuhan sistem internasional secara keseluruhan.
Dayeh menjelaskan, wilayah tersebut kembali terbangun dengan babak baru pertumpahan darah, setelah serangan Israel menargetkan tenda-tenda pengungsi dan rumah-rumah sipil, hanya beberapa hari setelah perjanjian gencatan senjata mulai berlaku.

4 hours ago
1










































