Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama buka suara usai dituduh berkhianat oleh Presiden Donald Trump.
Juru bicara Obama, Patrick Rodenbush, mengatakan tuduhan pengkhianatan yang dilontarkan Trump adalah hal konyol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut tudingan tersebut merupakan upaya "lemah" Trump untuk mengalihkan perhatian publik terhadap kasus yang belakangan mengemuka.
"Tuduhan aneh ini konyol dan merupakan upaya lemah untuk mengalihkan perhatian," ucap Rodenbush dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters, Rabu (23/7).
Rodenbush juga menyampaikan surat yang dirilis Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard tidak melemahkan kesimpulan pihaknya bahwa Trump benar kongkalikong dengan Rusia saat pemilihan presiden pada 2016 lalu.
Gabbard pekan lalu mempublikasi informasi mengenai "konspirasi pengkhianatan" pada 2016 yang disebut dilakukan pemerintahan Obama untuk menjatuhkan Trump.
"Dokumen yang dirilis pekan lalu itu tidak sedikit pun melemahkan kesimpulan bahwa Rusia berupaya memengaruhi pemilihan presiden 2016 namun tidak berhasil memanipulasi suara apa pun," kata Rodenbush.
Trump sebelumnya menuduh Obama melakukan upaya kudeta karena telah secara keliru mengaitkan dirinya dengan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 AS lalu. Ia tak membeberkan bukti apa pun terkait tuduhannya itu.
Tudingan itu sendiri dilontarkan saat Trump bicara di Oval Office pada Selasa (22/7) untuk merespons pernyataan Gabbard.
Pada 2017, informasi intelijen AS menyimpulkan bahwa Rusia, dengan menggunakan media sosial, melakukan disinformasi dan peretasan untuk mengacaukan kampanye pilpres Hillary Clinton dan sebaliknya meningkatkan elektabilitas Trump.
Penilaian intelijen itu menyebut upaya Moskow tersebut hanya berdampak kecil pada pilpres AS dan tak berdampak pada perolehan suara.
Trump sudah berulang kali menyatakan klaim pemerintahan Obama ini hoax. Baru-baru ini, ia bahkan mulai 'menyerang' Obama dengan membuat video palsu yang menunjukkan Obama ditangkap dengan tangan terikat di Oval Office.
Belakangan, Trump sedang disorot karena kasus Jeffrey Epstein, mantan pemodal yang terjerat kasus perdagangan seks.
Ia baru-baru ini dilaporkan pernah mengirim hadiah ulang tahun untuk Epstein yang berisi gambar seorang perempuan tanpa busana dengan tanda tangannya di bagian bawah pinggang sang perempuan yang menyerupai rambut kemaluan.
Selain karena hadiah tersebut, pemerintahannya juga disorot karena dinilai tak transparan soal kasus ini.
Publik sejak lama curiga bahwa ada daftar klien Epstein yang masih dirahasiakan otoritas, serta dugaan bahwa kematian Epstein di penjara merupakan bagian dari upaya menutup-nutupi.
Epstein sendiri telah meninggal dunia usai bunuh diri di penjara New York pada 2019. Insiden itu terjadi setelah ia didakwa atas perdagangan seks dalam skema di mana dia diduga mempersiapkan perempuan muda dan di bawah umur untuk dijual ke taipan.
(blq/bac)