5 hours ago
1
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kadang kala, orang-orang saat mendapatkan air minum atau makanan yang dalam kondisi masih panas cenderung tidak sabar. Mereka lalu meniup atau sengaja bernapas di dekat wadahnya agar sajian itu cepat menghangat atau dingin.
Ternyata, tindakan itu dilarang dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk bernapas atau meniup air ke dalam gelas atau piring makanan.
أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيْهِ
"Nabi Muhammad SAW melarang bernapas di dalam bejana (gelas) (ketika minum) dan meniup di dalamnya" (HR Tirmidzi dan Abu Dawud).
Larangan ini bukan tanpa alasan. Ada sejumlah hikmah besar di balik itu.
Dalam Buku Adab-Adab Makan Seorang Muslim karya Aris Munandar, dijelaskan bahwa etika makan dan minum menjadi bagian dari ajaran Islam. Di antaranya adalah tidak bernapas dan meniup air di dalam wadah minum atau piring makanan.
Beberapa hadis yang menjadi landasan adalah:
Dari Abu Qatadah, Nabi SAW bersabda, “Jika kalian minum, janganlah mengambil napas dalam wadah air minumnya” (HR Bukhari no 5630 dan Muslim no 263).
Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi SAW melarang untuk mengambil napas atau meniup wadah air minum” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud, disahihkan oleh al-Albani).
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan, larangan tersebut termasuk dalam etika. Sebab, ada kekhawatiran bahwa tiupan napas dapat mengotori air minum atau makanan. Di samping itu, tindakan tersebut dapat menimbulkan bau tidak sedap atau membuat sesuatu dari mulut dan hidung jatuh ke dalam sajian.
Senada dengan itu, Imam Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad (IV/325) menyebut, meniup minuman dapat membuatnya berbau tidak enak. Bau ini bisa membuat orang enggan meminumnya, apalagi jika orang yang meniup sedang memiliki bau mulut. Intinya, napas yang bercampur dengan minuman dapat mengubah kualitasnya.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menegaskan dua larangan sekaligus: tidak bernapas dalam wadah minum, dan tidak meniupnya.
