Megathrust Ancam RI, Peta Titiknya Berubah dan Pakar Kasih Warning

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu Megathrust menjadi salah satu berita paling populer dan sorotan hangat pembaca CNBC Indonesia sepanjang tahun 2025. Dalam catatan CNBC Indonesia, isu ini menjadi perhatian seiring kejadian alam yang menggemparkan terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Ancaman gempa megathrust kembali menjadi sorotan serius seiring pembaruan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia. Dalam peta terbaru tahun 2024, jumlah zona megathrust di Indonesia bertambah menjadi 14 titik, dari sebelumnya 13 zona pada peta 2017. Perubahan ini bukan sekadar administratif, melainkan jadi gambaran meningkatnya tingkat bahaya gempa di sejumlah wilayah Indonesia.

Indonesia berada di jalur Cincin Api Pasifik dengan zona subduksi aktif yang menyimpan energi tektonik besar. Salah satu segmen yang paling mengkhawatirkan berada di selatan Pulau Jawa. Dampaknya tidak hanya terbatas di wilayah selatan Jawa, tetapi dapat menjalar hingga Selat Sunda dan beririsan dengan segmen Sumatra, khususnya Segmen Enggano.

Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menjelaskan bahwa energi di zona subduksi selatan Jawa terus terakumulasi.

"Semakin lama energi yang terkumpul ini akan mencapai titik pelepasan energinya melalui pergerakan mendadak yang memicu getaran atau guncangan yang sangat kuat atau gempa bumi. Jika dilepaskan sekaligus bisa menyebabkan gempa hingga M 8,7."

Gempa besar tersebut berpotensi memicu perpindahan kolom air laut dan membangkitkan tsunami dengan ketinggian ekstrem. Rahma menyebut tsunami yang ditimbulkan dapat mencapai 20 meter dan berdampak luas.

"Semua pesisir Banten itu akan berdampak tapi dengan tinggi (tsunami) yang berbeda-beda," ujarnya.

Jika segmen megathrust selatan Jawa, khususnya wilayah Pangandaran, pecah, gelombang tsunami diperkirakan menyebar ke Selat Sunda.

"Kawasan pesisir Banten kira-kira tsunami 4 sampai 6 atau 8 meter," kata Rahma. Ia menambahkan, "Lampung yang menghadap Selat Sunda akan kena semua."

Untuk Jakarta, dampak tsunami diprediksi lebih kecil namun tetap signifikan, terutama di pesisir utara. Ketinggian gelombang diperkirakan mencapai 1 hingga 1,8 meter dan tiba sekitar 2,5 jam setelah gempa.

Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)Foto: Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)
Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)

"2,5 jam tsunami tiba. Kalau Jawa bagian selatan 40 menit sudah sampai, Lebak itu 18 menit. Oke, yang kena imbas itu pertama kali adalah wilayah Jakarta Utara ya," sebutnya.

Seiring dengan ancaman tersebut, pembaruan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2024 menunjukkan adanya peningkatan risiko gempa di berbagai daerah. Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia sekaligus Guru Besar ITB, Iswandi Imran, menilai kerapatan kontur bahaya gempa pada peta terbaru jauh lebih rapat dibandingkan peta 2017.

"Antara yang sebelumnya 2017 dengan 2024 yang paling atas ya kalau kita lihat kontur lebih rapat ya yang pada 2024 yang mengindikasikan sebenarnya adanya peningkatan bahaya gempa di daerah-daerah tertentu di Indonesia," ujarnya.

Peta tersebut mencatat zona megathrust Jawa berpotensi menghasilkan gempa dengan magnitudo maksimum 9,1. Beberapa zona lain, seperti Mentawai-Pagai, Mentawai-Siberut, dan Enggano, memiliki potensi gempa hingga magnitudo 8,9. Zona Aceh-Andaman bahkan tercatat sebagai yang paling besar dengan potensi magnitudo maksimum 9,2.

Selain Jawa dan Sumatra, zona megathrust juga tersebar di Sumba, Sulawesi Utara, Palung Cotobato, hingga perairan Filipina Selatan dan Filipina Tengah. Dengan bertambahnya satu zona baru, peta ini kini menjadi rujukan utama dalam pemetaan risiko gempa nasional.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sebelumnya menyebut dua zona megathrust berada dalam kondisi seismic gap, yakni Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Keduanya sudah ratusan tahun tidak melepaskan energi besar, masing-masing sejak gempa terakhir pada 1757 dan 1797. Namun BMKG menegaskan bahwa istilah "menunggu waktu" kerap disalahartikan.

"Tinggal menunggu waktu bukan ramalan. Kalimat ini sering disalahartikan. Yang dimaksud adalah zona tersebut menyimpan potensi besar karena sudah lama tidak melepaskan energi. Bukan berarti gempa akan terjadi dalam waktu dekat," tulis BMKG.

BMKG juga menekankan istilah tersebut digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan berbasis data sejarah dan geologi, bukan untuk memicu kepanikan.

Dari sisi ilmiah global, Profesor Kosuke Heki dari Hokkaido University, Jepang, menilai Indonesia memiliki kemiripan karakter geologi dengan zona Nankai Trough, salah satu kawasan megathrust paling aktif di dunia.

"Kami memahami bahwa gempa bumi berkekuatan 8 terjadi dalam interval yang jauh lebih pendek sekitar 50 hingga 100 tahun. Jadi, ini adalah pandangan klasik kami sebelum gempa bumi," katanya.

Heki menekankan pentingnya pemantauan deformasi kerak bumi jangka panjang melalui Global Navigation Satellite System dan pengukuran geodesi dasar laut.

"Kemudian kita dapat melihat bahwa kopling antar-seismik yang saling mengunci terjadi hampir di sumbu palung. Jadi, bahkan di bagian batas besar yang sangat dangkal, terdapat regangan yang terakumulasi untuk gempa berikutnya," tuturnya.

Ia juga menyoroti fenomena slow slip event atau preslip sebagai indikator awal. "Fenomena ini telah diamati berulang di Nankai Trough dan bagian lain Jepang. Salah satu peristiwa pergeseran lambat ini mungkin memicu gempa palung Nankai berikutnya," kata Heki. Ia menambahkan, "Saat ini saya sedang mengerjakan masalah ini di Indonesia."

Di dalam negeri, pemantauan berbasis GNSS juga mulai digunakan untuk membaca potensi bahaya gempa di wilayah padat penduduk. Associate Professor ITB Endra Gunawan memaparkan hasil riset mengenai potensi seismogenik Sesar Jakarta.

"Analisis kami berdasarkan pendekatan GPS, dan kami menemukan bahwa patahan di bagian selatan Jakarta ini menghasilkan laju pergeseran sekitar tiga milimeter per tahun dengan kedalaman penguncian tujuh dan sudut kemiringan 63 ke selatan," ujarnya.

Sementara itu, ahli GNSS CORS dari Badan Informasi Geospasial, Muhammad Al Kautsar, menekankan pentingnya integrasi data GNSS nasional untuk pemantauan deformasi mikro harian.

"Dinamika pergerakan lempeng di Indonesia membawa implikasi serius. Akibat dari pergerakan tersebut, Indonesia akan banyak mengalami gempa bumi dan aktivitas gunung berapi," katanya.

Dengan bertambahnya jumlah zona megathrust menjadi 14 titik dan meningkatnya potensi magnitudo gempa di sejumlah segmen, para pakar menilai risiko gempa besar di Indonesia bersifat nyata. Kesiapsiagaan, pemantauan berbasis sains, serta penguatan ketahanan infrastruktur dinilai menjadi kunci untuk meminimalkan dampak ketika energi besar itu suatu saat dilepaskan.

Berikut daftar 14 zona megathrust yang tercatat dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2024:

  1. Zona Megathrust Aceh-Andaman berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 9,2.
  2. Zona Megathrust Nias-Simelue berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,7.
  3. Zona Megathrust Batu berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 7,8.
  4. Zona Megathrust Mentawai-Siberut berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,9.
  5. Zona Megathrust Mentawai-Pagai berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,9.
  6. Zona Megathrust Enggano berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,9.
  7. Zona Megathrust Jawa berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 9,1.
  8. Zona Megathrust Jawa bagian barat berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,9.
  9. Zona Megathrust Jawa bagian timur berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,9.
  10. Zona Megathrust Sumba berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,9.
  11. Zona Megathrust Sulawesi Utara berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,5.
  12. Zona Megathrust Palung Cotobato berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,3.
  13. Zona Megathrust Filipina Selatan berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,2.
  14. Zona Megathrust Filipina Tengah berpotensi mengeluarkan gempa dengan magnitudo maksimal 8,1.

(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |