Nasib Warga RI! Cari Kerja Susah, Gilaran Dapat Ternyata Tak Layak

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah ketenagakerjaan di Indonesia tengah mengalami sorotan serius dari Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Pasalnya, pekerjaan yang tidak layak di Indonesia saat ini tengah menjamur, tercermin dari penghasilan yang diperoleh pekerjanya tidak mendorong daya belinya.

Semakin minimnya sektor-sektor produktif yang memberikan pekerjaan dan upah layak selama ini telah berefek pada makin lemahnya pertumbuhan ekonomi RI, akibat daya beli masyarakat terganggu. Laju ekonomi tanah air per kuartal I-2025 hanya 4,87% secara tahunan atau year on year (yoy) meninggalkan tren satu dekade terakhir yang stagnan di kisaran 5%.

"(Ekonomi makin lemah) memang banyak hipotesanya, tapi menurut saya, itu pasti terkait dengan hal yang utama dalam ekonomi RI, yaitu pekerjaan layak. Karena yang mempengaruhi daya beli itu pada akhirnya income," ucap Arief dalam program Cuap Cuap Cuan CNBC Indonesia, dikutip Jumat (18/7/2025).

Arief menjelaskan, pekerjaan yang tidak layak itu bisa dilihat dari produktivitas usaha yang rendah hingga memberikan penghasilan yang minim bagi para pekerjanya. Sektor usaha yang tidak produktif dan menghasilkan upah atau gaji ke pekerjanya minim ialah sektor pertanian, kehutanan, perikanan hingga perdagangan.

Sayangnya, dari total penduduk bekerja di Indonesia yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir dalam data Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2025, mayoritas masyarakat Indonesia mencari nafkah di dua sektor itu.

Berdasarkan data yang dirilis BPS tiap semester itu terungkap bahwa sektor pertanian, kehutanan, perikanan memiliki porsi terbesar sebagai tempat mencari nafkah para pekerja di Indonesia. Porsinya mencapai 28,54% dari total penduduk bekerja yang sebanyak 145,77 juta orang atau setara 41,61 juta orang.

Urutan kedua ialah sektor perdagangan yang porsi penduduk bekerjanya sebesari 19,26% atau setara 28,07 juta orang. Urutan ketiga barulah industri pengolahan yang porsi penduduk bekerja Indonesia di sektor itu sebanyak 13,45% atau hanya sebesar 19,60 juta orang.

Rata-rata upah yang diberikan untuk sektor pertanian menjadi yang terendah dibanding sektor usaha lain. Rata-rata upah pekerjanya secara nasional hanya sebesar Rp 2,25 juta, jauh di bawah rata-rata keseluruhan upah buruh per Februari 2025 yang senilai Rp 3,09 juta.

Urutan kedua terbawah ialah sektor akomodasi dan makan minum yang hanya Rp 2,42 juta, setelahnya atau urutan ketiga barulah sektor perdagangan yang para pekerjanya rata-rata hanya diupah senilai Rp 2,67 juta.

Sementara itu, sektor industri pengolahan upah rata-ratanya Rp 3,09 juta, meski masih lebih rendah dari pekerja di sektor konstruksi yang rata-rata upahnya Rp 3,21 juta, dan aktivitas profesional maupun perusahaan yang sebesar Rp 3,97 juta.

Rata-rata upah buruh tertinggi ialah di sektor pertambangan Rp 5,09 juta, pengadaan listrik dan gas Rp 5,04 juta, serta sektor aktivitas keuangan dan asuransi Rp 4,88 juta.

Bukannya Naik, Gaji Pekerja Malah Turun

Dalam dokumen Keadaan Pekerja di Indonesia edisi Februari 2025 yang dipublik Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata upah/gaji/pendapatan bersih sebulan pekerja pada Februari 2025 mengalami peningkatan, yakni mencapai Rp 2,84 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2024 sebesar Rp 2,76 juta.

Meski secara rata-rata naik, namun bila dibedah berdasarkan lapangan pekerjaan utama ada yang mengalami penurunan. Misalnya, sektor informasi dan komunikasi yang gaji bersih pekerjanya sebulan malah merosot menjadi Rp 4,00 juta dari catatan per Februari 2024 sebesar Rp 4,62 juta.

Demikian juga pekerja di sektor aktivitas keuangan dan asuransi yang kini menjadi hanya senilai Rp 4,81 juta dari sebelumnya sebesar Rp 5,15 juta. Sektor real estat menjadi Rp 4,13 juta dari sebelumnya Rp 4,30 juta rata-rata per bulannya.

Pekerja di sektor pendidikan juga tak terkecuali mengalami penurunan berdasarkan data per Februari 2025 dibanding Februari 2024. Nominalnya ialah menjadi Rp 2,77 juta dari sebelumnya Rp 2,83 juta.

Upah Rendah, Cari Kerja Masih Saja Sulit

Saat lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja mayoritas malah berasal dari sektor-sektor produktivitas rendah bergaji kecil, masyarakat Indonesia masih ada yang kesulitan mencari pekerja, ditandai dengan jumlah pengangguran yang mengalami kenaikan.

Jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2025 yang sebanyak 7,28 juta orang itu juga lebih tinggi ketimbang catatan pada Februari 2024 yang sebanyak 7,19 juta orang.

Dari total jumlah pengangguran yang tercatat per Februari 2025 sebanyak 7,28 juta orang itu, mayoritas berusia 15-24 tahun dengan jumlah mencapai 3,55 juta orang. Lalu, urutan kedua ialah berusia 25-34 tahun dengan jumlah sebanyak 1,94 juta orang.

Sementara itu, jumlah pengangguran yang usianya 35-44 tahun sebanyak 684.028 orang, 45-54 tahun sebanyak 528.796 orang, 55-64 tahun sebesar 416.113 orang, dan yang berusia 65 tahun ke atas sebanyak 160.343 orang.

walaupun kelompok usia 15-24 tahun masih mendominasi pengangguran di Indonesia, namun jumlahnya per Februari 2025 yang sebanyak 3.55 juta orang itu turun dibanding catatan pada Februari 2024 yang sebanyak 3,62 juta orang. Demikian juga untuk usia 35-44 tahun yang turun menjadi 684.028 dari sebelumnya 775.969.

Sisanya malah mengalami kenaikan, seperti usia 25-34 tahun dari 1,91 juta orang menjadi 1,94 juta orang, 45-54 dari 520.480 menjadi 528.796, 55-64 dari 250.144 melonjak jadi 416.113, dan 65 tahun ke atas dari 118.342 menjadi 160.343.

(arj/arj)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |