Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pariwisata global diperkirakan akan mencatat lonjakan luar biasa dalam dekade ini. Proyeksi ini terungkap dalam laporan terbaru World Economic Forum (WEF) bersama Kearney dan Kementerian Pariwisata Arab Saudi.
Laporan ini menyebutkan, pada 2034, wisatawan akan melakukan 30 miliar perjalanan setiap tahun dan menyumbang US$ 16 triliun atau sekitar Rp260.000 triliun (kurs Rp16.300) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Dalam laporan bertajuk Travel and Tourism at a Turning Point: Principles for Transformative Growth, sektor pariwisata diprediksi tumbuh 1,5 kali lebih cepat dibanding ekonomi global. Ini memperkuat peran pariwisata sebagai mesin penciptaan lapangan kerja, pertukaran budaya, dan investasi.
"Pariwisata global sedang berada di titik balik penting," kata Presiden WEF, Børge Brende seperti dilansir Gulf News di Jakarta, Sabtu (5/7/2025). "Untuk memaksimalkan potensi ini, kita perlu membayangkan ulang sektor ini secara berani dengan menyeimbangkan aspek keberlanjutan, inovasi, dan manfaat bagi masyarakat lokal," ujarnya menambahkan.
Asia Pimpin Pertumbuhan Pariwisata
Asia diprediksi menjadi kawasan dengan pertumbuhan pariwisata tercepat. Negara-negara seperti India, China, Arab Saudi, Thailand, dan Sri Lanka berada di garis depan. Pada 2030, India dan China diperkirakan akan menyumbang lebih dari 25% dari total perjalanan internasional ke luar negeri.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Asia diproyeksikan melampaui 7% pada 2034, didorong oleh percepatan investasi untuk meningkatkan daya saing global dan diversifikasi ekonomi.
Foto: Ilustrasi Menara Eiffel (AP/Francois Mori)
The French Aerial Patrol fly by the Eiffel Tower and over the Olympics fan zone in Paris, Sunday, Aug. 8, 2021. Celebrations were held in Paris Sunday as part of the handover ceremony of Tokyo 2020 to Paris 2024, as Paris will be the next Summer Games host in 2024. The passing of the hosting baton will be split between the Olympic Stadium in Tokyo and a public party and concert in Paris. (AP Photo/Francois Mori)
Beberapa pendorong pertumbuhan baru turut muncul, antara lain:
- Pasar wisata olahraga yang diperkirakan tembus US$ 1,7 triliun pada 2032
- Pertumbuhan ekowisata sebesar 14% per tahun, mengikuti tren wisata berbasis pengalaman
- Nilai pasar teknologi perjalanan (travel tech) yang naik dari US$ 10,5 miliar di 2024 hampir dua kali lipat pada 2033, dengan 91% pelaku sektor ini menyatakan akan meningkatkan investasi
Namun, ledakan wisata ini juga membawa tantangan besar, terutama dalam penyediaan infrastruktur. Untuk melayani 30 miliar perjalanan global per tahun, industri pariwisata perlu membangun 7 juta kamar hotel tambahan dan menambah 15 juta penerbangan per tahun.
Dampak Lingkungan dan Tantangan SDM
Tingginya pertumbuhan juga berisiko meningkatkan dampak lingkungan. Tanpa reformasi, emisi gas rumah kaca dari sektor pariwisata bisa naik dari 8% menjadi 15% dari total global pada 2034. Wisatawan juga diperkirakan menghasilkan 205 juta ton limbah padat setiap tahun, atau 7% dari total limbah dunia.
Sementara itu, sektor pariwisata juga menghadapi krisis tenaga kerja. Tingkat pergantian staf di sektor perhotelan Inggris tercatat mencapai 53% dari 2022 ke 2023. Di Amerika Serikat, hotel masih kesulitan merekrut meski sudah menaikkan upah secara signifikan.
"Keberhasilan industri ini tidak dijamin," kata Bob Willen, Chairman di Kearney. "Agar dapat berkembang secara berkelanjutan, kita harus membangun infrastruktur yang ramah lingkungan, memberdayakan pekerja, dan memastikan manfaat bagi komunitas lokal."
Arab Saudi, yang menjadi tuan rumah peluncuran laporan ini, tengah berinvestasi besar dalam pengembangan destinasi regeneratif, infrastruktur masa depan, dan penciptaan talenta. Negara itu menargetkan menyambut 150 juta pengunjung pada 2030.
"Pariwisata kini bukan lagi industri yang berdiri sendiri, melainkan katalisator penting untuk pertumbuhan dan kerja sama ekonomi," ujar Menteri Pariwisata Arab Saudi, Ahmed Al-Khateeb.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Pemerintah Hemat Besar-besaran, Kemenpar Incar Sumber Baru Devisa