Pasar Unitlink Global Tumbuh Pesat, Bagaimana dengan Indonesia?

1 hour ago 1

Achmad Aris,  CNBC Indonesia

09 December 2025 17:50

Key Takeaway

  • Pasar unitlink global diprediksi tumbuh pesat dengan CAGR 10,5% dalam 10 tahun ke depan
  • Asuransi unitlink diprediksi jadi alat yang semakin vital untuk memastikan keamanan finansial
  • Kinerja return 32 jenis fund unitlink saham overweight dibandingkan dengan IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar unitlink global diperkirakan akan tumbuh pesat seiring dengan tingginya permintaan produk asuransi yang menggabungkan proteksi jiwa dan investasi. Namun di Indonesia, kinerja pasar unitlink masih tertekan.

Unitlink atau Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) merupakan produk asuransi yang memberikan proteksi sekaligus imbal hasil investasi. Perpaduan unsur proteksi dan investasi ini membuat unitlink menjadi instrumen keuangan yang tepat dalam rangka pengelolaan keamanan finansial jangka panjang, perencanaan pensiun, dan akumulasi kekayaan.

Allied Market Research memperkirakan pasar unitlink global akan tumbuh pesat dengan CAGR sebesar 10,5% dalam 10 tahun ke depan. Nilai pasar unitlink diprediksi mencapai US$3,3 triliun pada 2034 dari posisi 2024 sebesar US$1,1 triliun.

Perkembangan pesat pasar unitlink didorong oleh meningkatnya permintaan akan program perlindungan investasi yang fleksibel, meningkatnya adopsi solusi pengelolaan kekayaan, dan meningkatnya kebutuhan untuk menjamin stabilitas keuangan di berbagai segmen nasabah.

Baik perusahaan maupun individu yang beralih ke produk unitlink ingin memastikan penghematan jangka panjang, imbal hasil tinggi, dan perlindungan yang andal.

Selain itu, lonjakan pendapatan yang dibelanjakan, inisiatif pemerintah yang mendorong inklusi keuangan, dan ekspansi usaha kecil dan menengah (UKM) di seluruh dunia semakin mendorong kebutuhan akan solusi asuransi unitlink yang mudah digunakan dan terukur.

Saluran distribusi offline diperkirakan akan mendominasi pasar unitlink karena tingginya kepercayaan terhadap panduan keuangan tatap muka. Sementara itu, broker dan agen tetap menjadi mitra distribusi penting pendorong pertumbuhan pasar unitlink.

Berdasarkan kawasan, Asia Pasifik dan Amerika Latin berada di garis depan pasar asuransi unitlink. Dominasi dipegang oleh Asia Pasifik berkat meningkatnya kesadaran finansial, peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan, dan meningkatnya preferensi terhadap produk asuransi yang terkait investasi.

Sementara itu, di negara-negara seperti India dan Tiongkok, permintaan didorong oleh pertumbuhan populasi kelas menengah, adopsi digital dalam distribusi asuransi, dan inisiatif yang didukung pemerintah yang mendorong tabungan dan perlindungan jangka panjang.

Namun demikian, terdapat sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat ekspansi pasar unitlink yaitu biaya polis yang tinggi, risiko yang terkait pasar, dan struktur produk yang kompleks dapat menghambat ekspansi pasar.

"Seiring dengan berkembangnya ekspektasi konsumen, asuransi unitlink diperkirakan akan menjadi alat yang semakin vital untuk memastikan keamanan finansial, akumulasi kekayaan dan hasil investasi berkelanjutan di berbagai kelompok pendapatan dan tahap kehidupan," tulis laporan Allied Market Research dikutip, Selasa (9/12/2025).

Berbanding terbalik dengan prospek pasar untilink global, pasar unitlink di Indonesia hingga saat ini tercatat masih tertekan sebagai imbas dari pengetatan regulasi pemasaran produk unitlink.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa pendapatan premi produk asuransi unitlink hingga kuartal III/2025 mengalami penurunan sebesar 17,57% secara tahunan menjadi Rp30,67 triliun. Menurut Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono, kontraksi pendapatan premi unitlink dipicu oleh pergeseran minat masyarakat ke produk asuransi tradisional seperti endowment dan proteksi murni.

Unitlink sebelum tahun 2022 merupakan produk primadona perusahaan asuransi karena sebagai penyumbang pendapatan premi terbesar. Porsinya mencapai 60%-an dari total pendapatan premi asuransi jiwa. Namun, tren tersebut berbalik setelah pemberlakuan SEOJK Nomor 5 Tahun 2022 yang memperketat proses penjualan produk unitlink.

Munculnya SEOJK Nomor 5/2022 sebenarnya lebih ditujukan untuk memperketat proses pemasaran produk unitlink yang sebelumnya menimbulkan kasus sengketa klaim dengan nasabah.

Kini, per Mei 2025, kontribusi premi produk unitlink tersisa hanya 22,78% atau turun dibandingkan dengan posisi Desember 2024 yang mencapai 28%.

Menanggapi tren penurunan kinerja premi unitlink ini, beberapa eksekutif perusahaan asuransi jiwa menyatakan bahwa sebenarnya minat masyarakat terhadap produk unitlink masih tinggi. Namun, kendalanya adalah pada proses pemasaran dimana minat agen untuk memasarkan produk unitlink menurun akibat persyaratan yang ketat.

Alhasil, perusahaan asuransi cenderung memanfaatkan kanal distribusi bancassurance untuk memasarkan produk unitlink. Hal ini dilakukan mengingat kesamaan tipikal produk unitlink dengan produk-produk investasi yang ditawarkan oleh bank.

Dalam kasus unitlink yang sempat ramai sebenarnya yang bermasalah bukan produk unitlinknya tetapi proses penjualannya (misselling). Penyampaian informasi oleh agen yang tidak utuh dan hanya yang baik-baik, membuat nasabah menaruh harapan tinggi terhadap produk unitlink. Begitu pengajuan klaim tiba, hitungan nasabah dan perusahaan asuransi berbeda yang berujung pada dispute.

Sebagai produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, kinerja imbal hasil produk unitlink tercatat cukup positif. Data Infovesta Utama per 28 November 2025 mencatat imbal hasil indeks unitlink saham (Infovesta Equity Unit Linked Index) sebesar 11,84%.

Meski kinerjanya di bawah imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 20,18%, tetapi imbal hasil indeks unitlink saham lebih tinggi dibandingkan dengan return IDX30 dan LQ45 yang masing-masing hanya 2,94% dan 2,31%. Meski demikian, kinerja 32 jenis fund unitlink saham tercatat overweight dibandingkan dengan kinerja IHSG.

Berdasarkan jenis fund-nya, produk unitlink milik Asuransi Simas Jiwa yaitu Simas Jiwa Equity Fund 2 mencatatkan return terbesar yaitu 86,81% year to date per 28 November 2025. Peringkat kedua ditempati oleh unitlink besutan Asuransi Jiwa Starinvestama yaitu Star Equity Fund dengan imbal hasil sebesar 73,83%.

Peringkat ketiga ditempati oleh unitlink besutan MNC Life Assurance yaitu MNC Dinamis Saham dengan return sebesar 49,39%. Berikutnya, produk unitlink besutan Asuransi Jiwa Starinvestama bernama Q-Investa Equity Fund mengantongi imbal hasil 47,29%. Di posisi kelima kembali produk unitlink besutan Starinvestama bernama Relife Primelink Equity Fund mencatatkan kinerja moncer dengan imbal hasil 42,23%.

Di pasar pendapatan tetap, tiga produk unitlink yang berhasil mencetak imbal hasil terbesar adalah MNC Pendapatan Tetap Pasti besutan MNC Life Assurance dengan imbal hasil 29,47%, disusul dua produk unitlink besutan Asuransi Jiwa Starinvestama yaitu Star Fixed Income dan Relife Investlink Fixed Fund dengan return masing-masing 25,19% dan 18,03%.

Untuk instrumen campuran, tiga produk unitlink dengan imbal hasil terbesar adalah dua di antaranya produk besutan Starinvestama yaitu Star Balanced Fund dan Relife Primelink Balanced Fund dengan return masing-masing 167,51% dan 34,76%. Berikutnya adalah Maestro Balanced Syariah Rupiah besutan AXA Financial Indonesia dengan imbal hasil sebesar 20,33%.

(ach/ach)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |