Pengakuan Palestina atau Akal-Akalan Lucuti Hamas?

21 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Ramai negara mendeklarasikan rencana pengakuan negara Palestina dalam kerangka solusi dua negara. Namun dibalik gelombang pengakuan itu, tersembunyi prasyarat untuk menyingkirkan Hamas yang merupakan faksi politik terkuat di Palestina saat ini.

Negara-negara Arab yang diujungtombaki Mesir, Saudi, dan Qatar pada Rabu mendeklarasikan di Markas PBB solusi dua negara dengan syarat Hamas harus dilucuti senjatanya. Hamas juga disyaratkan menyerahkan kekuasaan ke Otoritas Palestina. 

Perdana Menteri Kanada Mark Carney juga mengumumkan rencana mengakui negara Palestina dengan syarat Hamas tak lagi memainkan peran untuk masa depan Palestina. Kanada juga mensyaratkan Hamas tidak akan diizinkan untuk mengambil bagian dalam pemilu mendatang. 

Pemilihan umum terakhir di Palestina dilaksanakan pada 2006. Kala itu, kelompok Hamas memenangkan mayoritas kursi parlemen. Namun, negara-negara Barat dan Israel menolak kemenangan itu dengan dalih bahwa Hamas masih berstatus sebagai kelompok teror.

Selepas pemilihan dan sikap Barat tersebut, terjadi perang sipil di Gaza yang berujung pemisahan pemerintahan dengan Tepi Barat. Hamas menguasai sepenuhnya Gaza, sementara Otoritas Palestina yang kebanyakan berisi anggota Fatah memerintah secara terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Di masyarakat Palestina, survei yang dilakukan Palestine Center for Policy and Survey Research (PCPSR) pada Mei 2025 lalu menunjukkan bahwa dukungan mayoritas masih kepada Hamas. Terkait pelucutan senjata Hamas, misalnya, mayoritas di Tepi Barat (85 persen) dan di Jalur Gaza (64 persen)  menjawab menentang hal tersebut. Hanya 18 persen yang mendukungnya. 

Sebanyak 65 persen juga menentang pengusiran pemimpin militer Hamas dari Jalur Gaza jika hal itu merupakan syarat untuk menghentikan perang, dan hanya 31 persen mendukungnya. 

Ketika ditanya partai politik atau gerakan mana yang mereka dukung, persentase terbesar (32 persen) mengatakan mereka lebih memilih Hamas, diikuti oleh Fatah (21 persen), 12 persen memilih pihak ketiga, dan 34 persen mengatakan mereka tidak mendukung salah satu dari mereka atau tidak tahu. 

Tujuh bulan lalu, 36 persen mengatakan mereka mendukung Hamas dan 21 persen mengatakan mereka mendukung Fatah. Hasil ini berarti bahwa dukungan terhadap Hamas selama tujuh bulan terakhir mengalami penurunan sebesar 4 poin persentase, sementara dukungan terhadap Fatah tetap tidak berubah selama periode yang sama. 

Dukungan untuk Hamas saat ini mencapai 29 persen di Tepi Barat dibandingkan dengan 37 persen tujuh bulan lalu; dan untuk Fatah sebesar 18 persen dibandingkan dengan 18 persen tujuh bulan lalu. Di Jalur Gaza, dukungan terhadap Hamas mencapai 37 persen dibandingkan dengan 35 persen tujuh bulan lalu; dan dukungan untuk Fatah sebesar 25 persen dibandingkan 26 persen pada tujuh bulan lalu.

Jika pemilu legislatif baru diadakan hari ini dengan partisipasi seluruh kekuatan politik yang ikut serta dalam pemilu tahun 2006, maka 62 persen menyatakan akan ikut serta. Di antara peserta pemilu 43 persen menyatakan akan memilih Hamas, 28 persen memilih Fatah, 8 persen memilih pihak ketiga, serta 19 persen belum mengambil keputusan. 

Dibandingkan hasil tujuh bulan lalu, hasil saat ini di kalangan pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu menunjukkan penurunan sebesar 2 poin persentase untuk Hamas dan peningkatan satu poin persentase untuk Fatah. 

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |