Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Kamboja Hun Manet secara resmi mengajukan permintaan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menggelar pertemuan darurat, menyusul baku tembak lintas batas yang terjadi antara militer kedua negara.
Dalam surat yang ditujukan kepada Presiden Dewan Keamanan PBB saat ini, Asim Iftikhar Ahmad, Hun Manet menyebut bahwa Thailand telah melakukan "agresi yang sangat serius" yang membahayakan perdamaian dan stabilitas kawasan.
"Mengingat agresi Thailand yang sangat serius akhir-akhir ini, yang secara signifikan mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan, saya dengan sungguh-sungguh meminta Anda untuk segera mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan guna menghentikan agresi Thailand," tulis Hun Manet dalam surat resminya, dilansir AFP.
Adapun Thailand melancarkan serangan udara terhadap target-target militer Kamboja setelah pasukan Kamboja menembakkan roket dan artileri.
Militer Thailand mengatakan serangan lintas perbatasan Kamboja menewaskan setidaknya sembilan warga sipil, termasuk seorang anak, dan melukai 14 lainnya.
Enam orang tewas dalam serangan di dekat sebuah pom bensin di Provinsi Sisaket, menurut pernyataan militer, sementara tiga orang lainnya, termasuk seorang anak laki-laki berusia delapan tahun, tewas di Provinsi Surin dan Ubon Ratchathani.
Enam jet tempur F-16 dikerahkan dari Provinsi Ubon Ratchathani, dan menargetkan dua lokasi militer Kamboja di darat, menurut juru bicara deputi militer Thailand, Ritcha Suksuwanon.
Militer Thailand menyalahkan pasukan Kamboja atas tembakan pertama, dan menuduh mereka melakukan "serangan yang menyasar warga sipil", dengan menyebut bahwa dua roket BM-21 menghantam permukiman di Distrik Kap Choeng, Surin, dan melukai tiga orang.
Menurut militer Thailand, bentrokan bermula sekitar pukul 07.35 pagi waktu setempat ketika satuan yang menjaga Candi Ta Muen mendengar suara drone Kamboja di atas wilayah mereka.
Beberapa saat kemudian, enam tentara Kamboja bersenjata - termasuk satu orang membawa granat berpeluncur roket (RPG) - mendekati pagar kawat berduri di depan pos Thailand.
Pasukan Thailand sempat meneriakkan peringatan, namun sekitar pukul 08.20 pagi, pasukan Kamboja melepaskan tembakan ke arah timur candi, sekitar 200 meter dari pos Thailand.
Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menyatakan bahwa "situasi ini memerlukan penanganan hati-hati, dan kami harus bertindak sesuai dengan hukum internasional."
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kedaulatan kami," tegasnya.
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyatakan militer Thailand telah melanggar integritas teritorial Kerajaan Kamboja dengan melancarkan serangan
"Sebagai tanggapan, angkatan bersenjata Kamboja menjalankan hak sah untuk membela diri, sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional, untuk menghalau pelanggaran oleh Thailand dan melindungi kedaulatan serta integritas wilayah Kamboja," lanjut pernyataan tersebut.
Sutthirot Charoenthanasak, kepala distrik Kabcheing di Provinsi Surin, Thailand, mengatakan kepada Reuters peluru artileri menghujani rumah warga.
"Dua orang telah tewas," imbuhnya, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang telah mengevakuasi sekitar 40.000 warga dari 86 desa di sekitar perbatasan ke lokasi yang lebih aman.
Adapun kedua negara tengah terlibat perselisihan sengit terkait wilayah yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud (Emerald Triangle) - kawasan di mana perbatasan Thailand, Kamboja, dan Laos bertemu - dan menjadi lokasi beberapa candi kuno.
Perselisihan ini telah berlangsung selama beberapa dekade dan sempat meletus menjadi bentrokan berdarah lebih dari 15 tahun lalu. Ketegangan kembali mencuat pada Mei lalu, saat seorang prajurit Kamboja tewas dalam kontak tembak.
Bentrokan bersenjata kali ini merupakan puncak dari krisis diplomatik yang telah memanas sejak Mei lalu, ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam kontak senjata singkat. Insiden tersebut memicu kemarahan publik dan meningkatkan ketegangan politik di kedua negara.
Puncaknya terjadi Rabu malam, ketika Thailand secara resmi menarik pulang duta besarnya dari Phnom Penh dan mengumumkan pengusiran duta besar Kamboja dari Bangkok.
Langkah diplomatik ini diambil setelah dua prajurit Thailand kehilangan anggota tubuh akibat ranjau darat dalam waktu kurang dari seminggu di wilayah sengketa tersebut.
Thailand menuduh bahwa ranjau-ranjau tersebut ditanam baru-baru ini oleh pihak Kamboja-sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Phnom Penh.
Pemerintah Kamboja menyatakan bahwa para tentara Thailand telah keluar dari jalur yang telah disepakati dan secara tidak sengaja memicu ranjau peninggalan perang sipil puluhan tahun lalu.
Menurut organisasi-organisasi yang bergerak di bidang pembersihan ranjau (de-mining), Kamboja memang masih menyimpan jutaan ranjau aktif sisa dari konflik internal yang berkecamuk selama beberapa dekade. Namun, Thailand bersikeras bahwa ranjau-ranjau tersebut baru ditanam dalam beberapa waktu terakhir sebagai bentuk provokasi.
Perselisihan batas wilayah antara kedua negara telah berlangsung selama lebih dari satu abad, dengan berbagai titik perbatasan sepanjang 817 kilometer yang belum sepenuhnya disepakati. Konflik ini telah memicu serangkaian bentrokan berdarah selama bertahun-tahun, termasuk insiden besar pada 2011 yang berlangsung selama sepekan dan melibatkan tembakan artileri berat dari kedua belah pihak.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Tok! PBB Tolak Resolusi Perang Rusia-Ukraina Versi AS, Ini Isinya