Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia kembali menyalakan retorika nuklir. Terbaru, hal ini kembali diutarakan oleh Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Selasa (22/7/2025).
Dalam pemaparannya, ia mengomentari wacana pertemuan 5 negara berkekuatan veto PBB yang juga pemegang senjata nuklir, Peskov menyebut saat ini dunia sudah mengarah pada militerisasi senjata nuklir. Maka itu, pertemuan 5 negara ini dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak berdasar untuk saat ini.
"Jelas tidak ada dasar untuk mengadakan pertemuan puncak seperti itu saat ini. Kami melihat arah menuju eskalasi ketegangan, menuju militerisasi, termasuk di bidang nuklir," ujarnya dikutip TASS.
"Badan-badan terkait kami sedang memantau perkembangan di bidang ini dan mengembangkan langkah-langkah untuk memastikan keamanan kami dalam konteks saat ini."
Kekhawatiran terhadap nuklir telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir di tengah beberapa konflik, termasuk perang Rusia-Ukraina, ketegangan yang memanas di Timur Tengah, dan konflik antara India dan Pakistan.
Hal ini juga terkonfirmasi sebuah laporan bulan Juni dari Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN) menemukan bahwa negara-negara bersenjata nuklir meningkatkan pengeluaran nuklir mereka pada tahun 2024 hingga US$ 10 miliar (Rp 160 triliun).
Sejatinya, prakarsa untuk menyelenggarakan KTT Dewan Keamanan PBB P5 (Rusia, China, Inggris, AS, dan Prancis) diajukan pada 23 Januari 2020 oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, saat berbicara di Forum Holocaust Dunia.
Kemudian, dalam pidatonya di hadapan Dewan Federasi Rusia, Putin menyatakan harapannya agar pertemuan tatap muka para kepala negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, "Nuclear Five", dapat segera diselenggarakan setelah pandemi Covid-19 berakhir.
Namun dengan ketegangan Ukraina saat ini, pejabat Rusia sering mengomentari pandangannya tentang penggunaan senjata nuklir dan terkadang memicu kekhawatiran tentang kemungkinan penggunaannya. Apalagi, saat ini kekuatan nuklir Barat seperti AS, Inggris, dan Prancis, masih lebih berpihak pada Kyiv.
Ketegangan antara Iran dan Israel juga telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir. AS menyerang Iran bulan lalu dengan tujuan mengurangi kemampuan nuklirnya, meskipun beberapa penilaian intelijen menyatakan bahwa serangan tersebut tidak menghancurkan elemen-elemen kunci dari rencana nuklir negara tersebut.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Good Bye Perang Rusia-Ukraina, Trump Berunding dengan Putin