Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin masih tinggi di tengah angka kemiskinan nasional yang menurun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Maret 2025, jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 23,85 juta orang atau mengalami penurunan 0,2% jika dibandingkan dengan September 2024.
Namun, rasio Gini atau ketimpangan pengeluaran penduduk RI pada Maret 2025 mencapai 0,375. Angka ini menurun 0,006 poin jika dibandingkan dengan gini ratio September 2024 yang sebesar 0,381.
Sebagai catatan, nilai rasio Gini berada di antara 0-1. Jika semakin tinggi atau mendekati 1, semakin tinggi ketimpangannya.
Para ekonom menilai salah satu penyebab besarnya ketimpangan antar penduduk disebabkan oleh kelompok yang terus mendapat kemudahan, baik dari sisi regulasi maupun jaringan kekuasaan. Sementara di sisi lain, banyak kelompok masyarakat kecil yang tidak punya akses setara terhadap modal, tanah, atau peluang usaha.
Bahkan Presiden Prabowo Subianto memiliki istilah baru untuk menggambarkan fenomena tersebut, yakni Serakahnomics.
Dalam Kongres Partai Solidarita Indonesia (PSI) di Surakarta, Minggu malam (20/7/2025), Prabowo mengatakan Serakahnomics adalah terminologi untuk menggambarkan praktik keserakahan dalam ekonomi.
"Jadi ternyata kita ada fenomena baru, saya kira mazhabnya tadi mazhab ini mazhab itu. Ini ada mazhab baru ekonomi itu yang saya sebut mazhab serakahnomics," kata Prabowo dalam pidatonya di penutupan Kongres PSI 2025, Surakarta, Jawa Tengah, Minggu malam (20/7/2025).
Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menjelaskan bahwa serakahnomics lahir dari dua akar persoalan besar, yakni bentuk ekonomi yang ekstraktif dan perilaku pejabat negara yang koruptif.
Pelaku serakahnomics kerap memanfaatkan kekuasaan, menyuap pejabat tinggi, atau bahkan masuk ke dalam lingkar pemerintahan. Sebagai imbalan, para pelaku mendapat konsesi lahan tambang atau perkebunan yang luas.
Dalam praktiknya pelaku serakahnomics berkedok ekspor namun banyak yang dilakukan secara ilegal. Fenomena ini disebut sebagai penghindaran pajak atau underinvoicing.
"Dia jual tanah dan air, dia keruk dan rusak tapi uangnya ditransfer ke luar negeri. Jadi pajaknya juga kurang bayar. Tapi karena dijaga secara politik maka tidak ada pihak yang berani menganggu selama jangka waktu yang lama" ujar Bhima kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/7/2025).
Berdasarkan laporan terkait ketimpangan kekayaan yang dilakukan oleh Celios pada Tahun 2024 ditemukan, 50 orang terkaya di Indonesia harta nya setara dengan 50 juta orang biasa. Untuk menghabiskan kekayaan lima triliuner teratas, dibutuhkan waktu 630 tahun dengan pengeluaran harian Rp 2 miliar.
Sementara dibutuhkan waktu 1 abad agar pekerja secara umum dapat menyamai kekayaan lima triliuner teratas.
"Jadi sudah ekstrem ketimpangan akibat keserakahan elit. Begitu juga dengan lahan dimana gini rasio lahan 0,7 jauh diatas gini rasio pengeluaran penduduk 0,375. Kalau dibiarkan bisa terjadi pemberontakan sosial, karena yang menganggur dan miskin makin hopeless dengan keadaan terutama berusia muda," tegasnya.
Menurut ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, istilah serakahnomics mencerminkan keresahan terhadap ketimpangan yang masih terus terjadi bahwa pertumbuhan ekonomi selama ini belum benar-benar dirasakan merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
""ekonomi Indonesia tumbuh cukup konsisten dalam beberapa tahun terakhir, tapi jurang antara yang punya dan yang tidak masih lebar," ujar Yusuf kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/7/2025).
Yusuf menilai praktik serakahnomics bisa terlihat lewat penguasaan lahan dalam skala besar yang terus berulang. Sebagian besar tanah produktif dikuasai oleh segelintir korporasi atau individu, sementara petani kecil kesulitan mengakses lahan atau menghadapi konflik agraria yang berkepanjangan.
Selain itu, sektor-sektor usaha strategis juga seringkali didominasi oleh kelompok yang sama.
"Akibatnya, akses terhadap keuntungan ekonomi menjadi tidak merata, dan upaya untuk menciptakan pemerataan jadi jauh lebih sulit," ujarnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bappenas Targetkan Ekonomi Indonesia Tumbuh 6,3% pada 2026