Sejumlah santri mengaji kitab hadits Arbain Nawawi saat ngabuburit mengaji kitab kuning di kompleks Pondok Pesantren Al Musthofa Tebuireng 16 Wadas, Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (6/3/2025). Selama bulan Ramadhan di ponpes tersebut santri diwajibkan mengikuti program Ngabuburit Ngaji Kitab Kuning berjudul Arbain Nawawi dan Nashoihul Ibad untuk menambah pengetahuan tentang ilmu adab dan tasawuf sekaligus mengisi waktu menjelang berbuka puasa.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan santri dan tokoh agama di Kota Bandung mendorong kemerdekaan Palestina pada puncak peringatan hari Santri tahun 2025 yang digelar di halaman kantor PC NU Kota Bandung akhir pekan kemarin. Sejumlah pesantren turut hadir dalam acara tersebut.
Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Bandung KH Ahmad Haedar mengatakan tema santri bersatu, bela pesantren mengandung pesan mendalam tentang tanggung jawab moral dan spiritual santri terhadap kemanusiaan.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Ini merupakan gerakan atau sikap yang bertujuan untuk membela, melindungi, dan menegaskan kembali peran strategis pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan, moral, dan kebangsaan Indonesia.
Bela pesantren mencakup berbagai aspek, mulai dari pembelaan terhadap fitnah atau serangan yang mencoba merusak citra pesantren, memperjuangkan kesetaraan pesantren dalam sistem pendidikan nasional, hingga mengintegrasikan peran pesantren dalam pembangunan bangsa secara menyeluruh.
Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap isu-isu tertentu, seperti penyerangan digital yang mengaburkan fakta atau upaya untuk menggerus nilai-nilai yang selama ini dijunjung tinggi oleh pesantren.
“Tema ini mengandung makna santri tidak hanya belajar dan berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menegakkan martabat umat dan membela kemanusiaan,” ucap dia belum lama ini.
Sedangkan bela Palestina merupakan gerakan solidaritas dan dukungan yang bertujuan untuk membela hak-hak rakyat Palestina yang terampas, menentang penjajahan, dan menuntut keadilan. Gerakan ini berakar dari berbagai perspektif, termasuk kemanusiaan, agama, dan hukum internasional.
Dari sisi kemanusiaan, bela Palestina merupakan respons terhadap penderitaan yang dialami warga sipil akibat konflik berkepanjangan, yang mencakup kekerasan, pengusiran, dan krisis kemanusiaan. Sementara itu, dari sisi hukum internasional, gerakan ini bertujuan untuk menolak segala bentuk penjajahan dan mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi bangsa Palestina. Dalam konteks Indonesia, dukungan terhadap Palestina juga sejalan dengan amanat konstitusi yang menentang penjajahan di atas bumi.

3 hours ago
1








































