Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengakui sangat kesulitan melacak underground economy atau ekonomi bawah tanah yang potensinya dinilai cukup besar.
Bank Dunia dalam laporannya 'Economic Policy: Estimating Value Added Tax (VAT) and Corporate Income Tax (CIT) Gaps in Indonesia' menemukan bahwa pemungutan pajak di dalam negeri tak efisien karena ekonomi bawah tanah lolos dari pemajakan.
"Menurut sebuah studi oleh Medina dan Schneider (2018), ekonomi bawah tanah di Indonesia diperkirakan mencapai 21,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2015," beber Bank Dunia di dalam data tersebut yang dirilis pada Maret 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Purbaya, sangat sulit untuk menghitung potensi underground economy karena memang transaksi atau aktivitasnya tidak tercatat secara resmi.
"Anda tahu underground ekonomi itu apa? Hitung aja susah, bagaimana Anda menghitungnya? Namanya underground. Saya jadi nggak tahu potensinya berapa," ujar Purbaya ditemui di Kantornya, Senin (27/10).
Bendahara negara ini menyebutkan bahwa jika ada pihak yang mengatakan potensi underground economic sangat besar, maka itu adalah hal yang tidak benar. Pasalnya, ia sangat sulit untuk menghitung potensi dari aktivitas ekonomi yang tidak tercatat secara resmi.
"Yang menghitung-hitung mengarang semuanya. Kalau ada kan bukan underground, sudah di atas tanah itu, gak bisa terhitung itu, kan tebak manggis semua," jelasnya.
Purbaya mengatakan sampai saat ini belum menemukan kebijakan tepat apa yang bisa untuk menarik ekonomi bawah tanah karena memang belum mengetahui potensinya sebesar apa.
"Jadi saya tidak tahu kebijakan apa untuk menarik underground ekonomi, sebesar berapa Karena size-nya juga nggak terlalu clear. Tapi nanti kayaknya ada kebijakan untuk menarik itu, mungkin dari perbankan. Tapi nanti saya bisa diskusikan," tegasnya.
Kendati, Purbaya menekankan apabila ada yang bisa menghitung potensi ekonomi bawah tanah dengan jelas, maka ia siap kejar demi menggenjot penerimaan negara.
"Kalau angkanya clear, bisa saya hitung betul, kita akan kejar. Saya akan kejar. Kalau Rp1.000 triliun misalnya, oke saya hajar 50 persennya, kan dapat Rp500 triliun. Itu yang saya bilang, orang sering bilang ada underground economy bisa diambil, bisa dimasukkan ke sistem, jadi size-nya sekian, tapi bagaimana menghitungnya?," jelasnya.
"Saya juga bukannya nggak mau, saya mau. Cuma hitungan mereka nggak terlalu clear," pungkasnya.
(ldy/agt)

4 hours ago
2
















































