Raja Charles dan Pangeran William Turun Tangan Hadapi Kebijakan Trump

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Raja Charles III dan Pangeran Wales diperkirakan akan melakukan perjalanan terpisah ke AS pada tahun 2026. Kunjungan ini sebagai bagian dari kampanye untuk menghidupkan kembali kesepakatan perdagangan dengan Donald Trump.

Dikutip dari The Guardian dan Times, pembicaraan lanjutan tentang kunjungan raja dikatakan sedang berlangsung. Times mengungkapkan bahwa kunjungan Charles ke AS kemungkinan akan berlangsung pada bulan April 2026.

William diperkirakan akan melakukan kunjungan terpisah ke AS selama Piala Dunia, yang akan diselenggarakan oleh AS, Kanada, dan Meksiko dari 11 Juni hingga 19 Juli.

Kunjungan tersebut akan menjadi kunjungan pertama oleh seorang raja Inggris yang berkuasa sejak Ratu Elizabeth II menerima undangan dari George W Bush pada tahun 2007.

Awal bulan ini, AS menghentikan investasi miliaran poundsterling yang dijanjikan ke sektor teknologi Inggris akibat perselisihan perdagangan. Seperti diketahui, sebelumnya, AS sepakat akan menghabiskan miliaran dolar di Inggris, termasuk investasi 22 miliar poundsterling dari Microsoft dan 5 miliar poundsterling dari Google. Komitmen ini diumumkan saat kunjungan Trump ke Inggris pada September lalu.

Namun, AS menunda implementasi perjanjian tersebut, dengan alasan kurangnya kemajuan dari Inggris dalam menurunkan hambatan perdagangan di bidang lain.

Keputusan untuk menundanya merupakan pukulan bagi pemerintah Inggris, yang menggembar-gemborkan perjanjian tersebut sebagai hadiah dari keterlibatan intensif selama setahun dengan AS untuk menghindari tarif hukuman pada ekspor Inggris.

Sebagai bagian dari upaya diplomasi yang menarik, PM Inggris Keir Starmer telah menjamu Trump untuk kunjungan kenegaraan kedua di Kastil Windsor pada bulan September lalu. Ini adalah sebuah kehormatan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi seorang Presiden AS.

Sebelumnya, Downing Street mengatakan pemerintah Inggris masih dalam "pembicaraan aktif" dengan AS mengenai kesepakatan teknologi tersebut. Namun juru bicara kantor perdana menteri Inggris mengakui bahwa negosiasi dagang ini tidak pernah mudah.

Laporan menunjukkan bahwa para negosiator AS telah frustrasi dengan lambatnya kemajuan dalam menyepakati kesepakatan perdagangan yang lebih luas yang diumumkan pada Mei 2025, ketika Inggris lolos dari tarif 20% yang diberlakukan Presiden AS terhadap sebagian besar negara lain di dunia.

Pajak jasa digital Inggris, yang ditentang oleh pendukung teknologi besar Trump, dan isu sensitif tentang akses yang lebih besar ke pasar Inggris bagi petani AS, dianggap sebagai poin-poin yang menghambat.

(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |