Jakarta, CNN Indonesia --
Darah tani Otong Wiranta mengalir dari ayahnya, seorang petani di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sejak kecil, Otong rajin menemani sang ayah pergi ke sawah.
Lazimnya anak-anak petani saat itu, Otong mulanya sekadar iseng mengikuti ayahnya, sambil menghabiskan waktu dengan bermain di pematang.
Dari keisengan itu, Otong pelan-pelan mulai belajar membantu, dari mencangkul tanah hingga menandur. Kebiasaan itulah yang akhirnya membawa Otong mengikuti jejak ayahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, berbeda dengan ayahnya, Otong adalah petani dengan latar keilmuan akademik. Otong remaja menimba ilmu di Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA). Selepas lulus sekolah ia memutuskan untuk kerja di perusahaan agrochemicals.
Sambil bekerja, Otong melanjutkan studi di Universitas Winaya Mukti, Sumedang, dan berhasil lulus sebagai sarjana pertanian. Setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan, Otong memutuskan keluar.
Pada 2004, ia bertekad ingin berdiri di atas kaki sendiri dengan menjadi seorang petani. Uang hasil kerja bertahun-tahun, ia jadikan modal dengan membeli lahan sekitar 4.000 meter persegi.
Pada awal usahanya, Otong menggarap sendirian lahan hasil jerih payahnya. Ia terjun langsung menanam bibit padi setiap musim tanam. Terkadang, Otong menanam jagung di sebagian lahannya.
Kini sudah lebih dari 20 tahun Otong bergelut dengan pertanian padi. Asam garam selama bertani, seringnya ia telan sendirian. Sekarang, di usia menginjak 55 tahun, Otong sudah memiliki sawah seluas 2 hektare lebih di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang
"Saya di swasta itu sambil nyari pengalaman mengelola usaha dan ternyata usaha tani itu salah satu sektor yang menguntungkan," kata Otong saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu (24/12).
Selama puluhan tahun itu pula Otong pelan-pelan melebarkan lini usahanya. Dari yang awalnya bertani, Otong mengembangkan bisnisnya hingga sektor hilir, dari penyediaan pupuk, produksi benih, hingga menjual beras hasil padinya sendiri.
"Jadi, keuntungan diperoleh tidak dari budidaya saja. Tapi dari penyediaan sarana produksinya (pupuk, pestisida dll). Dari produksi benih juga. Selain itu jika beras lagi bagus harganya, maka saya jadikan beras hasil panennya," ujar Otong.
Tak hanya itu, ia juga aktif berorganisasi. Sekarang, Otong dipercaya menjadi Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat.
Menurut Otong, pertanian hari ini tak semudah di masa lalu. Ada semakin banyak tantangan dalam menggarap sawah, seperti musim yang semakin tak menentu, serangan hama penyakit, hingga tenaga kerja yang kian langka.
Ketersediaan pupuk subsidi
Subang merupakan salah satu penghasil padi terbesar di Jabar. Subang menempati posisi ketiga, di bawah Indramayu dan Karawang, sebagai daerah dengan produksi padi tertinggi.
Untuk menggenjot hasil panen, butuh pemupukan yang maksimal. Otong menyebut pemakaian pupuk sangat penting untuk pertumbuhan padi.
Ia memilih memakai pupuk subsidi Urea dan Phonska. Selain itu ada nutrisi tambahan yang disemprotkan beberapa kali dalam setiap masa tanam.
Otong menjelaskan pemupukan dilakukan 2 kali per musim tanam, namun ada juga yang sampai 3 kali.
Pemupukan pertama dilakukan pada umur 10-15 hari setelah padi ditanam. Kemudian pemupukan kedua 40-45 hari setelah tanam.
"Tanaman padi dari sebar itu bisa dipanen setelah umur 110-120 hari atau sekitar 4 bulan," ujarnya.
"Sekarang [kami] sudah selesai tanam dan melakukan pemupukan pertama," imbuh Otong.
Ia membeli pupuk subsidi dari PT Pupuk Indonesia (Persero).
Otong menyebut pemerintah tahun ini sangat mendukung petani dalam menyediakan pupuk subsidi berkualitas. Selain itu, pemerintah juga telah menurunkan harga pupuk bersubsidi.
"Yang bikin petani tambah senang, harganya turun 20 persen. Harga pupuk Urea dari Rp2.250 per kg menjadi Rp1.800. Sedangkan Phonska dari Rp2.300 menjadi Rp1.840," katanya.
Menurut Otong penurunan harga pupuk subsidi sangat membantu petani seperti dirinya. Pasalnya, kebutuhan pupuk untuk tanaman padi tak sedikit.
Ia rata-rata menggunakan pupuk Urea dan Phonska sekitar 500 sampai 550 kg per hektare, setiap musim tanam.
Otong juga mengaku puas dengan kualitas pupuk dari Pupuk Indonesia. Kualitas pupuk subsidi atau nonsubsidi, menurutnya bagus. Ia yakin pupuk yang berkualitas bisa meningkatkan hasil panen.
"Alhamdulillah, hasil kami musim kemarin rata-rata 8-8,5 ton per musim. Penghasilan dari nilai uang itu sekitar Rp45-50 juta per hektare kotornya," ujarnya.
Otong juga ikut membantu penyaluran pupuk subsidi ke para petani agar merata.
Ia memastikan para petani yang sudah menjadi anggota kelompok tani dan terdaftar di e-RDKK (elektronik-Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) akan mendapat pupuk sesuai kebutuhan.
"Untuk petani yang sudah menjadi anggota kelompok tani dan terdaftar di e-RDKK itu mereka tinggal datang aja ke kios yang ditunjuk," ujarnya.
Otong juga menjamin ketersediaan pupuk nonsubsidi dari Pupuk Indonesia. Untuk pupuk nonsubsidi, jenisnya bervariasi. Ia menyebut para petani bisa menyesuaikan jenis dan kegunaan pupuk dengan tanamannya.
"Pokoknya, petani bisa memilih jenis pupuk yang pas dengan kondisi tanaman," ujarnya.
Lebih lanjut, Otong mengatakan Pupuk Indonesia juga kerap turun ke lapangan memberikan edukasi kepada para petani. Menurutnya, para petani juga bisa ikut program Makmur miliki Pupuk Indonesia.
"Setiap awal musim selalu ada pertemuan untuk teknik budidaya termasuk pemupukannya, yang hadir di antaranya ada dari Pupuk Indonesia," katanya.
"Kecuali untuk petani yang mengikuti program Makmur maka pendampingan dilakukan secara penuh oleh Pupuk Indonesia," ujarnya menambahkan.
Makmur merupakan singkatan dari Mari Kita Majukan Usaha Rakyat. Program ini diluncurkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir di Subang pada 28 Agustus 2021.
Program ini merupakan inisiatif Pupuk Indonesia untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
Program Makmur yang sebelumnya dikenal Agrosolution ini terdiri dari berbagai aspek yang membantu petani dan budidaya pertanian. Mulai dari pengelolaan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming, serta mekanisme pertanian.
Terdapat pula akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian serta adanya offtaker atau jaminan pasar bagi petani.
Komitmen Pupuk Indonesia
Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero), Yehezkiel Adiperwira mengatakan pemerintah telah menetapkan alokasi pupuk bersubsidi untuk tahun 2025 secara nasional sebanyak 9,55 juta ton. Jenis-jenis pupuk tersebut adalah Urea, NPK, NPK Kakao, pupuk Organik dan pupuk ZA khusus untuk tebu.
"Pupuk Indonesia memastikan proses produksi berjalan optimal guna memenuhi kebutuhan pupuk nasional. Dengan dukungan jaringan distribusi yang mumpuni, kami juga terus memastikan ketersediaan pupuk mencukupi sehingga dapat ditebus oleh petani yang berhak," kata Yehezkiel kepada CNNIndonesia.com.
Yehezkiel menyebut saat ini Pupuk Indonesia juga menerapkan sistem digital untuk transaksi, melalui aplikasi i-Pubers yang telah terintegrasi dengan data e-RDKK Kementerian Pertanian.
Menurutnya, dengan i-Pubers, petani dapat menebus pupuk sesuai alokasi yang didapatkan cukup dengan KTP atau diwakili surat kuasa.
"Pupuk Indonesia siap mendukung tercapainya program prioritas pemerintah untuk mencapai swasembada pangan dengan memastikan ketersediaan stok dan kelancaran distribusi pupuk bersubsidi," ujarnya.
Yehezkiel menjelaskan Pupuk Indonesia juga telah melakukan penyesuaian harga di seluruh jaringan distribusi sehingga para petani dapat menebus pupuk bersubsidi dengan harga eceran tertinggi (HET) terbaru.
Pemerintah menurunkan HET pupuk bersubsidi sebesar 20 persen pada 22 Oktober 2025. Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 113 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Pupuk Bersubsidi.
Pihaknya melakukan pengawasan bersama pemerintah dan penegak hukum untuk memastikan implementasi HET berjalan dengan baik. Kios-kios yang melanggar, akan mendapat ditindak tegas.
"Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong daya beli petani dan produktivitas pertanian, yang dapat berkontribusi pada swasembada pangan," katanya.
Lebih lanjut, Yehezkiel mengatakan Pupuk Indonesia memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi di seluruh Indonesia dalam kondisi mencukupi untuk mendukung produktivitas pertanian.
Hingga 15 Desember 2025, jumlah stok pupuk nasional mencapai 1 juta ton, dengan rincian pupuk subsidi sebesar 604 ribu ton dan nonsubsidi sekitar 407 ribu ton.
"Untuk penyaluran pupuk subsidi selama 2025 relatif berjalan dengan baik, dibuktikan dengan penyaluran sebesar 7,91 juta ton atau setara dengan 82,8 persen dari alokasi," ujarnya.
Yehezkiel mengatakan di 2026, Pupuk Indonesia akan tetap fokus pada pengadaan pupuk berkualitas untuk mendukung tercapainya swasembada pangan sesuai alokasi yang telah dimandatkan Kementerian Pertanian.
Sejalan dengan itu, Pupuk Indonesia juga melanjutkan agenda efisiensi dan transformasi industri, salah satunya melalui program revitalisasi pabrik. Langkah ini semakin diperkuat dengan diterbitkannya Perpres No 113 Tahun 2025,
"Ini yang menjadi landasan kebijakan baru dalam tata kelola pupuk bersubsidi dan mendorong industri pupuk yang lebih efisien dan berkelanjutan," katanya.
Otong dan rekan-rekannya sesama petani mengapresiasi jaminan pasok dan kualitas pupuk dari Pupuk Indonesia. Belum lagi dengan kebijakan penurunan harga pupuk nonsubsidi.
Menurutnya, kebijakan itu sangat membantu petani di tengah berbagai tantangan yang dihadapi para petani.
Dengan pasokan dan kualitas pupuk yang terjamin, petani bisa terus menikmati hasil panen dalam jumlah besar.
Bagi Otong dan para petani lainnya, panen besar adalah sumber nafkah. Itu artinya, jaminan makan untuk keluarga dan biaya pendidikan anak-anak.
Otong berharap dari pertanian, ia bisa terus menafkahi keluarga dan menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya. Kini, anak pertamanya baru saja lulus dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Lalu yang kedua masih kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Yang satu pertanian, satunya manajemen. Mereka semua tidak ingin jadi pegawai. Tapi berusaha tani, baik di budidaya ataupun hilirisasinya," ujarnya.
(fra/wis)

3 hours ago
1
















































