RI Darurat Kesehatan Mental: Rentan Tekanan Hingga Bunuh Diri

22 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia- Jutaan masyarakat Indonesia mengalami gangguan emosional hingga memicu tindakan bunuh diri. Permasalahan ini tidak boleh dianggap remeh.

Ada yang pelan-pelan patah di pelosok negeri ini. Tidak terlihat, tidak terdata sebagai angka kemiskinan ekstrem, dan tidak pula masuk program baantuan sosial (bansos).

Tapi luka itu nyata, perempuan yang menangis diam-diam, kepala keluarga yang mengunyah kecemasan setiap malam, dan petani di desa yang merasa gagal menjadi tumpuan.

Luka itu bernama gangguan emosional, dan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ia kini menjalar makin dalam diam-diam, tapi mematikan.

Masalah perilaku dan emosional kini menjadi salah satu indikator penting dari kesehatan mental masyarakat. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2023, individu paling rentan mengalami gangguan ini berasal dari kelompok berpendidikan rendah (0,41%), bekerja di sektor pertanian dan pertambangan (0,36%), dan tinggal di desa (0,34%).

Yang mengejutkan, risiko tertinggi justru muncul pada kelompok cerai hidup (0,84%) dan cerai mati (0,79%). Ini bukan sekadar statistik, tapi cermin tentang siapa yang diam-diam sedang lelah secara mental.

Lebih jauh, risiko gangguan emosi meningkat tajam pada mereka yang bekerja sendiri atau pekerja bebas (0,36%), serta yang mengalami kesulitan makan (0,62%).

Kombinasi tekanan finansial dan isolasi sosial ini memperburuk situasi, apalagi bagi kepala rumah tangga yang menjadi penanggung utama pembiayaan keluarga mereka mencatat risiko gangguan emosional paling tinggi dibanding anggota rumah tangga lainnya. Tidak berlebihan jika kita menyebut ini sebagai tekanan struktural yang dialami diam-diam oleh kelas pekerja informal.

Sayangnya, ketika masyarakat yang paling rentan ini membutuhkan ruang aman untuk pulih, yang tersedia justru ketimpangan.

Data PODES 2024 mencatat bahwa rasio fasilitas kesehatan jiwa di wilayah seperti Papua hanya 0,17 per 100.000 penduduk jauh di bawah median global 1,3 menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Ironisnya, 93% fasilitas kesehatan jiwa di Indonesia terpusat di perkotaan, padahal data menunjukkan penderita gangguan emosional lebih banyak di pedesaan.

Dan di sinilah ironi berikutnya muncul: wilayah dengan infrastruktur tempat ibadah justru mencatat prevalensi kasus bunuh diri yang lebih tinggi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, 4,28% desa yang memiliki tempat ibadah mengalami kasus bunuh diri, dibanding hanya 1,37% pada desa tanpa rumah ibadah. Bukankah rumah ibadah seharusnya menjadi tempat berteduh secara spiritual?

Faktanya, beberapa tempat ibadah terutama gereja di Papua dan Maluku telah mulai menyediakan layanan konseling. Ini membuka peluang kolaborasi penting antara pendekatan medis dan spiritual dalam mengatasi krisis mental masyarakat desa.

Enam provinsi mencatat lebih dari 50% dari seluruh kasus bunuh diri di Indonesia pada 2024, yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua.

Kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat yaitu masing-masing sebesar 39,10% dan 47,34%

Jumlah Korban Bunuh Diri (Termasuk Percobaan)Foto: BPS
Jumlah Korban Bunuh Diri (Termasuk Percobaan)

Khusus wilayah Papua, provinsi Papua Pegunungan menjadi yang tertinggi dengan mencatat 47,15% dari total kasus bunuh diri di seluruh provinsi Papua. Angka ini mengindikasikan beban mental yang sangat tinggi di wilayah-wilayah yang secara geografis sulit dijangkau, miskin infrastruktur, dan minim layanan kesehatan jiwa.

Masalah mental terisi dengan issue, bagaimana ekonomi, gender, status sosial, dan akses layanan kesehatan berkelindan dalam satu simpul luka.

Dan di simpul itulah kini banyak perempuan, petani, buruh bebas, dan para kepala keluarga duduk dalam diam, mencari cahaya yang belum tentu tersedia. Negara perlu lebih peka, dan data telah memberi peringatan. Tinggal apakah kita mau mendengarkan.

CNBC Indonesia Research

Disclaimer: Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

(emb/emb)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |