Sempat Hijau, IHSG Akhirnya Ditutup Turun 0,29% Hari Ini

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah hari ini, Selasa (3/6/2025). 

Sejak pagi indeks sempat terperosok dalam, tetapi berhasil bangkit ke zona hijau. Akan tetapi akhirnya IHSG menutup hari dengan koreksi 20,25 poin. 

Indeks ditutup di level 7.044,82, turun 0,29%. Sebanyak 261 saham naik, 353 turun, dan 193 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 10,07 triliun yang melibatkan 24,56 miliar dalam 1,25 juta kali transaksi.

Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor berada di zona merah pada perdagangan hari ini. Utilitas memimpin penurunan dengan -0,86%, teknologi -0,83%, dan -0,61%. Hanya tiga sektor yang berada di zona hijau, yaitu properti 1,09%, kesehatan 0,28%, dan energi 0,22%.

Saham yang menjadi pemberat utama IHSG adalah DCII dengan sumbangsih -6,61 indeks poin. Lalu TPIA menyumbang -3,94 indeks poin dan ASII -3,56 indeks poin. 

Ada sejumlah saham yang mencoba mengerek IHSG naik, yakni AMRT (3,87 indeks poin), BRPT (2,49 indeks poin), TLKM (2,28 indeks poin), dan DSSA (2,11 indeks poin).

Adapun IHSG dalam tren negatif pada dua hari terakhir seiring dengan data-data ekonomi Indonesia yang menunjukkan pelemahan.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari kemarin merilis data IHK periode Mei2025 yang menunjukkan angka deflasi secara month on month/mom 0,37%.

"Terjadi deflasi sebesar 0,37% ," kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (2/6/2025).

Secara historis, di setiap bulan Mei 2021-2023 mengalami inflasi karena bertepatan dengan momen Lebaran dan pasca Lebaran, sedangkan pada Mei 2024 dan Mei 2025 mengalami deflasi.

Kabar buruk lain datang dari penurunan signifikan surplus neraca perdagangan periode April 2025. Per April 2025, neraca perdagangan Indonesia masih surplus US$ 150 juta, seiring dengan kinerja ekspor yang tercatat sebesar US$ 20,74 miliar, dan impor US$ 20,59 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, nilai neraca perdagangan per April 2025 ini juga menjadi yang terendah dalam kondisi surplus 60 bulan terakhir, atau sejak Mei 2020.

"Secara bulanan, surplus April 2025 ini terendah sejak Mei 2020," kata Pudji di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (2/6/2025).

Kemudian aktivitas manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi pada Mei 2025. Kontraksi memperpanjang tren negatif menjadi dua bulan beruntun,

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (2/6/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 47,4 atau mengalami kontraksi pada Mei 2025. Ini adalah kedua kali dalam dua bulan beruntun PMI mencatat kontraksi.

S&P Global menjelaskan aktivitas produksi dan pesanan baru kembali melemah, dengan penurunan pesanan baru yang bahkan lebih tajam dibanding April. Penurunan pesanan bahkan menjadi yang terdalam sejak Agustus 2021.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Libur Panjang, IHSG Lanjut "Semringah" Tapi Rupiah Melemah

Next Article Analis Sebut Pasar Saham RI Jadi Primadona, Ini Alasannya

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |