Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed memberikan sinyal kuat terhadap pemangkasan suku bunga di akhir bulan ini sebesar 25 bps ditengah meningkatnya pertumbuhan dan risiko pasar tenaga kerja.
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan pihaknya yakin harus memangkas suku bunga di tengah meningkatnya risiko-risiko pada ekonomi, termasuk kemungkinan kuat bahwa inflasi yang dipicu oleh tarif tidak akan mendorong kenaikan tekanan harga yang terus-menerus.
"Masuk akal untuk memangkas suku bunga kebijakan FOMC sebesar 25 basis poin dua minggu dari sekarang," kata Waller dalam sebuah pertemuan Money Marketeers di New York University, mengutip Channelnewsasia, Sabtu (19/7).
Waller menyoroti data-data mengenai aktivitas ekonomi dan pasar tenaga kerja yang konsisten. Menururtnya, perekonomian masih akan tetap tumbuh meski momentumnya telah melambat secara signifikan dan risiko-risiko terhadap mandat ketenagakerjaan (Komite Pasar Terbuka Federal) telah meningkat.
"Dan hal ini membenarkan pemangkasan suku bunga," ujarnya.
Ia menyebut, semua bukti menunjukkan bahwa The Fed dapat melihat dampak tarif dan fokus pada isu-isu lain yang mempengaruhi ekonomi.
Tercatat, pertemuan kebijakan Fed berikutnya dijadwalkan pada 29 Juli hingga 30 Juli 2025 mendatang.
Diketahui, Waller merupakan salah satu dari dua pejabat The Fed yang telah menyatakan minatnya untuk memangkas suku bunga bulan ini, dengan mempertimbangkan lonjakan pajak impor akan menjadi peristiwa satu kali yang dapat dilihat oleh para pembuat kebijakan.
Weller mengatakan, pelonggaran pada bulan Juli dapat diikuti oleh penurunan suku bunga, karena The Fed tidak lagi membutuhkan sikap kebijakan moneter yang dirancang untuk memperlambat ekonomi.
Ia mencatat target suku bunga The Fed jauh di atas 3% yang dianggap para pejabat sebagai level jangka panjang.
"Jika inflasi yang mendasari tetap terkendali dan ekspektasi kenaikan harga di masa depan tetap terkendali di tengah pertumbuhan yang lambat, Saya akan mendukung pemotongan 25 basis poin lebih lanjut untuk menggerakkan kebijakan moneter ke arah netral," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa tingkat suku bunga yang netral dianggap tidak kontraktif maupun ekspansif. Terakhir kali The Fed memangkas suku bunga adalah pada Desember 2024, saat itu suku bunga terpangkas sebesar 25 basis poin.
Waller memperingatkan bahwa tidak ada pelonggaran bulan ini dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Jika kami memangkas kisaran target kami pada bulan Juli dan data ketenagakerjaan dan inflasi selanjutnya menunjukkan penurunan yang lebih sedikit, kami akan memiliki opsi untuk mempertahankan kebijakan stabil untuk satu atau lebih pertemuan," jelasnya.
Namun, lanjutnya, jika pelemahan ekonomi semakin cepat, menunggu hingga September atau bahkan di akhir tahun akan berisiko membuat AS tertinggal.
Kebijakan Fed tidak berada dalam jalur yang telah ditetapkan sebelumnya dan keputusan-keputusan mengenai tingkat suku bunga akan dibuat dari pertemuan ke pertemuan.
Sebagian besar pejabat bank sentral yang telah berbicara telah mengisyaratkan tidak tertarik untuk mengubah target suku bunga 4,25% menjadi 4,5% saat ini, karena senumlah faktor. Dintaranya, inflasi tetap di atas target, ekonomi secara umum berjalan dengan baik, dan tidak jelas seberapa besar tekanan kenaikan harga yang akan diciptakan oleh tarif perdagangan Presiden Donald Trump.
Waller dalam pernyataan terbarunya menekankan ketertarikannya untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat adalah tidak bersifat politis. Waller secara luas dipandang sebagai kandidat untuk menggantikan Ketua Fed Jerome Powell, yang telah diserang secara teratur oleh Trump karena tidak menurunkan suku bunga.
Saat ditanya dalam pertemuan tersebut apakah ada orang dari pemerintahan Trump yang mendekatinya untuk menjadi ketua Fed. Waller menjawab tidak, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dalam sambutannya, Waller mencatat data yang menunjukkan pasar kerja yang berada di ujung tanduk masalah. Pada saat yang sama, Ia mengatakan bahwa jika tarif 10% dipertahankan, itu hanya akan menambah 0,75% hingga 1% pada inflasi.
Waller juga mengatakan bahwa biaya untuk membayar lonjakan pajak impor Trump akan terbagi yang mana konsumen akan membayar sepertiga dari kenaikan tersebut, dan sisanya akan dibagi antara produsen barang asing dan importir produk tersebut.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]