Tak Diketahui Publik, PM Israel Diam-Diam Pernah Temui Presiden RI Ini

1 month ago 4

8000 Hoki Online Daftar website Slot Maxwin Thailand Terpercaya Pasti Lancar Win Full Terus

hokikilat List ID website Slots Gacor Philippines Terpercaya Pasti Lancar Menang Full Non Stop

1000hoki.com Demo web Slot Gacor Thailand Terkini Mudah Win Full Setiap Hari

5000hoki.com List Situs situs Slot Gacor Cambodia Terbaik Mudah Lancar Win Banyak

7000 hoki Data Agen server Slot Maxwin Thailand Terpercaya Sering Scatter Full Non Stop

9000hoki.com Data Agen server Slots Gacor Japan Terbaru Mudah Lancar Scatter Full Non Stop

games Slot Maxwin Singapore Terbaik Gampang Menang Full Setiap Hari

Idagent138 Daftar Akun Slot Terpercaya

Luckygaming138 Daftar Slot Maxwin Online

Adugaming login Slot Terpercaya

kiss69 Daftar Slot Anti Rungkat Terpercaya

Agent188 Daftar Id Slot Anti Rungkad Online

Moto128 Daftar Id Slot Anti Rungkad Terpercaya

Betplay138 Daftar Akun Slot Maxwin Terbaik

Letsbet77 Daftar Akun Slot Game Terpercaya

Portbet88 Daftar Akun Slot Anti Rungkad Terpercaya

Jfgaming168 Akun Slot Anti Rungkat

Mg138 login Akun Slot Maxwin Terpercaya

Adagaming168 Daftar Slot Gacor Terbaik

Kingbet189 login Id Slot Maxwin Online

Summer138 Daftar Akun Slot Maxwin

Evorabid77 login Id Slot

bancibet Daftar Id Slot Gacor Terpercaya

adagaming168 Daftar Slot Anti Rungkad

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama hampir 80 tahun berdiri, posisi Indonesia atas penjajahan Israel terhadap Palestina di atas kertas selalu sama, yakni menentangnya. Namun, sejarah juga mencatat dalam kurun waktu tersebut, Indonesia rupanya pernah bertemu dengan Israel.

Tidak tanggung-tanggung, Perdana Menteri (PM) Israel Yitzhak Rabin tercatat pernah ke Indonesia menemui Presiden Soeharto (1968-1998). Rabin tak menemui Soeharto di Istana Negara, tetapi di rumah pribadi sang jenderal di Jl. Cendana. 

Kejadian ini terjadi pada Oktober 1993 silam. Kala itu, Rabin sedang mengadakan tur Asia untuk mempromosikan perdamaian di Timur Tengah, khususnya terkait konflik Israel-Palestina. 

Sebelumnya, pada September 1993, dia memang sudah menandatangani Perjanjian Oslo bersama pemimpin PLO, Yasser Arafat. Poin penting dari perjanjian itu, salah satunya, pemberian kedaulatan kepada rakyat Palestina di Gaza serta Tepi Barat.

Negara berpenduduk Muslim terbesar yang selalu memperjuangkan Palestina bernama Indonesia jelas dijadikan Rabin sebagai negara kunjungan prioritas. Apalagi, Presiden Soeharto juga bertugas sebagai Kepala Gerakan Non-Blok (GNB).

"Rabin ingin memperlihatkan kepada lawan politiknya yang menentang perjanjian damai PLO-Israel bahwa ia telah didukung Cina sebagai negara berpenduduk terbesar, yakni 1,2 miliar dan GNB yang beranggotakan 110 negara dengan Indonesia, berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sebagai ketuanya," kata Nazaruddin Sjamsuddin, Guru Besar FISIP UI, dikutip dari kumpulan tulisan berjudul Presiden RI ke II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam berita: 1993 (2008).

Dalam statusnya sebagai Kepala GNB, Soeharto setuju atas inisiatif Rabin. Meski di sisi lain, banyak elit juga yang menentangnya. Oleh karena itu, pertemuan dilakukan secara senyap alias diam-diam. 

Tidak seperti tamu negara lain, Soeharto lebih memilih menerima Rabin di kediaman pribadi Jl. Cendana ketimbang Istana Negara. Tercatat pada 15 Oktober 1993, Soeharto menerima kunjungan PM Israel Yitzhak Rabin.

Tak ada media yang memberitakan. Hanya para elit yang tahu. Jurnalis dan media baru mengetahui kunjungan Rabin itu empat jam setelah PM Israel itu lepas landas dari Jakarta.

"Mempertimbangkan gesekan isu-isu sensitif agama yang dipertaruhkan," kata Retnowati Abdulgani-Knapp ungkap penyebab pertemuan diadakan rahasia, dikutip dalam Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia's Second Presiden (2007).

Barulah setelahnya kabar pertemuan itu mencuat di media. Kontroversi pun langsung datang. Pihak istana langsung buru-buru membuat klarifikasi melalui Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono. Moerdiono beralasan bahwa pertemuan Soeharto bukan berkapasitas sebagai Presiden Indonesia, tapi Kepala Gerakan Non-Blok.

"Tanpa kapasitas sebagai Ketua GNB, mustahil Presiden Soeharto menerima PM Rabin dalam situasi sekarang," ungkap pendiri CSIS, Soedjati Djiwandono, dikutip dari Indonesia and the Muslim World (2007).

Soeharto rupanya ingin menunjukkan kepada negara-negara GNB bahwa dia memainkan peran bagi perdamaian dunia. Selain itu dia ingin memperlihatkan aksi nyata dari kebijakan politik bebas-aktif. Hanya saja, pertemuan senyap ini tetap menjadi kontroversi. Sebab, untuk pertama kalinya seorang Presiden Indonesia, terlepas dari status melekat lain, pernah bertemu empat mata dengan penguasa Israel.

Akan tetapi, sejarah juga mencatat, Presiden Soeharto pernah menolak kedatangan PM Israel lain, yakni Benjamin Netanyahu pada Agustus 1997.


(mfa/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Benahi Karut Marut Kesehatan RI, Ini Perintah DPR ke Pemerintah

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |