Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis iklim kini bukan cuma soal suhu panas atau es mencair, tetapi juga memengaruhi kenaikan harga pangan dunia.
Sebuah studi terbaru memperingatkan bahwa perubahan iklim telah mendorong harga makanan melambung tinggi dan membuat inflasi pangan semakin tak terkendali.
Dari Amerika Serikat hingga Asia Timur, harga sayur dan bahan makanan pokok melonjak tajam akibat kekeringan, gelombang panas, dan curah hujan ekstrem.
Di AS, harga sayur naik hingga 80% pasca kekeringan parah di California dan Arizona pada 2022. Di Korea, harga kol melonjak 70% dalam setahun, sementara harga beras Jepang naik hampir 50%.
Di China, harga sayur-sayuran meningkat 30% antara bulan Juni hingga Agustus. Tak hanya itu, harga kakao yang berasal dari Ghana dan Pantai Gading naik hingga 300% pada April 2024 karena kekeringan hebat.
Para peneliti memperingatkan, mengendalikan inflasi pangan akan semakin sulit jika cuaca ekstrem terus terjadi. Bank sentral di berbagai negara pun bisa kesulitan menjaga stabilitas harga.
"Mandat bank sentral untuk menjaga stabilitas harga akan semakin sulit dicapai apabila peristiwa cuaca ekstrem yang lebih sering membuat harga pangan menjadi tidak stabil, baik di pasar domestik maupun global," tulis studi yang dimuat dalam jurnal Environmental Research Letters.
Ketika ancaman tarif dan inflasi tinggi terus mendorong tagihan belanja kebutuhan pokok masyarakat Amerika, keadaan cuaca ekstrem secara global dapat membuat harga bahan makanan semakin melonjak.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anak Kelahiran 2020 Hadapi Krisis Besar, Studi Ungkap Fakta Mengerikan