Big Stories 2025
Kanthi Malikhah, CNBC Indonesia
25 December 2025 17:00
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2025, dari Asia Pasifik hingga Atlantik, rangkaian topan, badai, dan siklon tropis melanda berbagai negara dengan intensitas ekstrem, menewaskan ribuan orang dan menimbulkan kerugian ekonomi hingga puluhan miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Kawasan Asia menjadi salah satu wilayah paling terdampak, dengan topan-topan besar seperti Matmo, Kalmaegi, Fung-wong, hingga Senyar memicu banjir bandang, tanah longsor, dan krisis pengungsian massal. Sementara itu, Australia dan kawasan Atlantik juga tak luput dari terjangan siklon dan badai super yang merusak infrastruktur vital dan aktivitas ekonomi. Berikut rekap topan yang terjadi di seluruh dunia sepanjang tahun 2025.
1. Topan Wipha (2025)
Topan Wipha terbentuk pada 16 Juli 2025 dan berlangsung hingga 23 Juli 2025, tercatat sebagai badai tropis parah dengan kategori setara Topan Kategori 1.
Badai ini bergerak cepat melintasi kawasan Asia Tenggara dan Timur, termasuk Filipina, Taiwan, Hong Kong, Makau, Cina bagian selatan dan timur, Vietnam, Thailand, Laos, hingga Myanmar, meninggalkan jejak kerusakan yang cukup signifikan di setiap wilayah yang dilintasinya.
Foto: Pemandangan menunjukkan awan gelap mendekati kota Zhuhai saat Topan Wipha menerjang daratan, Provinsi Guangdong, Tiongkok, 20 Juli 2025. (Social Media via REUTERS)
Pemandangan menunjukkan awan gelap mendekati kota Zhuhai saat Topan Wipha menerjang daratan, Provinsi Guangdong, Tiongkok, 20 Juli 2025. (Social Media via REUTERS)
Dampak Topan Wipha begitu masif, menewaskan 60 orang, melukai 87 orang, dan membuat 24 orang dilaporkan hilang. Kerusakan akibat badai ini diperkirakan menembus lebih dari 1,14 miliar USD, mulai dari infrastruktur, rumah penduduk, hingga sektor ekonomi lokal.
Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi badai tropis di kawasan Asia, terutama di negara-negara yang sering terdampak angin topan, dan memicu perhatian lebih pada mitigasi risiko bencana serta koordinasi lintas negara.
2. Super Topan Ragasa (Nando)
Super Topan Ragasa, yang dikenal dengan nama lokal Nando, terbentuk pada 17 September 2025 dan bertahan hingga 25 September 2025. Badai ini diklasifikasikan sebagai violent Topan dengan kekuatan ekstrem, bahkan setara Super Topan Kategori 5. Topan ini menjadi salah satu topan terkuat yang melintas di kawasan Asia Pasifik sepanjang 2025.
Dari sisi dampak, Super Topan Ragasa menyebabkan sedikitnya 29 orang meninggal dunia, 219 orang luka-luka, dan 9 orang dilaporkan hilang. Total kerugian ekonomi ditaksir melampaui US$1,64 miliar, akibat kerusakan infrastruktur, pemukiman, dan gangguan aktivitas ekonomi.
Foto: Seorang warga mengambil foto ombak besar dari pantai sebelum Topan Super Ragasa berada pada titik terdekatnya di Hong Kong, Cina, 23 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)
Seorang warga mengambil foto ombak besar dari pantai sebelum Topan Super Ragasa berada pada titik terdekatnya di Hong Kong, Cina, 23 September 2025. (REUTERS/Tyrone Siu)
Wilayah terdampak meliputi Filipina, khususnya Luzon Utara, Taiwan (terutama Hualien County), Hong Kong, Makau, Cina bagian selatan, Vietnam, Laos, hingga Kamboja.
Peristiwa ini kembali menegaskan tingginya risiko bencana hidrometeorologi di kawasan Asia, sekaligus pentingnya sistem peringatan dini dan mitigasi bencana yang lebih kuat di tengah meningkatnya intensitas badai ekstrem.
3. Topan Bualoi (Opong)
Topan Bualoi, yang dikenal di Filipina dengan nama Opong, mulai terbentuk pada 22 September 2025 dan berkembang menjadi topan berkekuatan setara Kategori 2 sebelum melemah menjadi sisa tekanan rendah pada 29 September dan sepenuhnya menghilang pada 30 September 2025. Bualoi membawa hujan lebat dan angin kencang yang meluas di lintasan Pasifik Barat hingga Asia Tenggara.
Foto: REUTERS/Khanh Vu
Topan Bualoi melanda daratan Vietnam, Selasa (30/9/2025). (REUTERS/Khanh Vu)
Dampak yang ditimbulkan Topan Bualoi tergolong besar, dengan korban meninggal dunia lebih dari 94 orang, 214 orang luka-luka, serta lebih dari 23 orang dilaporkan hilang. Kerugian ekonomi akibat badai ini diperkirakan melampaui US$1,06 miliar, menjadikannya topan termahal kedua dalam sejarah Vietnam.
Wilayah terdampak mencakup Filipina (terutama Masbate), Vietnam bagian utara, hingga Laos. Besarnya kerusakan akibat Bualoi kembali menyoroti kerentanan kawasan terhadap badai tropis serta urgensi penguatan infrastruktur dan sistem mitigasi bencana di negara-negara yang berada di jalur topan.
4. Topan Matmo (Paolo)
Topan Matmo, yang dikenal dengan nama lokal Paolo, terbentuk pada 1 Oktober 2025 dan bertahan hingga 7 Oktober 2025.
Badai ini berkembang menjadi topan berkekuatan setara Kategori 2. Matmo membawa hujan ekstrem dan angin kencang saat melintasi Filipina hingga daratan Asia Timur dan Asia Tenggara.
Foto: Orang-orang berjalan melalui jalan yang banjir di tengah hujan lebat akibat Topan Matmo, yang menyebabkan kendaraan terlantar, menutup sekolah, memindahkan kelas daring, dan menunda penerbangan ke dan dari Bandara Internasional Noi Bai, di Hanoi, Vietnam, 7 Oktober 2025. (REUTERS/THINH TIEN NGUYEN)
Orang-orang berjalan melalui jalan yang banjir di tengah hujan lebat akibat Topan Matmo, yang menyebabkan kendaraan terlantar, menutup sekolah, memindahkan kelas daring, dan menunda penerbangan ke dan dari Bandara Internasional Noi Bai, di Hanoi, Vietnam, 7 Oktober 2025. (REUTERS/Thinh Tien Nguyen)
Dari sisi dampak, Topan Matmo menyebabkan lebih dari 39 korban jiwa, sedikitnya 10 orang luka-luka, serta lebih dari dua orang dilaporkan hilang. Kerugian ekonomi akibat badai ini mencapai sekitar US$3,86 miliar, menjadikannya topan termahal keempat dalam sejarah Vietnam.
Wilayah terdampak meliputi Filipina, khususnya Luzon Utara dan Luzon Tengah, Makau, Cina bagian selatan, hingga Vietnam bagian utara dan Thailand. Skala kerusakan yang ditimbulkan kembali menegaskan besarnya risiko badai tropis di kawasan ini serta pentingnya penguatan kesiapsiagaan dan perlindungan infrastruktur di jalur rawan topan.
5. Topan Kalmaegi (Tino)
Topan Kalmaegi, yang dikenal dengan nama lokal Tino, menerjang Vietnam pada Kamis setelah sebelumnya menimbulkan bencana besar di Filipina.
Topan ini mendarat di daratan Vietnam tepatnya di utara Provinsi Gia Lai, wilayah Vietnam tengah, dengan membawa angin kencang dan hujan deras yang memicu banjir luas. Sebelum mencapai Vietnam, Kalmaegi meluluhlantakkan wilayah Filipina bagian tengah, menyebabkan banjir bandang dan kerusakan parah di berbagai daerah.
Foto: Topan Kalmaegi mendekat di kota Da Nang, Vietnam, Jumat (6/11/2025). (REUTERS/Thinh Nguyen)
Topan Kalmaegi mendekat di kota Da Nang, Vietnam, Jumat (6/11/2025). (REUTERS/Thinh Nguyen)
Berdasarkan data resmi, Topan Kalmaegi menewaskan sedikitnya 142 orang dan membuat 127 orang dilaporkan hilang di Filipina, menjadikannya salah satu topan paling mematikan di kawasan tersebut pada 2025. Dampaknya juga memaksa lebih dari 500.000 warga Filipina mengungsi, sementara otoritas di Vietnam bersiaga menghadapi potensi banjir lanjutan dan tanah longsor.
Peristiwa ini kembali menegaskan tingginya risiko bencana hidrometeorologi di Asia Tenggara, sekaligus menjadi peringatan akan pentingnya sistem peringatan dini, tata kelola wilayah rawan banjir, serta kesiapan evakuasi di tengah meningkatnya intensitas badai ekstrem.
6. Super Topan Fung‑wong (Uwan)
Super Topan Fung-wong, yang dikenal dengan nama lokal Uwan, terbentuk pada 3 November 2025 dan bertahan hingga melemah menjadi sisa tekanan rendah pada 13 November 2025.
Badai ini diklasifikasikan sebagai very strong Topan dengan kekuatan setara Kategori 4, menjadikannya salah satu topan terkuat pada akhir musim badai 2025. Dalam lintasannya, Fung-wong memicu hujan ekstrem dan angin kencang saat melintasi Filipina hingga kawasan Asia Timur.
Foto: Foto udara jalanan dan ladang yang terendam banjir akibat Topan Fung-wong di Yilan, Taiwan, Rabu (12/11/2025). (Omer Photography via REUTERS)
Foto udara jalanan dan ladang yang terendam banjir akibat Topan Fung-wong di Yilan, Taiwan, Rabu (12/11/2025). (Omer Photography via REUTERS)
Dampak Super Topan Fung-wong tercatat menewaskan 34 orang, melukai 147 orang, serta menyebabkan dua orang dilaporkan hilang. Total kerugian ekonomi akibat badai ini diperkirakan mencapai setidaknya US$99,9 juta, dengan wilayah terdampak meliputi Filipina, Cina, Taiwan, hingga Kepulauan Ryukyu di Jepang.
Meski kerugian materi lebih kecil dibandingkan beberapa topan besar lainnya pada 2025, Fung-wong tetap menegaskan besarnya ancaman badai tropis ekstrem terhadap kawasan pesisir Asia, sekaligus memperkuat urgensi peningkatan kesiapsiagaan bencana dan ketahanan infrastruktur di jalur rawan topan.
7. Topan Koto (Verbena)
Topan Koto, yang dikenal dengan nama Verbena, terbentuk pada 23 November 2025 dan bertahan hingga melemah menjadi sisa tekanan rendah pada 2 Desember sebelum sepenuhnya menghilang pada 3 Desember 2025.
Topan ini tergolong Kategori 1. Meski tidak tergolong super Topan, Koto tetap membawa hujan lebat dan angin kencang di wilayah yang dilintasinya.
Foto: Akses di wilayah Silungkang yang sempat terputus akibat bencana banjir bandang secara bertahap mulai dapat dilalui kembali. Sejumlah titik, termasuk di Jorong Tantaman, Nagari Tigo Koto Silungkang Kec. Palembayan Kab. Agam, akses masih terputus karena timbunan material lumpur, batu dan kayu, Rabu (3/12/2025). (Dok. BNPB)
Akses di wilayah Silungkang yang sempat terputus akibat bencana banjir bandang secara bertahap mulai dapat dilalui kembali. Sejumlah titik, termasuk di Jorong Tantaman, Nagari Tigo Koto Silungkang Kec. Palembayan Kab. Agam, akses masih terputus karena timbunan material lumpur, batu dan kayu, Rabu (3/12/2025). (Dok. BNPB)
Dari sisi dampak, Topan Koto menyebabkan dua orang meninggal dunia dan dua orang dilaporkan hilang, dengan total kerugian ekonomi sekitar US$4,5 juta. Wilayah terdampak meliputi Filipina, Vietnam, dan Kamboja, terutama akibat banjir lokal dan gangguan aktivitas masyarakat.
Skala kerusakan yang relatif terbatas dibandingkan topan besar lainnya pada 2025 menunjukkan bahwa intensitas badai bukan satu-satunya faktor penentu risiko, melainkan juga kesiapan infrastruktur dan respons cepat pemerintah dalam menghadapi bencana hidrometeorologi.
8. Badai Siklon Senyar (Tropical Depression)
Badai Siklon Senyar terbentuk pada 25 November 2025 dan bertahan hingga 30 November 2025, tercatat sebagai badai siklon yang relatif lemah dari sisi kecepatan angin, namun sangat destruktif dari sisi dampak.
Meski tidak berkembang menjadi topan kuat, kombinasi hujan ekstrem yang berkepanjangan dan pergerakan lambat membuat Senyar memicu bencana hidrometeorologi berskala besar di Asia Tenggara.
Foto: Peringatan Siklon Tropis Senyar (TCWC) di Jakarta. (Dok. BMKG)
Peringatan Siklon Tropis Senyar (TCWC) di Jakarta. (Dok. BMKG)
Dampak Badai Siklon Senyar tercatat sangat parah, dengan korban meninggal dunia diperkirakan mencapai 1.390 hingga lebih dari 2.161 orang, 7.102 orang luka-luka, serta lebih dari 186 orang dilaporkan hilang. Total kerugian ekonomi ditaksir mencapai setidaknya US$19,8 miliar, menjadikannya salah satu bencana cuaca paling mematikan dan merugikan secara ekonomi pada 2025.
Wilayah terdampak meliputi Thailand bagian selatan, Malaysia Semenanjung, serta Indonesia, khususnya Sumatera. Tragedi ini menjadi pengingat keras bahwa badai dengan intensitas rendah sekalipun dapat berubah menjadi bencana besar ketika bertemu dengan kerentanan wilayah, tata kelola lingkungan yang lemah, dan kapasitas mitigasi bencana yang terbatas.
9. Badai Melissa
Badai Melissa terbentuk pada 21 Oktober 2025 dan berkembang menjadi badai besar Kategori 5, menjadikannya salah satu Badai terkuat yang pernah tercatat di Samudra Atlantik.
Badai ini kemudian beralih menjadi sistem ekstratropis pada 31 Oktober sebelum sepenuhnya menghilang pada 4 November 2025. Dalam perjalanannya, Melissa melintasi Windward Islands hingga kawasan Karibia dan Atlantik Barat dengan intensitas ekstrem.
Foto: via REUTERS/CSU/CIRA & NOAA
Lightning flashes within the eye of Hurricane Melissa over the Caribbean Sea, as seen from space, October 27, 2025, in this screengrab from satellite footage. CSU/CIRA & NOAA/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT. LABEL FROM SOURCE
Dari sisi dampak, Badai Melissa menewaskan 102 orang, melukai 141 orang, serta menyebabkan 27 orang dilaporkan hilang. Total kerugian ekonomi diperkirakan mencapai US$10 miliar, menjadikannya badai termahal dalam sejarah Jamaika.
Wilayah terdampak mencakup Windward Islands, Greater Antilles, pesisir Kolombia, Kepulauan Lucayan (Bahama), Bermuda, hingga pesisir timur laut Amerika Serikat. Skala kehancuran akibat Melissa kembali menegaskan meningkatnya risiko badai tropis ekstrem di kawasan Atlantik, serta tantangan besar bagi negara-negara pesisir dalam menghadapi cuaca ekstrem yang semakin intens dan merusak.
10. Topan Zelia
Topan Zelia terbentuk pada 8 Februari 2025 dan berkembang pesat menjadi severe tropical Topan Kategori 5, menjadikannya salah satu siklon terkuat yang melanda kawasan Australia pada 2025. Siklon ini melemah dan akhirnya menghilang pada 14 Februari 2025 setelah melintasi wilayah barat laut Australia dengan intensitas tinggi.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, dampak ekonomi Topan Zelia tergolong signifikan dengan total kerugian mencapai sekitar US$733 juta, terutama akibat kerusakan infrastruktur, fasilitas industri, dan gangguan operasional di wilayah Western Australia, khususnya kawasan Kimberley dan Pilbara.
Peristiwa ini menegaskan bahwa badai tropis ekstrem tidak selalu identik dengan tingginya korban jiwa, namun tetap dapat memicu kerugian ekonomi besar, terutama di wilayah dengan aktivitas industri dan pertambangan yang padat.
Rekap badai sepanjang 2025 ini bukan sekadar catatan bencana, melainkan peringatan keras akan meningkatnya risiko cuaca ekstrem di tengah perubahan iklim dan pentingnya kesiapsiagaan, mitigasi, serta kolaborasi lintas negara.
(mae/mae)

2 hours ago
1














































