Terungkap Ini Kerugian Kesepakatan Dagang Indonesia-AS, Kata Pakar

10 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ekonomi Universitas Andalas Prof Syafruddin Karimi menilai kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat sangat merugikan Indonesia karena menciptakan ketimpangan besar dalam akses pasar dan struktur tarif. Produk Amerika diberi akses penuh ke pasar domestik, sementara ekspor Indonesia tetap dikenai bea masuk tinggi.

“Kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat sejatinya menempatkan Indonesia dalam posisi yang timpang. Amerika Serikat memperoleh akses penuh ke pasar domestik Indonesia tanpa hambatan tarif, sementara ekspor Indonesia ke AS tetap dikenai tarif sebesar 19 persen,” kata Syafruddin dalam pesan singkatnya, Rabu (16/7/2025).

Ia mengingatkan, kondisi ini dapat mempercepat dominasi produk impor dari AS, termasuk sektor pertanian, otomotif, hingga energi. “Ketika barang impor menjadi lebih murah karena bebas tarif, maka pelaku usaha lokal akan menghadapi tekanan besar, dan ruang bagi industrialisasi nasional pun semakin menyempit,” ujarnya.

Menurut dia, beban kesepakatan juga semakin berat karena disertai komitmen pembelian dalam jumlah besar dari pihak Indonesia. “Kesepakatan ini juga dibebani komitmen pembelian dalam jumlah besar yang lebih menyerupai kewajiban sepihak ketimbang transaksi dagang saling menguntungkan,” tegasnya.

Komitmen tersebut mencakup pembelian energi dari AS senilai 15 miliar dolar AS, produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS, serta 50 pesawat Boeing. “Komitmen senilai 15 miliar dolar AS untuk membeli energi dari AS berpotensi menggantikan sumber energi domestik atau alternatif dari negara mitra lain,” jelas Syafruddin.

Ancaman untuk petani dan industri lokal

Sementara itu, impor pertanian dalam skala besar berisiko menekan petani lokal. “Impor produk pertanian sebesar 4,5 miliar dolar AS seperti kedelai, jagung, dan daging bisa menggerus pendapatan petani lokal yang selama ini bertahan di tengah subsidi terbatas,” kata dia.

Ia juga menyoroti pembelian Boeing yang dinilai tidak tepat waktu. “Pembelian 50 pesawat Boeing pun menimbulkan tanda tanya besar: apakah ini benar-benar bagian dari strategi modernisasi transportasi, atau justru akan membebani APBN dan BUMN penerbangan di tengah masalah efisiensi dan daya beli masyarakat yang belum pulih?” ujarnya. “Ini bukan sekadar perjanjian dagang, melainkan paket pembelian sepihak yang melemahkan fondasi kemandirian ekonomi nasional.”

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengklaim Indonesia telah menyepakati tarif tetap sebesar 19 persen untuk semua barang yang diekspor ke Amerika, sementara produk ekspor AS masuk ke Indonesia tanpa bea masuk maupun hambatan non-tarif.

“Indonesia akan membayar tarif sebesar 19 persen kepada Amerika Serikat untuk semua barang yang mereka ekspor ke kami. Sementara ekspor AS ke Indonesia akan bebas dari tarif dan hambatan non-tarif,” tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump di Truth Social, Selasa (15/7/2025).

Trump juga menyatakan Indonesia telah setuju membeli energi, produk pertanian, dan pesawat buatan AS dalam jumlah besar. “Sebagai bagian dari perjanjian, Indonesia telah setuju membeli energi AS senilai 15 miliar dolar AS, 4,5 miliar dolar AS produk pertanian Amerika, dan 50 pesawat Boeing, banyak di antaranya tipe 777,” tulisnya.

Ia mengklaim kesepakatan ini sebagai yang pertama dalam sejarah. “Kesepakatan bersejarah ini membuka seluruh pasar Indonesia untuk Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam sejarah,” ujarnya. “Untuk pertama kalinya, peternak, petani, dan nelayan kami akan mendapat akses lengkap dan total ke pasar Indonesia.”

Trump juga memperingatkan akan adanya sanksi jika Indonesia kedapatan mengekspor ulang produk dari negara bertarif tinggi. “Jika ada ekspor ulang dari negara bertarif tinggi, maka tarif itu akan ditambahkan ke tarif yang dibayar Indonesia,” katanya.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |