REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang musim tanam Oktober 2025 – Maret 2026, asa baru menyelimuti kalangan petani di berbagai daerah. Kebijakan pemerintah menurunkan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi hingga 20 persen disambut antusias oleh para petani.
Dari Kampung Citapen, Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jejen (31), menyebut kebijakan ini sebagai angin segar. Menurutnya, harga pupuk yang lebih murah akan menjadi stimulus bagi regenerasi petani yang selama ini terkendala biaya tinggi.
“Kami yang baru mulai bertani merasa lebih optimistis. Kalau pupuk lebih murah, maka modal kerja juga turun. Ini bisa menarik anak-anak muda lain untuk kembali ke sawah,” ujarnya, Rabu (22/10/2025).
Cica Kusmati, petani di Kabupaten Kerinci, Jambi, menyebut kebijakan ini sebagai “sejarah baru” yang memberi ruang bagi petani kecil memperluas lahan tanam. Pun demikian dengan Hendra Zulkarnaen di Sukabumi yang mengaku dapat menghemat hingga Rp100 ribu per hektare. Sumiati dari Gapoktan Karya Utama, Deli Serdang, menilai harga pupuk adalah kunci keberhasilan produksi. Ia berharap pengawasan ketat diterapkan agar harga di lapangan benar-benar sesuai dengan kebijakan.
“Yang penting harga ini benar-benar sampai ke tingkat kios dan petani. Jangan ada yang main-main di distribusi. Kami siap ikut mengawasi,” tuturnya.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Mohammad Yadi Sofyan Noor menilai penurunan harga pupuk menjadi dorongan moral bagi petani menghadapi musim tanam baru. Ia menegaskan langkah ini akan membantu petani dalam menekan biaya produksi hingga 15 persen dan meningkatkan produktivitas rata-rata di atas 6 ton per hektare.
“Kami para pengurus KTNA se-Indonesia berterima kasih kepada pemerintah dengan turunnya harga pupuk sebesar 20 persen. Ini sangat membantu petani, mengurangi beban biaya produksi, dan diharapkan produksi pun nanti bisa meningkat,” ujar Yadi kepada Republika.co.id, Kamis (23/10/2025).
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menilai langkah efisiensi yang dijalankan pemerintahan Prabowo–Gibran menjadi bukti keberpihakan nyata terhadap petani. Sekretaris Jenderal HKTI Abdul Kadir Karding menyebut kebijakan ini memiliki dampak langsung pada kesejahteraan petani dan memperkuat arah kebijakan pangan nasional.
Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat Entang Sastraatmaja menambahkan, keberhasilan kebijakan ini akan optimal jika disertai sosialisasi dan pengawasan distribusi hingga ke tingkat kios. “Sosialisasi perlu dilakukan secara menyeluruh, tidak cukup hanya diumumkan Mentan saja. Perlu turun langsung ke petani di lapangan agar informasi penurunan harga pupuk ini benar-benar sampai,” kata Entang.
Kebijakan penurunan harga pupuk bersubsidi sebesar 20 persen resmi berlaku sejak 22 Oktober 2025, mencakup seluruh jenis pupuk: Urea dari Rp2.250 menjadi Rp1.800/kg, NPK dari Rp2.300 menjadi Rp1.840/kg, NPK Kakao dari Rp3.300 menjadi Rp2.640/kg, ZA (khusus tebu) dari Rp1.700 menjadi Rp1.360/kg, dan pupuk organik dari Rp800 menjadi Rp640/kg. Langkah ini diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1117/Kpts./SR.310/M/10/2025 tentang Perubahan atas Keputusan Nomor 800/Kpts./SR.310/M/09/2025.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan penurunan harga pupuk merupakan tonggak penting dalam sejarah pertanian Indonesia. Kebijakan ini, Mentan, dijalankan atas arahan langsung Presiden Prabowo Subianto dan dilakukan tanpa menambah beban subsidi dalam APBN.
“Hari ini diumumkan atas arahan Bapak Presiden. Atas perintah Bapak Presiden. Harga pupuk turun 20 persen dan berlaku mulai hari ini. Ini berita gembira bagi seluruh petani Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025).
Amran menjelaskan, penurunan harga dimungkinkan berkat efisiensi tata kelola industri pupuk nasional. Reformasi regulasi dilakukan di seluruh lini produksi dan distribusi, termasuk percepatan pembayaran subsidi dan digitalisasi rantai pasok agar harga pupuk lebih efisien tanpa mengurangi kualitas.
Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Menko Pangan Zulkifli Hasan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sumatra Selatan hari ini, Rabu (23/4/2025).
PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan kesiapan penuh dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Direktur Utama Rahmad Pribadi menyampaikan, penyesuaian harga dilakukan berdasarkan arahan Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian dari revitalisasi industri pupuk nasional.
“Pupuk Indonesia mengapresiasi dan mendukung penuh langkah bersejarah pemerintah dalam menurunkan HET pupuk subsidi sebagai bentuk nyata keberpihakan terhadap petani,” kata Rahmad.
Ia menjelaskan, efisiensi industri pupuk dicapai melalui reformasi tata kelola, deregulasi distribusi, dan peralihan sistem subsidi dari hilir ke hulu. Dengan langkah itu, biaya produksi nasional berhasil ditekan hingga 26 persen dan diproyeksikan menghemat anggaran negara sebesar Rp10 triliun. Selain itu, volume pupuk bersubsidi dapat bertambah sekitar 700 ribu ton secara bertahap.
Perseroan memastikan pasokan dan distribusi pupuk tetap aman dengan stok nasional mencapai 1,1 juta ton per 22 Oktober 2025. Pengawasan dilakukan berbasis digital melalui sistem i-Pubers dan Command Center yang memantau stok, penyaluran, serta penebusan secara real-time di seluruh wilayah Indonesia.
Pengamat pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menilai penurunan harga pupuk merupakan langkah penting, namun belum cukup menurunkan biaya produksi secara signifikan. Ia menjelaskan, porsi pupuk dalam struktur biaya produksi hanya sekitar 12–15 persen.
“Kalau mau signifikan menurunkan biaya produksi dan menurunkan harga beras, kudu diperkuat dengan mekanisasi pertanian dan peningkatan produktivitas,” tuturnya.
Eliza menilai, perbaikan distribusi dan hilirisasi harus menjadi fokus berikutnya. Ia menyoroti pentingnya pemanfaatan program nasional Kopdes Merah Putih untuk membangun unit penggilingan padi di tingkat kelompok tani. Dengan begitu, petani dapat menjual beras, bukan hanya gabah, agar memperoleh nilai tambah.

4 hours ago
2









































