Utang Global Menumpuk, Negara Ini Justru Nyaris Tanpa Utang

2 hours ago 1

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia

28 December 2025 09:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah lonjakan utang global yang mencapai 94,7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2025, sejumlah negara justru tampil kontras dengan beban fiskal yang nyaris nol.

Data terbaru dari International Monetary Fund (IMF) menunjukkan beberapa negara mampu menjaga rasio utang pemerintah tetap sangat rendah, bahkan jauh di bawah standar negara maju, di saat banyak ekonomi dunia justru bergulat dengan tekanan pembiayaan yang kian berat.

Secara sederhana, utang pemerintah merupakan kewajiban finansial negara yang timbul ketika penerimaan negara tidak mencukupi untuk membiayai belanja.

Dalam kondisi tersebut, pemerintah harus menarik pembiayaan melalui pinjaman, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Utang ini umumnya digunakan untuk menutup defisit anggaran, membiayai pembangunan infrastruktur, mendanai program sosial, hingga menjaga stabilitas ekonomi saat terjadi perlambatan atau krisis.

Sementara itu, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi indikator untuk mengukur seberapa besar beban utang suatu negara dibandingkan dengan kapasitas ekonominya.

Rasio ini mencerminkan kemampuan negara dalam memenuhi kewajiban utangnya melalui aktivitas ekonomi yang dihasilkan.

Semakin rendah rasio utang terhadap PDB, semakin ringan tekanan fiskal yang ditanggung negara. Kondisi ini memberi ruang kebijakan yang lebih luas bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa harus terbebani oleh kewajiban pembayaran utang yang besar.

Berikut daftar negara dengan rasio utang terhadap PDB terendah di dunia menurut data IMF dalam World Economic Outlook 2025 yang dirilis pada Oktober lalu.

Posisi teratas ditempati Makau dengan rasio utang 0% terhadap PDB. Sebagai pusat perjudian terbesar dunia, Makau ditopang oleh miliaran dolar pendapatan dari industri kasino serta cadangan fiskal yang sangat kuat sehingga membuat pemerintah nyaris tidak memerlukan pembiayaan berbasis utang.

Di peringkat kedua, Liechtenstein menjadi anomali di Eropa dengan rasio utang hanya 0,5% PDB, sekaligus satu-satunya negara Eropa yang masuk jajaran 10 besar.

Negara kecil ini berfungsi sebagai pusat keuangan global, dengan jumlah entitas perusahaan bahkan melebihi populasi penduduknya yang sekitar 41 ribu jiwa.

Menariknya, pada awal 2025 jumlah lowongan kerja di Liechtenstein tercatat lebih banyak dibanding total penduduknya, mencerminkan aktivitas ekonomi yang sangat padat.

Asia kembali mendominasi peringkat berikutnya melalui Brunei Darussalam (2,3%), Tuvalu (3,6%), dan Turkmenistan (3,9%). Negara-negara ini menikmati kombinasi antara skala ekonomi kecil, pendapatan negara yang relatif stabil, serta kebutuhan pembiayaan fiskal yang terbatas.

Di peringkat keenam terdapat Kuwait, dengan rasio utang hanya 7,3% PDB. Negara kaya minyak ini memperoleh sekitar US$70 miliar pendapatan minyak pada 2024, yang setara dengan hampir 80% dari total penerimaan pemerintah. Ketergantungan pada pendapatan energi membuat Kuwait mampu membiayai belanja negara tanpa menumpuk utang.

Sementara itu, Hong Kong dan Haiti berada di kisaran 11-12%, disusul Timor Leste (13,9%), Nauru (15%), dan Kosovo (17,6%). Sebagian besar negara ini mengandalkan pendapatan khusus-mulai dari dana kekayaan negara, remitansi, hingga bantuan internasional-untuk menjaga stabilitas fiskal.

Menariknya, Rusia juga masuk dalam daftar dengan rasio utang 23,1% PDB pada 2025. Meski berada di bawah tekanan sanksi Barat, posisi fiskal Rusia tetap relatif solid berkat ekspor energi, kebijakan fiskal ketat, serta cadangan devisa yang masih memadai.

Ekonomi perang justru mendorong belanja terarah, sambil menahan ekspansi utang secara agresif.

Secara keseluruhan, daftar ini menunjukkan bahwa rendahnya rasio utang bukan semata ditentukan oleh tingkat kemajuan ekonomi, melainkan oleh struktur pendapatan negara, skala ekonomi, disiplin fiskal, serta ketergantungan pada sumber daya alam atau sektor khusus.

Di saat banyak negara bergulat dengan beban utang tinggi, kelompok negara ini justru menunjukkan bahwa stabilitas fiskal masih sangat mungkin dicapai.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |