Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik berdampak pada keputusan terhadap investasi asing. Menurut Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza kondisi ini membuat banyak investor asing yang masuk ke Indonesia.
Faisol mengatakan arus investasi asing membuat investor berhati-hati dan memunculkan tekanan terhadap stabilitas ekonomi dan industri dalam negeri. Namun Indonesia memiliki daya tarik yang besar karena potensi sumber daya alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki.
"Ketegangan geopolitik mendorong relokasi investasi dari negara produsen besar ke Asia Tenggara sebagai bagian dari strategi mereka," kata Faisol, di Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (2/7/2025).
Namun menurutnya potensi datang dari tekanan investasi hijau yang meningkat karena krisis energi global. Sehingga banyak negara memprioritaskan keamanan energi jangka pendek.
Adapun dari catatannya mengutip data UNCTAD, investasi asing langsung di negara berkembang menunjukkan penurunan sebesar 4% dari US$ 622 miliar di 2025, menjadi US$ 605 miliar di tahun sebelumnya. Hanya saja kawasan Asia Tenggara menunjukkan tren positif dengan kenaikan investasi 10% dari US$ 205 miliar ke US$ 225 miliar.
"Data Council Foreign Relations juga mengonfirmasi tren positif, di kawasan Asia Tenggara di mana perusahaan besar dari AS dan Uni Eropa mulai mengalihkan sumber produksi ke kawasan Asia Tenggara," kata Faisol.
Lebih lanjut, menurutnya dari data itu juga menunjukkan tren penurunan tajam pangsa pasar China sebagai basis produksi global. Dari 61% di tahun 2019 menjadi 42% di kuartal I - 2025.
"Asia Tenggara naik pada 2019 sebesar 14% menjadi 26% di 2025" katanya.
"Ini sinyal positif bahwa strategi relokasi dan diversifikasi basis produksi ini menjadi pilihan utama dalam mengurangi ketergantungan suatu negara. Kondisi ini menandakan Asia Tenggara termasuk Indonesia strategi dalam perluasan investasi global," sambungnya.
Salah satu contoh yang sudah terealisasi adalah, relokasi perusahaan panel surya dari China ke ASEAN termasuk Indonesia.
"Meski saat ini ekspor panel surya ke AS masih kecil US$ 0,47 miliar pada 2024 Indonesia menunjukkan potensi besar lokasi alternatif relokasi investasi dari China. Ini terlihat dari kemitraan strategis dengan mitra lokal Indonesia seperti PT Lesso New Energi, Pertamina NRE, PT Tinra Mas Agro, PT Thornova Solar Indonesia," katanya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
The Yudhoyono Institute Ulas Geopolitik Global Pasca-Kebijakan Trump