Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) mencatat 10 modus penipuan tertinggi di Indonesia. Peringkat pertama adalah terkait penipuan transaksi belanja online.
"Paling banyak ini penipuan transaksi belanja," kata Kepala Departemen Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Rudy Agus P. Raharjo dalam Talkshow Registrasi Biometrik Face Recognition, di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Laporan November 2024 hingga 30 November 2025 mencatat laporan terkait penipuan transaksi belanja mencapai 64.933 laporan dengan jumlah kerugian mencapai Rp 1,14 triliun.
Berikutnya adalah penipuan yang mengaku sebagai pihak lain atau fake call. Ada 39.978 laporan terkait kejahatan ini dengan kerugian total mencapai Rp 1,54 triliun.
Ketiga adalah penipuan investasi mencapai 24.803 laporan dengan total kerugian Rp 1.40 triliun.
Berikut 10 besar modus scam dalam laporan tersebut.
- Penipuan Transaksi Belanja (kerugian Rp 1,14 triliun)
- Penipuan Mengaku Pihak Lain (kerugian Rp 1,54 triliun)
- Penipuan Investasi (kerugian Rp 1,40 triliun)
- Penipuan Penawaran Kerja (kerugian Rp 708,58 miliar)
- Penipuan Melalui Media sosial (kerugian Rp 586,04 miliar)
- Penipuan Mendapatkan Hadiah (kerugian Rp 226,94 miliar)
- Phishing (kerugian Rp 605,48 miliar)
- Social Engineering (kerugian Rp 388,94 miliar)
- Pinjaman Online Fiktif (kerugian Rp 46,30 miliar)
- APK via WhatsApp (kerugian Rp 137,45 miliar
Dalam kesempatan yang sama, dia juga memaparkan soal urgensi registrasi menggunakan biometrik. Registrasi ini direncanakan akan mulai diimplementasikan sepenuhnya pada 1 Juli 2026 mendatang.
Dia menjelaskan ada 61.341 nomor telepon yang dilaporkan terkait penipuan. Praktik ini mulai dari menawarkan investasi, penawaran kerja, berpura-pura menjadi pihak resmi, dan penipuan social engineering lewat SMS/WA dengan link berbahaya atau permintaan OTP.
"Terkait nomor telepon kita nerima 61.341. Masih kita verifikasi. Yang sudah jelas kami melaporkan ke Komdigi 22.933 nomor telepon/WA," kata Rudy.
Rudy mendesak untuk mengatasi masalah ini dengan cepat. Dengan begitu, nomor-nomor yang digunakan untuk penipuan tidak lagi bisa digunakan aksi kejahatan di masa depan.
Dalam pemaparannya, penggunaan verifikasi biometrik untuk pendaftaran kartu SIM bertujuan untuk menghindari digunakan orang lain. Selain itu bisa lebih mudah ditelusuri.
"Paling utamanya pencegahan. Kalau ada biometrik face recognition ini bisa diterapkan dan bener-bener valid, saya bangga sekali saya senang sekali. Praktis di belakang berkurang kerjaan saya," jelasnya.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]

8 hours ago
3






































