Ada Stigma Pinjol di Tengah Masyarakat, Kredione Tetap Optimis

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO KrediOne, Kuseryansyah mengatakan industri fintech memang berkembang pesat, bahkan pinjaman daring tumbuh positif hingga 22% dengan outstanding hingga Rp 84 triliun hingga Juli 2025. Meski begitu, Kuseryansyah mengungkap tantangan di industri ini tetap tinggi karena "image" di masyarakat selama beberapa tahun terakhir.

"Image pinjol menjadi tantangan, padahal di industri ini kepercayaan menjadi dasar. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat kami harus menjalankan bisnis dengan tata kelola yang baik, dan andal dalam risk management," ungkap Kus dalam Road to CNBC Indonesia Awards 2025 'Best Financial Services', Selasa (14/10/2025).

Kus menjelaskan bahwa KrediOne sendiri memiliki mesin learning dan juga kecerdasan buatan (AI). Kus merinci dukungan mesin learning dan AI penting karena investor biasanya ingin tau bagaimana KrediOne menjalankan bisnis dan scoring yang digunakan, termasuk juga bagaimana menjaga NPL agar tetap kecil.

"Ini tantangan yang signifikan apalagi di tengah harapan industri untuk bisa tumbuh cepat. Apalagi peminjam punya keinginan untuk bisa mengakses mudah dan dampak yang didapatkan benar-benar terasa," jelas Kus.

Secara persaingan, Kus juga menyebutkan tantangan di industri tetap ada dan yang paling mendasar adalah akses. Menurutnya pengguna pasti ingin bisa mengakses dengan cepat apalagi jika dibandingkan dengan pinjaman konvensional.

"Di sisi lain, kami ingin cepat namun tetap bertanggung jawab. Untungnya kami memastikan bisa diakses tujuh hari seminggu, dan 24 jam penuh. Kami juga berusaha bisa memberikan bantuan saat merek benar-benar membutuhkan. Kami bisa sediakan dana sesuai kebutuhan sesuai peminjam," tegas Kus.

Sebagai informasi, layanan fintech turut mendorong inklusi keuangan di Indonesia dengan menjangkau masyarakat di pelosok negeri, yang diiringi edukasi dan literasi. Salah satu produk Fincteh yang turut memberdayakan masyarakat yakni pinjaman daring (pindar). Layanan pindar juga membuka jalan pembiayaan bagi masyarakat dan UMKM yang belum terlayani perbankan.

Keberadaan pindar juga mengubah budaya pinjam-meminjam masyarakat Indonesia, dari sebelumnya terbatas pada keluarga, teman, dan lembaga keuangan konvensional menjadi lebih beragam dan masuk ke ranah digital. Kini masyarakat memiliki akses ke fasilitas keuangan alternatif, seperti Buy Now Pay Later (BNPL), pindar, dan lainnya.

Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan Indonesia mencapai 80,51%. Indeks literasi keuangan nasional berkelanjutan berada di level 66,46% pada 2025 dari 65,43% di tahun sebelumnya.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pendanaan Startup Anjlok, Bisnis Jenis Ini Masih Panen Duit

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |