AKPRIND dan Wimalandaru Ubah Masalah Sampah Jadi Kekuatan Tangguh Bencana

7 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Di tengah padatnya kawasan Caturtunggal, Sleman, sampah rumah tangga seringkali menumpuk dan menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Namun, di Padukuhan Karanggayam, sebuah perubahan positif mulai terasa. Bank Sampah Wimalandaru, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai tempat menabung sampah, kini bertransformasi menjadi ruang belajar masyarakat tentang pengelolaan lingkungan sekaligus pusat kesiapsiagaan bencana.

Perubahan ini lahir dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang digagas dosen-dosen Universitas AKPRIND Indonesia, dengan dukungan hibah dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Program ini memadukan teknologi tepat guna dengan pendekatan partisipatif, sehingga solusi yang diterapkan sesuai kebutuhan warga.

“Masalah sampah dan kebencanaan tidak bisa dipisahkan. Sleman memiliki volume sampah yang tinggi sekaligus berada di kawasan rawan bencana. Karena itu, kami menggabungkan dua isu ini dalam satu ruang pembelajaran,” kata ketua tim pengabdian, Dr Arie Noor Rakhman, ST, MT.

Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah mesin pengepresan sampah. Alat ini mempermudah warga mengurangi volume sampah, menyimpan lebih rapi, sekaligus menambah nilai jual karena sampah menjadi lebih terolah. Lebih dari sekadar efisiensi, alat ini juga membantu warga memahami pentingnya pengelolaan sampah yang sistematis.

Namun, teknologi hanyalah pintu masuk. Tim AKPRIND menekankan edukasi yang membumi, melalui diskusi interaktif, praktik lapangan, dan simulasi kesiapsiagaan bencana. “Warga tidak hanya menerima materi, mereka ikut menyusun langkah praktis, mulai dari memilah sampah, mencatat dengan tertib, hingga mengenali jalur evakuasi. Dengan cara ini, mereka merasa terlibat penuh, bukan hanya penerima manfaat,” jelas Dr Fivry Wellda Maulana, ST, MT.

Fajar Yulianto Prabowo, SPd, MEng menekankan pentingnya keberlanjutan. “Teknologi sederhana yang tepat guna bisa mengubah cara pandang. Bukan soal mahal atau canggih, tapi bagaimana alat itu sesuai kebutuhan dan memperkuat kebiasaan baik masyarakat,” ujarnya.

Dampak positif langsung dirasakan pengurus Bank Sampah Wimalandaru. Yanti Herawati, SE, Sekretaris Pengurus, menyampaikan, pihaknya kini memahami bahwa sampah tidak sekadar soal kebersihan. "Ada kaitannya dengan kesehatan dan kesiapsiagaan bencana. Dukungan universitas membuat kami lebih percaya diri dalam menjaga lingkungan sekaligus melindungi keluarga," katanya.

Program ini juga mencerminkan implementasi SDG 11 – Kota dan Permukiman Berkelanjutan. Warga diajak aktif dalam pengelolaan sampah, menata ruang agar lebih aman, dan mengintegrasikan pengelolaan sampah dengan strategi mitigasi bencana.

Wilayah Karanggayam dikenal rawan bencana geologi, mulai dari sesar tektonik hingga potensi erupsi Gunung Merapi. Sleman juga menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah rumah tangga, sehingga pendekatan terpadu menjadi penting.

Melalui program ini, masyarakat belajar mengelola sampah lebih efisien, menggunakan mesin pengepresan, dan memahami langkah-langkah dasar kesiapsiagaan bencana. Edukasi berlangsung secara partisipatif melalui praktik lapangan, diskusi, dan pemetaan partisipatif.

Hasilnya, warga semakin konsisten memilah dan mencatat sampah, serta mulai menerapkan langkah praktis kesiapsiagaan, seperti penataan ruang yang lebih aman, pengenalan jalur evakuasi, dan penyediaan perlengkapan darurat di rumah masing-masing.

“Integrasi edukasi lingkungan dan kebencanaan adalah strategi membangun komunitas tangguh dan berkelanjutan. Bank Sampah Wimalandaru kini bukan hanya pengelola sampah, tapi juga pusat edukasi masyarakat," kata Dr Arie Noor Rakhman.

Program ini mendapat dukungan pemerintah melalui hibah Pengabdian kepada Masyarakat Kompetitif Nasional. Ke depan, tim pengabdian berencana memperkuat penerapan teknologi tepat guna dan menambahkan simulasi tanggap bencana rutin. Model Wimalandaru diharapkan dapat direplikasi di komunitas lain, sehingga semakin banyak masyarakat yang tangguh menghadapi bencana sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |