Anak-Anak Pekerja Migran Siap Menghadapi Tantangan Digital

5 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era digital merupakan tahapan fenomena kehidupan yang tidak terelakkan lagi. Mau tidak mau, siap tidak siap, kita harus bisa menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan kecanggihan perkembangan ilmu dan teknologi.

Bagi anak-anak, era ini memiliki tantangan tersendiri terutama dalam hal kesehatan mental, interaksi sosial, dan perkembangan kognitif. 

Teknologi digital memiliki banyak manfaat bagi penggunanya, namun di sisi lain menghadirkan mudarat yang perlu upaya pencegahan agar dampak negatif tersebut dapat diminimalisir. Di sini, peran orang tua memiliki potensi cukup besar untuk mendampingi anak-anak dalam memanfaatkan teknologi tersebut.

Sayangnya sebanyak 11,2 juta anak Indonesia kehilangan pendamping dalam menghadapi tantangan tersebut karena orang tua mereka bermigrasi ke luar negeri. Maka perlu adanya intervensi pihak eksternal dari keluarga inti untuk membantu dan melindungi anak-anak tersebut.

Yuherina Gusman S.I.P, MA, PhD, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Al-Azhar menyampaikan, dari penelitian yang tim mereka lakukan ditemukan mayoritas anak-anak ini diasuh nenek dan atau ayah/ibu yang punya keterbatasan mengikuti perkembangan teknologi.

Sebagian besar pengasuh hanya memperhatikan kebutuhan pangan, sandang, dan papan namun abai akan perhatian, kasih sayang, serta pendampingan terhadap permasalahan yang dihadapi anak-anak termasuk kebutuhan literasi di era digital. 

Karena itu, bekerja sama dengan Taiwan Foundation for Democracy dan Unimig Indonesia, Tim Universitas Al-Azhar memberikan pelatihan literasi digital untuk anak-anak pekerja migran di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Pelatihan yang berlangsung pada 21-22 Juni 2025 tersebut membekali anak-anak pekerja migran usia 15-18 tahun  dengan materi terkait apa itu literasi digital, bagaimana cara bersosial media dengan aman, dan juga mengajarkan soft skill dalam memanfaatkan teknologi digital yang ada seperti membuat produk digital dengan Canva dan Capcut.

Pelatihan ini juga mengajarkan mindfull journaling sebagai alternatif bagi anak-anak untuk dapat meluapkan emosi mereka melalui menulis dan menghindari oversharing di media sosial.

Lebih lanjut, Yuherina menegaskan sejauh ini pemerintah terlalu fokus pada penguatan ekonomi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan PMI Purna, namun tidak memberikan perhatian yang cukup untuk anak-anak PMI.

Mereka adalah anak-anak yang harus diperhatikan  masa depannya sebagai generasi penerus bangsa, generasi emas Indonesia. Kegiatan ini merupakan bentuk konkret menjadi akademisi yang berdampak terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa.

‘’Anak-anak PMI selama ini kerap kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua dan negara sehingga menghadapi berbagai tantangan sosial, psikologis, dan digital,’’ katanya dalam keterangan, Sabtu (28/6/2025).

Pelatihan ini memiliki makna strategis sebagai bentuk perlindungan preventif terhadap ancaman yang terjadi dalam dunia digital, cyberbullying, eksploitasi daring, tindak pidana pencemaran nama baik, ujaran kebencian, melanggar kesusilaan, berita bohong, pornografi.

Pelatihan ini menghadirkan Azis Malik S.H, M.Sc,  Direktur Paham Jakarta yang berbagi dengan anak-anak PMI tentang UU ITE dan bagaimana bersosial media yang aman. Pada pelatihan ini ditampilkan berbagai pengaruh negatif media sosial yang kian meningkat di kalangan remaja, khususnya anak-anak PMI.

Harapannya, pelatihan ini tidak hanya berdampak terhadap 50 anak PMI yang hadir pada pelatihan ini, namun dapat menjadi pilot project untuk pengembangan program sejenis oleh pemerintah di tingkat nasional dan lokal sehingga lebih banyaknya lagi anak-anak PMI yang dapat dilindungi dan diberdayakan.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |