Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan Indonesia resmi memasuki fase tinjauan teknis dalam proses aksesi menjadi anggota penuh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian Jakarta, Kamis (11/12/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mineral kritis menjadi salah satu titik kritis pembahasan kesepakatan tarif dagang Indonesia dan Amerika Serikat. Pembahasan tersebut adalah bagian dari negosiasi tarif nol persen untuk sejumlah komoditas sumber daya alam (SDA) Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara telah melakukan pembicaraan dengan pihak Amerika Serikat (AS) terkait akses terhadap mineral kritis (critical mineral).
"Tentu yang critical mineral sudah ada pembicaraan Danantara dengan badan ekspornya di Amerika, dan juga ada beberapa perusahaan Amerika yang sudah berbicara dengan perusahaan critical mineral di Indonesia. Jadi itu akses terhadap critical mineral yang disediakan oleh pemerintah," ujar Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (25/12/2025).
Peran Danantara dalam hal ini bersifat business to business (B2B). Artinya, Danantara memfasilitasi dan menjembatani kerja sama langsung antara perusahaan Indonesia dan perusahaan AS yang memiliki minat berinvestasi di sektor mineral kritis.
Airlangga menjelaskan, sebenarnya keterlibatan AS dalam sektor mineral kritis Indonesia bukanlah hal baru. Ia mencontohkan komoditas tembaga (copper) yang telah lama digarap perusahaan asal AS, Freeport-McMoRan, sejak tahun 1967.
Selain tembaga, Airlangga menyebut sejumlah mineral kritis lain yang menjadi perhatian AS, antara lain nikel, bauksit, hingga logam tanah jarang (rare earth). Untuk nikel, ia menyinggung keberadaan perusahaan multinasional seperti PT Vale Indonesia Tbk yang telah beroperasi di Indonesia sejak dekade 1970-an.
Sementara, untuk pengembangan baterai kendaraan listrik, Menko menyebut sejumlah perusahaan otomotif asal AS seperti Ford Motor Company dan Tesla juga sudah menjalin kerja sama dengan Indonesia. Adapun mineral rare earth, menurutnya, masih dalam tahap pengembangan.
"Rare earth kita juga masih dalam proses. Itu by product dari Timah," tutur dia.
sumber : ANTARA

4 hours ago
3














































