Aset Perbankan Syariah Qatar Naik, Penerbitan Sukuk Valas Diprediksi Tembus 80 Miliar Dolar AS

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Aset perbankan syariah di Qatar naik 3,9 persen sepanjang tahun lalu dan kini mencapai 585,5 miliar riyal Qatar (QR). Di tengah tekanan ekonomi global, sektor ini tetap tumbuh stabil berkat penguatan ekonomi dan keberhasilan diversifikasi.

Data Bait Al Mashura Finance mencatat, dana pihak ketiga di bank syariah naik 8,2 persen menjadi QR 339,1 miliar, dengan 57 persen berasal dari simpanan sektor swasta. Pembiayaan juga tumbuh 4,9 persen menjadi QR 401,5 miliar, sebagian besar disalurkan ke sektor properti dan pemerintah, disusul pembiayaan personal.

Pendapatan bank syariah meningkat 12,6 persen menjadi QR 29,5 miliar, dan laba bersih tumbuh 6 persen menjadi QR 8,7 miliar. Sebagian besar pembiayaan—sekitar 96 persen—difokuskan ke pasar domestik, sedikit lebih tinggi dari bank konvensional yang mencatat 95 persen. Sektor konsumsi tercatat menyerap porsi terbesar dari pembiayaan syariah nasional, yakni 64 persen, disusul kontraktor (44 persen), properti (42 persen), dan industri (34 persen).

Meski perbankan syariah tumbuh positif, pasar sukuk global justru melambat. Total penerbitan sukuk secara global turun sekitar 15 persen pada semester I 2025 menjadi 101,3 miliar dolar AS, dari 119 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun lalu.

Menurut S&P Global, penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya penerbitan sukuk dalam mata uang lokal di negara-negara mayoritas Muslim karena ketatnya likuiditas dan menurunnya kebutuhan pembiayaan akibat kondisi fiskal yang membaik.

Sebaliknya, penerbitan sukuk dalam mata uang asing naik 9 persen menjadi 41,4 miliar dolar AS, dari sebelumnya 38 miliar dolar AS. S&P memperkirakan tren ini akan terus meningkat. “Penerbitan sukuk valas bisa mencapai 70 sampai 80 miliar dolar AS tahun ini,” tulis laporan S&P dikutip dari Zawya, Rabu (9/7/2024).

Pertumbuhan ini ditopang oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan tingginya kebutuhan pembiayaan di negara berbasis ekonomi syariah. UEA, Bahrain, dan Kuwait mencatat aktivitas paling tinggi, sementara Arab Saudi tetap dominan meski mengalami sedikit penurunan, dengan kontribusi 38,9 persen dari total pasar sukuk global.

Dari sisi penerbit, Alinma Bank dari Arab Saudi akan menerbitkan sukuk wakala senilai 500 juta dolar AS dengan tenor lima tahun. Instrumen ini akan dicatatkan di Bursa Efek London, dan masuk dalam program Alinma Sukuk Limited.

Dalam dokumen awalnya, bank menyebut harga indikatif sukuk berada di kisaran 130 basis poin di atas imbal hasil obligasi pemerintah AS. Penerbitan ini memperoleh peringkat A- dari S&P dan Fitch, serta A2 dari Moody’s.

Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk keperluan usaha umum perbankan. Proses ini dipimpin oleh tujuh bank besar, termasuk Abu Dhabi Islamic Bank, Dubai Islamic Bank, Emirates NBD, hingga Goldman Sachs dan JP Morgan.

State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2024/2025 menunjukkan bahwa ekonomi syariah global terus tumbuh meski masih menghadapi tantangan distribusi manfaat. Konsumsi Muslim dunia diproyeksikan naik dari 2,43 triliun dolar AS pada 2023 menjadi 3,36 triliun dolar AS pada 2028, sementara aset keuangan syariah diperkirakan tembus 7,53 triliun dolar AS.

Namun, sebagian besar pembiayaan dan investasi masih belum menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Pendiri Sakinah Finance, Murniati Mukhlisin, menilai ekonomi syariah seharusnya hadir sebagai solusi dari persoalan keluarga Muslim.

“Krisis yang disebut dalam laporan ini tidak hanya terjadi di tingkat negara, tapi juga dirasakan oleh keluarga Muslim. Karena itu, ekonomi syariah harus jadi solusi mulai dari cara mengelola rezeki, menabung untuk haji, sampai menyiapkan warisan yang adil dan sesuai syariat,” ujarnya.

Ia juga menegaskan pentingnya pendekatan spiritual dan keadilan dalam keuangan syariah. “Ekonomi syariah tidak cukup hanya halal dari produknya, tapi juga harus membawa manfaat, adil, dan menenangkan. Itulah yang kami bangun di Sakinah Finance, agar keuangan bisa jadi alat untuk memperkuat keluarga dan umat,” kata dia.

Ekonomi Qatar menunjukkan daya tahan kuat di tengah ketegangan global. Didukung oleh ekspansi gas alam di North Field dan peningkatan wisata pasca-Piala Dunia, kontribusi sektor nonmigas terhadap PDB riil mencapai 64 persen pada kuartal III 2024, naik tajam dari 39 persen pada 2013. Sektor keuangan juga naik dari 5 persen menjadi 8 persen PDB riil.

Qatar meneruskan implementasi Qatar National Vision 2030 fase ketiga. Strategi ini menargetkan pertumbuhan berkelanjutan dengan ekonomi yang kompetitif dan produktif, serta keuangan negara yang tahan krisis.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |