Bagaimana Kondisi Emas Kedepan? Begini Proyeksi Lengkapnya

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan emas dunia dalam beberapa waktu terakhir seakan 'galau' karena sentimen pasar dari global terutama di Amerika Serikat (AS) cenderung berubah-ubah.

Sepanjang pekan ini, harga emas memang masih menguat 0,62%. Namun pada perdagangan Jumat (6/6/2025) lalu, harga emas ambruk. Merujuk Refinitiv, harga emas di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (6/6/2025) ditutup di posisi US$ 3.309,67 per troy ons. Harganya ambruk 1,3%.

Emas juga sempat terpuruk2,02% pada pekan sebelumnya. Harga emas ambruk setelah laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan non-farm payrolls naik 139.000 pada Mei, dibandingkan perkiraan kenaikan 130.000. Tingkat pengangguran berada di 4,2%, sesuai proyeksi.

"Data yang sesuai perkiraan bersifat negatif bagi emas karena mengisyaratkan The Fed kemungkinan akan menahan suku bunga sedikit lebih lama," kata analis Marex, Edward Meir, kepada Reuters.

Pelaku pasar memperkirakan The Fed baru akan memangkas suku bunga pada September, dengan hanya satu pemangkasan lagi hingga Desember. Pelaku pun mulai mengurangi posisi yang bertaruh pada tiga kali penurunan suku bunga tahun ini.

Emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik, tetapi suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik emas batangan karena tidak memberikan imbal hasil.

Membaiknya data tenaga kerja ini mengerek harga dolar AS dan imbal hasil US Treasury.

Indeks dolar ditutup di posisi 99,19 pada perdagangan pekan ini atau yang tertinggi dalam lima hari terakhir. Imbal hasil US Treasury juga menguat tenor 10 tahun juga melesat lr 4,5% atau tertinggi sejak 27 Mei 2025.

Kenaikan dolar membuat emas tidak menarik karena semakin mahalnya konversi pembelian emas dalam dolar AS.

Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury mengurangi daya tarik emas.

Prospek Emas

Analis Riset Senior di Reliance Securities, Jigar Trived mengatakan bahwa investor akan memantau dengan cermat bagaimana keretakan yang berkembang antara Presiden Trump dan Elon Musk, di samping ketidakpastian yang sedang berlangsung seputar negosiasi tarif AS.

Trivedi lebih lanjut mengatakan bahwa emas telah diperdagangkan dalam kisaran luas dari US$ 3.200-3.400/troy ons, kisaran ini sangat penting untuk pergerakan selanjutnya. Penutupan di atas US$ 3.400/troy ons akan membuka pintu untuk reli berikutnya hingga US$ 3.500/troy ons dalam beberapa pekan mendatang.

"Di sisi lain, penutupan di bawah US$ 3.200/troy ons dapat menurunkannya ke US$ 3.100/troy ons. Oleh karena itu, harus menunggu hingga kisaran tersebut benar-benar ditembus. Nada dasarnya adalah bullish di tengah melemahnya dolar AS, ketidakpastian ekonomi, perang dagang, dan meningkatnya risiko geopolitik antara Rusia dan Ukraina," kata Trivedi, dikutip dari Mint.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |