Bahaya Curhat ke AI, Bisa Picu Risiko Psikologis Serius

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), perangkat ini mulai merambah ke ranah yang sangat personal, termasuk sebagai teman bicara atau tempat mencari dukungan emosional. Namun, kemudahan dan ketersediaan AI sebagai "tempat curhat" ini membawa risiko psikologis yang serius, terutama jika dilakukan secara berlebihan.

Psikolog klinis, Nena Mawar Sari, mengingatkan masyarakat mengenai bahaya dari ketergantungan ini, lantaran respons yang dihasilkan oleh AI pada dasarnya tidak mengandung sisi kemanusiaan, yang merupakan elemen vital dalam proses dukungan emosional yang sehat.

“Curhat dengan AI itu kan gambaran atau pantulan dari kode atau clue yang kita berikan. Tentu hasil atau feedback yang diberikan tidak ada unsur-unsur humanisnya,” kata psikolog klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Bali, Jumat (24/10/2025).

Menurut Nena, umumnya seseorang yang sedang curhat membutuhkan tanggapan balik atau feedback yang konstan antara satu dengan yang lain. Namun, ketika curhat dilakukan kepada AI dengan respons yang diberikan tidak mengandung unsur humanis, berisiko menimbulkan salah interpretasi dan membuat pengguna kehilangan arah emosional.

“AI itu sifatnya memberikan pantulan dari apa yang kita butuhkan dan memvalidasi perasaan kita, takutnya ketika momen orang sedang depresi atau yang sedang impulsif itu dijadikan sebagai suatu acuan yang baku atau realistis, dikhawatirkan salah interpretasi, dan tidak ada sentuhan humanistiknya itu menyebabkan 'beberapa kejadian-kejadian yang tidak diinginkan',” ujar Nena.

Nena mengatakan seseorang sudah terlalu bergantung secara emosional dengan AI, salah satunya tidak lagi mau melakukan relasi dengan manusia lainnya hingga menghabiskan banyak waktu dengan ponselnya. “Sering mengecek handphone, hal yang sedetail-detailnya pun dia tanyakan pada AI, kemudian dia juga menutup diri dengan orang lain, jadi biasanya akan bersikap antisosial,” ujar Nena.

Nena menyarankan ketika seseorang merasa kesepian atau tidak memiliki teman untuk curhat bisa mencari dukungan berkonsultasi langsung dengan konselor, tenaga kesehatan mental seperti psikolog, psikiater. “Dan jika merasa tidak punya teman untuk curhat atau merasa tidak ada yang memahami yang dilakukan adalah lebih baik journaling atau mungkin bisa dengan orang-orang terdekat yang mungkin tidak perlu banyak, tapi cukup 1-2 orang yang dia bisa percaya,” ujar Nena.

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |