BMKG Sebut Matahari di RI "All Out", Benaran Dihantam Gelombang Panas?

3 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Cuaca panas melanda sejumlah wilayah di Indonesia beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, kondisi cuaca panas menyengat ini berpotensi berlanjut hingga akhir bulan Oktober atau awal November 2025.

Dari unggahan di akun Instagram resmi, BMKG menjabarkan proyeksi indeks sinar ultraviolet (UV) di wilayah Indonesia hari ini, Kamis (16/10/2025) akan didominasi warga ungu dan merah, terutama pada pukul 11.00-12.00 WIB.

Tampak hanya sedikit wilayah yang indeks sinar UV-nya berwarna hijau. Sedangkan lainnya, berwarna kuning, oranye didominasi merah dan ungu. Pada saat indeks sinar UV berwarna ungu, BMKG mengimbau orang yang terpapar matahari tanpa pelindung, memerlukan semua tindakan pencegahan karena kulit dan mata dapat rusak rusak dan terbakar dalam hitungan menit. Dan, agar menghindari paparan matahari antara pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore

Menurut BMKG, UV adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 100 hingga 400 nanometer (nm), lebih pendek dari cahaya tampak tetapi lebih panjang dari sinar-X.

Ketinggian matahari, lintang geografis, tutupan awan, lapisan ozon, dan refleksi permukaan berdampak pada tingkat radiasi UV sinar matahari.

Menurut Unit Pelaksana Teknis BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri, indeks UV adalah angka tanpa satuan untuk menjelaskan tingkat paparan radiasi sinar ultraviolet yang berkaitan dengan kesehatan manusia.

"Dengan mengetahui UV index, kita bisa memantau tingkat sinar ultraviolet yang bermanfaat dan yang dapat memberikan bahaya," demikian tulis BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri, dikutip Kamis (16/10/2025).

Lantas, apakah cuaca panas menyengat saat ini terjadi karena Indonesia dilanda gelombang panas atau heatwave?

BMKG dengan tegas mengatakan, meski cuaca lagi "all out" panasnya, bukan karena Indonesia sedang dihantam gelolombang panas atau heatwave.

"Ada faktor ilmiahnya! Mulai dari posisi matahari yang lagi deket-deket sama Indonesia bagian selatan, sampai angin kering dari Australia yang bikin awan susah terbentuk," tulis BMKG dalam unggahan di akun Instagram resmi, dikutip Kamis (6/10/2025).

"Fenomena ini bukan akibat gelombang panas (heatwave) seperti yang terjadi di negara-negara subtropis. Suhu di Indonesia masih dalam batas wajar, walaupun terasa tidak nyaman," jelas BMKG.

Ditambahkan, waktu berakhirnya fenomena cuaca panas menyengat ini berbeda-beda di setiap daerah, tergantung waktu mulai masuknya musim hujan di masing-masing daerah.

Lalu apa pemicu cuaca panas yang disebut BMKG lagi "all out" tersebut?

Berikut penjelasan BMKG:

1. Posisi semu matahari optimum

Menurut BMKG, saat ini gerak semu matahari sudah berada sedikit di selatan ekuator. Akibatnya, wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan menerima penyinaran matahari yang sangat intens.

2. Angin dari Australia

Angin timuran yang bertiup dari Benua Australia membawa massa udara kering. Udara kering ini membuat awan sulit terbentuk, sehingga panas matahari terasa lebih terik di permukaan.

3. Minimnya tutupan awan

Meski sebagian wilayah sudah memasuki musim hujan, pembentukan awan hujan di beberapa wilayah masih minim, sehingga panas matahari langsung memancar ke permukaan bumi tanpa penghalang, membuat suhu terasa jaug lebih panas, terutama pada siang hari.

"Jadiii, jangan heran kalau suhu sekarang bisa tembus 37°C di beberapa daerah! Tetap jaga kesehatan, banyak minum air, dan hindari paparan matahari langsung ya. Jangan lupa untuk pantau terus info cuaca resmi dari BMKG biar tetap update!," tegas BMKG.

BMKG pun mengimbau masyarakat menjaga kesehatan dan minum air putih yang cukup. Serta menghindari paparan langsung sinar matahari terlalu lama.

"Waspadai perubahan cuaca mendadak seperti hujan petir dan angin kencang," tulis BMKG.

[Gambas:Instagram]


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Fenomena Baru di China, Ramai-Ramai Warga Borong Es Batu

Read Entire Article
Perekonomian | Teknologi | Alam | Otomotif | Edukasi | Lifestyle |