Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound setelah tiga hari sebelumnya terkapar di zona merah. Indeks ditutup naik 73,58 poin atau 0,91% ke level 8.124,76 hari ini, Kamis (16/10/2025).
Sebanyak 435 saham naik, 258 turun, dan 263 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 19,15 triliun, melibatkan 25,82 miliar saham dalam 2,14 juta saham.
Kapitalisasi pasar pun kembali terkerek naik menjadi Rp 15.227 triliun.
Mengutip Revinitif, mayoritas sektor berada di zona hijau. Hanya teknologi yang berada di zona merah dengan penurunan 2%.
Sektor yang naik paling kencang adalah bahan baku (2,6%). Lalu diikuti kesehatan (2,57%), utilitas (1,69%), dan properti (1,41%).
Sektor bahan baku naik kencang, seiring dengan penguatan saham emiten tambang Salim, yaitu Amman Mineral Internasional (AMMN). Emiten tersebut naik 9,31% ke level 7.925, berkontribusi 21,2 indeks poin.
Emiten tambang Sinar Mas, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) juga menjadi penggerak utama IHSG dengan kontribusi 15,37 indeks poin. DSSA tercatat naik 3,6% ke level 115.000.
Saham perbankan juga bergerak menguat hari ini, setelah kemarin terperosok ke zona merah. BBRI menyumbang 4,96 indeks poin, BBCA 3,58 indeks poin, dan BBNI 2,85 indeks poin.
Selain itu sejumlah saham konsumer yang tersengat dengan wacana pemangkasan tarif PPN oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga . Indofooc CBP (ICBP) dan Charoen Pokphand (CPIN), masing-masing menyumbang 3,19 indeks poin dan 3,01 indeks poin.
Adapun sebagai informasi, dalam tiga hari terakhir volatilitas IHSG terbilang tinggi. Indeks dibuka di zona hijau lalu ditutup merosot, bahkan lebih dari 1%.
VP Marketing Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengatakan koreksi IHSG hari ini didorong oleh aksi profit taking. Pasalnya kenaikan IHSG pada akhir pekan lalu cenderung tidak didorong penguatan volume transaksi dan indikator RSI menunjukkan IHSG sudah di posisi overbought, sehingga terjadi technical correction.
Sejalan, Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan penurunan harga saham konglomerat mengindikasikan adanya aksi profit taking yang dilakukan para pelaku pasar untuk mengalihkan asetnya ke instrumen safe haven seperti emas misalnya, karena ketidakpastian masih kuat.
Sebagaimana diketahui saham-saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, Haji Isam, hingga Hapsoro mengalami kenaikan harga signifikan. Beberapa di antaranya bahkan sampai digembok oleh Bursa Efek Indonesia.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada 12 Anggota Bursa Dalam Proses Jadi Liquidity Provider